Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Kolaborasi Gamelan Robot x Youngster Gamelan16 di Penutupan YGF 26 Tahun 2021 | Pic: Srawung Krupyung 4

Penampilan Kolaboratif antara Gamelan Robot dengan Youngster Gamelan16 Hadir di Penutupan Yogyakarta Gamelan Festival YGF 26 Tahun 2021


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 28 September 2021   (2,386 Readers)

Yogyakarta Gamelan Festival atau dikenal pula dengan singkatan YGF, pada tahun 2021 kali ini  merupakan gelarannya yang ke-26, dan telah diselenggarakan dari tanggal 23 September dan ditutup pada hari Minggu 26 September 2021.

Kolaborasi antara Gamelan Robot dengan Saron Groove dan Youngster Gamelan16 Yogyakarta dihadirkan pada penutupan Yogyakarta Gamelan Festival tahun 2021, yaitu dengan menampilkan dua komposisi.

Gamelan robot sendiri merupakan media sekaligus sarana yang dikembangkan oleh Arutala, yaitu satu developer-game di Yogyakarta yang membuat sebuah aplikasi gamelan dan dimainkan secara virtual menggunakan kacamata virtual reality (VR) oculus. Dengan begitu, orang yang mengenakan kacamata VR dan memainkan aplikasi ini seolah-olah memainkan gamelan secara langsung.

Proses pengembangan gamelan robot oleh Aratula ini dilakukan dalam workshop internal yang menjadi salah satu rangkaian dari kegiatan YGF ke-26 dan dilaksanakan pada tanggal 13 September 2021. Hasil dari workshop inilah yang ditampilkan dalam konser penutupan Yogyakarta Gamelan festival ke-26 tahun 2021.

Kolaborasi Gamelan Robot x Youngster Gamelan16 di Penutupan YGF 26 Tahun 2021

Sesuai penuturan dari Ambar Setyawan sebagai Chief Product Officer Arutala, bahwa hasil teknologi berujud gamelan robot yang dibawakannya secara kolaborasi kali ini menghadirkan pengalaman berbeda dalam memainkan gamelan. Pasalnya, ini merupakan kali yang pertama bagi Arutala dalam melakukan kolaborasi dengan komunitas kesenian, sebab pada waktu-waktu sebelumnya, developer game ini masih sebatas berkolaborasi untuk kepentingan bisnis dan perusahaan. Karena itu iapun tidak menampik ketika ada tantangan tersendiri dalam mengembangkan aplikasi ini, di antaranya adalah perihal memadankan bunyi gamelan yang asli dan virtual ini.

“Sampai akhirnya kami bisa meningkatkan padanannya dan hampir mendekati suara aslinya, dan akan terus kami kembangkan,” tutur Ambar.

Selanjutnya Sudaryanto sebagai salah satu pemain gamelan virtual dari Saron Groove juga memberikan pendapat bahwa menggunakan aplikasi Gamelan Robot ini seperti halnya memainkan gamelan dengan instrumen yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. “Suaranya tetap berbunyi selayaknya gamelan yang nyata,” ucap Sudaryanto.

Di lain sisi Sudaryanto juga mengungkapkan penilaiannya bahwa masih ada persoalan dalam latensi ketika memainkan gamelan robot yang merupakan alat virtual terutama dalam tempo tertentu.

Kolaborasi Gamelan Robot x Youngster Gamelan16 di Penutupan YGF 26 Tahun 2021 | Pic: Saron Groove x Arutala 2

Rembug Budaya YGF 2021

Rembug budaya pada Yogyakarta Gamelan Festival tahun 2021 kali ini mengusung tema “Gamelan Hari Ini: Tantangan dan Perkembangan”. Ia digelar secara hybrid, yaitu bauran ataupun perpaduan antara luring/offline dan daring/online melalui live streaming di www.YGFlive.com, sehari sebelum penutupan YGF ke-26, atau tepatnya pada hari Sabtu 25 September 2021.

Pada program rembug budaya ini dihadirkan beberapa pembicara, masing-masing yaitu:

  • Dian Lakshmi Pratiwi, SS, M.A. selaku Kepala Dinas Kebudayaan DIY
  • Dra. Dwi Ratna Nurhajarini, M.Hum, sebagai Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIY
  • I Made Christian Wiranata Rediana yang merupakan sosok pegiat seni karawitan
  • Gandung Djatmiko ssebagai pegiat seni tari
  • Arsya Rintoko yang merupakan sosok abdi dalem wiyogo di Keraton Kasultanan Yogyakarta

Berlaku sebagai moderator dalam rembug budaya Yogyakarta Gamelan Festival ke-26 tahun 2021 tersebut adalah Anon Suneko sebagai pegiat dari Omah Gamelan.

penutupan ygf 26 tahun 2021 hadirkan kolaborasi gamelan robot dengan youngster gamelan16 | Srawung Krumpyung Kokap Kulon Progo

I Made Christian Wiranata Rediana atau akrab dengan nama Redian mengungkapkan bahwa sampai dengan hari ini gamelan memang masih hidup, hanya saja ia meminta untuk melihat gamelan ini bukan saja sebatas hanya dari satu sisi. Redian melihat gamelan sebagai rahmat Tuhan yang harus dirawat dan gamelan bukan hanya milik pengrawit. Lebih dari itu, gamelan merupakan pengharapan yang luar biasa untuk masa depan supaya bisa memaknai hidup dengan baik.

“Mengutip Sapto Raharjo, gamelan menjadi media pembelajaran banyak hal,” Redian menambahkan.

Dari kacamata abdi dalem wiyogo, Arsya Rintoko menyampaikan pandangannya yang terkutip dari Prof. Timbul Haryono, bahwa gamelan merupakan nyawanya orang Jawa. Karena itu Arsya Wintoko juga mengibaratkan gamelan sebagaimana media sosial di masa kini, pasalnya gamelan bisa menembus batas sosial dan mempertemukan berbagai kalangan yang memiliki latar belakang berbeda.

Masih dalam program rembug budaya perihal gamelan di helatan YGF tahun 2021 kali ini, dari pandangan seorang seniman seni tari, Gandung mengemukakan bahwa gamelan sampai saat ini memang masih sangat bertumbuh dan berkembang. Sehubungan dengan hal itu, maka iapun menekankan bahwa sampai waktu kapanpun, gamelan sama sekali bukan hanya rumus, melainkan ia adalah juga rasa. “Rumus ada patokan dan baku, tetapi tidak hanya rumus, melainkan juga rasa. Rumus bisa didefinisikan, rasa tidak bisa,” ucapnya.

Seturut dengan pernyataan dari Gandung Djatmiko tersebut, maka ia juga membagi perlakuan terhadap gamelan ke dalam 3 bagian, adalah sebagai berikut:

  1. Memberlakukan gamelan dengan standar kewajaran
  2. Memberlakukan gamelan dengan mengambil sumber bunyi atau mediumnya seperti yang dilakukan Sapto Raharjo
  3. Memberlakukan gamelan seperti yang seharusnya

Selain tiga bagian di atas, Gandung Djatmiko juga menyatakan perihal konsep membunyikan gamelan yang juga berbeda, misalnya membunyikan gamelan Jawa tidak bisa dipaksakan dengan intensitas gamelan Bali. “Tidak apa-apa jika itu gamelan milik sendiri, tetapi jangan memperlakukan gamelan orang lain seperti itu,” kata Gandung.

Dwi Ratna Nurhajarini yang merupakan Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIY menyoroti cara menghormati dan memberlakukan gamelan dengan perilaku yang pas. “Penyampaiannya harus dicari yang nyambung, literasinya harus nyambung, seperti mengapa gamelan enggak boleh dilangkahi,” tuturnya.

Dwi Ratna Nurhajarini juga berpendapat bahwa melalui gamelan orang bisa belajar harmonisasi, bunyi-bunyian setiap instrumen gamelan tidak boleh ada yang menonjol. Dari sini, orang bisa belajar berharmoni dengan lingkungan dan keseharian.

penutupan ygf 26 tahun 2021 hadirkan kolaborasi gamelan robot dengan youngster gamelan16 | Saron Groove

Ribuan Penonton di www.YGFlive.com dari Seluruh Dunia

26th Yogyakarta Gamelan Festival tahun 2021 yang rangkaiannya dibuka tanggal 23 September 2021 dan ditutup tanggal 26 September 2021 serupa dengan helatan satu tahun sebelumnya, yaitu masih dipresentasikan secara daring melalui live streaming di www.YGFlive.com, yaitu mulai pukul 18.00 sampai 21.00 WIB.

Selama empat hari penyelenggaraannya, terhitung ada ribuan penonton daring menyaksikan helatan ini. Selain dari berbagai tempat di Pulau Jawa, mereka juga berasal dari berbagai daerah di tanah air, yang antara lain adalah dari Palangkaraya, Makassar, dan Bandar Lampung. Selain itu, ada pula pennton yang hadir dari manca negara, di antaranya adalah dari New York, Sydney, Jerman, Prancis, India, Bangladesh, Kuala Lumpur, dan Singapura.

Yogyakarta Gamelan Festival yang ke-26 dan diikuti komposer, musisi, serta pencinta musik gamelan ini diselenggarakan oleh Komunitas Gayam16 dan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dukungan juga diberikan oleh Badan Pelestarian Nilai Budaya -BPNB DIY, di mana dalam penyelenggaraan dari rangkaian kegiatan YGF ke-26 ini juga selalu menerapkan protokol kesehatan secara ketat mengingat masih dalam masa pandemi Covid-19.

Konser gamelan YGF ke-26 yang digelar selama empat hari ini bukan sebatas menampilkan konser karawitan tradisional, melainkan juga pertunjukan musik gamelan yang bersifat modern dan kontemporer. Selain itu, seniman yang berpartisipasi bukan saja hanya berasal dari Indonesia, melainkan juga dari India dan Prancis.

Dalam penutupan YGF ke-26, Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) DIY Dra. Dwi Ratna Nurhajarini, M.Hum mengapresiasi kegiatan YGF ke-26 yang berlangsung sukses. Ia mengajak masyarakat untuk semakin memperdalam karakter melalui media-media kebudayaan.

Program Director YGF Ishari Sahida yang lebih akrab disapa dengan julukan Ari Wulu menuturkan bahwa sebagai bagian dari kebudayaan dunia, gamelan telah membuktikan keberadaannya bertahan di masa pandemi melalui pergerakan budaya bernama Yogyakarta Gamelan Festival. Sekalipun sama-sama digelar secara daring, YGF ke-26 kali ini hadir dengan semangat yang berbeda.

“Tidak hanya mengajak musisi gamelan di dunia untuk mengapresiasi musik gamelan, tetapi juga mengawinkan gamelan dengan teknologi masa kini,” ujar Ari Wulu.

Ari Wulu mewakili Komunitas Gayam16 mendedikasikan YGF ke-26 untuk para senior yang sudah mendahului, seperti Rahayu Supanggah, Ki Narto Sabdo, Sapto Raharjo, dan Djaduk Ferianto.

“Mereka menginspirasi kami dalam pengembangan gamelan di masa yang tidak mudah. Mungkin dulu mereka mengalami masa yang tidak mudah juga,” ucapnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, dalam YGF ke-26 kali ini dihadirkan pula delapan komposer muda, yang masing-masing adalah sebagai berikut:

  1. Gaung Kyan Renantya Sidarta dari Kalacakra
  2. Jatu Danang Prawatya dari Background Genk
  3. Shandro Wisnu Aji dari Nadhaskara
  4. Anom Wisnu dari Sanggar Anak Seni Nusantara Sekar Jati Laras
  5. Tulus Ari Widodo dari Candra Laras
  6. Raden Sujarwanto dari Srawung Krumpyung
  7. Dian Indra Nugraha dari Jodhipati)
  8. Sandyo dari SWARASVARGA

Sebagai pungkasan Ari Wulu juga menyampaikan terima kasihnya kepada khalayak luas, yaitu berbagai lapisan masyarakat yang sudah mengapreasasi terselenggaranya YGF ke-26. [uth]

4.8/5 - (6 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha