Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
YGF ke-26 Dibuka dengan Konser Gamelan Berlatar Wayang Kreasul karya Sapto Raharjo

Pembukaan Yogyakarta Gamelan Festival YGF ke-26 Tahun 2021 Hadirkan Konser Gamelan Berlatar Wayang Kreasul Karya Sapto Raharjo


Diwartakan oleh Haiki Murakabi pada 24 September 2021   (2,290 Readers)

Yogyakarta Gamelan Festival atau dikenal pula dengan singkatan YGF pada tahun 2021 ini menjadi gelaran yang ke-26 di mana penyelenggaraannya telah dibuka pada hari Kamis 23 September 2021. Dalam acara pembukaan YGF ke-26 tersebut, selain beberapa pidato sambutan dari beberapa pihak, hadir di atas panggung adalah juga Sanggar Anak Seni Nusantara Sekar Jati Laras, yang penampilannya berlatar wayang Kreasul karya (alm) Sapto Raharjo.

Helatan hari pertama YGF ke-26 pada tahun 2021 kali ini menjadi spesial, yaitu dengan dihadirkannya deretan wayang kontemporer  berjuluk wayang Kreasul karya Sapto Raharjo yang terpampang pada bagian belakang panggung.

Sapto Raharjo yang merupakan sang inisiatir dari Yogyakarta Gamelan Festival ini pada tahun 1975 silam telah membuat wayang Kreasul yang merupakan wayang kontemporer dengan keunikan pada nama para tokoh wayangnya. Keunikan nama tokoh wayang itu di antaranya adalah Gatotkaca Kribo, Arjuna Baju Loreng Gawa Pistol, Buto Rewog, dan lain sebagainya. Bukan itu saja, wayang-wayang Kreasul karya Sapto Rahardjo ini juga memiliki warna yang mencolok atau kerap disebut dengan istilah warna neon.

Sapto Raharjo yang notabene adalah ayah dari Ari Wulu –generasi penerus sekaligus selaku Direktur Program YGF 26 ini- pernah juga mementaskan wayang-wayang kreasul, antara lain di Shopping Center Sasana Triguna pada tahun 1975, di halaman SMAN 3 pada tahun 1976 dan 1977, dan di Purna Budaya pada tahun 1979 yang lalu. Dalam memainkan wayang-wayang buatannya tersebut, Sapto Raharjo mengiringinya menggunakan gending ketawang subakastawa slendro pathet sanga, yang lirik-liriknya juga dikarang oleh Sapto Rahardjo.

Di hari pertama pada pagelaran konser YGF ke-26 tahun 2021 kali ini, jumlah penonton yang menyaksikan secara daring melalui situs www.YGFlive.com mencapai ratusan. Para penonton yang menyaksikan gelaran Yogyakarta Gamelan Festival ke-26 di hari pertama ini berasal dari berbagai daerah di tanah air, seperti Palangkaraya, Makassar, Bandar Lampung, dan beberapa daerah di pulau Jawa. Selain itu tak sedikit pula penonton yang berdomisili di mana-negara, sebut saja dari New York, Sydney, Jerman, Prancis, India, Bangladesh, Kuala Lumpur, Singapura, dan beberapa negara lainnya.

Pembukaan YGF ke-26 Hadirkan Konser Gamelan Berlatar Wayang Kreasul Sapto Raharjo

Seperti yang dipaparkan oleh Ishari Sahida atau lebih dikenal dengan nama Ari Wulu –selaku Program Director YGF, bahwa sejak tahun 1995 silam, YGF selalu berusaha hadir dalam kondisi apapun, dan selama dilangsungkannya festival gamelan ini, biasanya Komunitas Gayam16 menghadirkannya secara langsung di tengah-tengah lhalayak. Tetapi pandemi Covid-19 yang masih saja melanda hingga tahun ini memaksa untuk membuat kegiatan ini harus digelar secara daring ataupun online.

“Ini kedua kalinya YGF digelar secara online, meskipun tidak diadakan langsung bersama-sama tetapi, orang tetap bisa menikmati bersama-sama melalui internet yang melampaui batasan ruang dan waktu,” ungkap Ari Wulu dalam sambutan pembukaan YGF ke-26.

Dwi Ratna Nurhajarini sebagai Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang kali ini menjadi tempat dihelatnya festival gamelan ini menyatakan bahwa YGF ke-26 yang bisa terselenggara berkat dukungan Danais dan BPNB DIY kali ini menjadi bukti bahwa kegiatan kebudayaan tetap dapat dilakukan dengan konsep gotong-royong dan kebersamaan.

DI samping itu, Dian Lakshmi Pratiwi selaku Kepala Dinas Kebudayaan DIY sekaligus pihak yang membuka YGF ke-26 kali ini juga memberikan apresiasinya terhadap YGF, apalagi jika mengingat pada akhir tahun 2021 ini gamelan secara resmi juga bakal disidangkan di UNESCO guna menjadi warisan budaya Indonesia.

Mengenai penampil dalam konser hari pertama Yogyakarta Gamelan Festival ke-26, Sanggar Anak Seni Nusantara Sekar Jati Laras menggunakan media seperangkat gamelan laras slendro dan pelog dengan memasukkan pola tabuhan langgam, dangdut, reggae hip-hop dan lain sebagainya. Sanggar yang berisi kumpulan anak muda alumni SMPN 4 Pandak Bantul dan pernah menjadi peserta Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) ini mengajak kepada anak-anak supaya mendapatkan sensasi asyik dalam memainkan gamelan.

Dalam karyanya, sanggar yang berdiri sejak 2016 ini menyajikan komposisi karawitan karya baru yang berpijak pada seni tradisional karawitan. Sebagai pemanis, karyanya juga dilengkapi instrumen tambahan perkusif tradisonal, seperti kentongan, kalung (kelonthong) sapi, otok-otok, dan slompret toet-toet.

Pembukaan YGF ke-26 Hadirkan Konser Gamelan Berlatar Wayang Kreasul Sapto Raharjo

Selain Sanggar Anak Seni Nusantara Sekar Jati Laras, hari pertama konser gamelan YGF ke-26 juga diisi oleh penampil kedua, yaitu dari Laboratorium Suku Karinding Towѐl. Wadah kreatif dan ruang belajar non-formal ini terbentuk pada tahun 2009 lalu, di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung, atau yang sekarang dikenal dengan nama ISBI Bandung.

Laboratorium yang digagas oleh Dody Satya Ekagustdiman (komponis) dan Asep Nata (etnomusikolog) ini mengolah improvisasi kreativitas melalui instrumen Karinding Towѐl (karto). Instrumen ini terbuat dari bambu sebagai ekstrak dari karinding buhun (tradisi) dan dimainkan dengan cara dipetik pada ujung instrumen.

Seiring berjalannya waktu, laboratorium ini menambah kegiatan lainnya di luar kampus seperti riset musik, diskusi musik, dan eksperimen musik. Bahkan kini tidak hanya media karto saja yang digunakan, melainkan juga karinding kartu, pelokarina (pelok song), gamelan batu, dan eksperimen instrumen baru lainnya olahan dari limbah.

Sementara, penampil ketiga, Nadhaskara yang terbentuk pada Desember 2020 di Yogyakarta memadukan dua unsur musik modern dan tradisi seperti kendang Sunda, bonang Jawa, saron Banyuwangi, rebana, dan suling bali Grup ini beranggotakan Anting, Agung, Tredy, Shandro, Adnan, Rian, Rafael, Deden, dan Alan. Kelompok Nadhaskara meyakini perpaduan instrumen tradisi dan modern dapat menghasilkan sebuah warna musik baru yang bisa bersaing di pasar musik global.

Konser gamelan hari pertama ditutup dengan penampilan Lega Swara. Kelompok gamelan ini terdiri dari satu keluarga yang menunggu pandemi reda. Karya-karyanya menghasilkan alunan gamelan kontemporer yang menggugah semangat pendengarnya. [hmk]

4.8/5 - (5 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Haiki Murakabi


Tentang Haiki Murakabi