Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Jogja International Street Performance -JISP 2019

Jogja International Street Performance -JISP 2019 Mengusung Tema “Jogja The Dancing City”


Diwartakan oleh Official Adm pada 20 September 2019   (5,880 Readers)

JISP sebagai singkatan dari Jogja International Street Performance adalah satu gelaran seni pertunjukan yang sudah berlangsung sejak tahun 2010, dengan pihak penyelenggaranya adalah Dinas Pariwisata DIY bekerjasama dengan Jaran Production yang digawangi oleh Bambang Paningron, sosok pegiat seni yang juga pernah menjadi ketua Festival Kesenian Yogyakarta lebih dari satu dasawarsa lampau.

Mengusung tema “Jogja The Dancing City”, gelaran Jogja International Street Performance tahun 2019 ini bakal melibatkan banyak pelaku seni pertunjukan, baik itu yang berasal dari Indonesia maupun yang dihadirkan dari mancanegara.

Mengenai jadwal penyelenggaraan dari acara Jogja International Street Performance tahun 2019 ini yaitu dimulai pada tanggal 21 dan akan diakhiri pada tanggal 23 September 2019, dengan waktu dimulai puku; 16:00 hingga sekira pukul 22:00 WIB. sementara tempat pelaksanaannya sendiri masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu di ruang- ruang publik yang masih banyak tersedia di Jogjakarta. Baik itu pedestrian di Malioboro ataupun di depan Gedung DPRD, atau area titik 0 kilometer Yogyakarta.

Selain di ruang-ruang publik, gelaran JISP ini juga akan dipersembahkan di atas panggung konvensional, yang itu lokasinya berada di seputaran Monumen Serangan Oemoem 1 Maret, yang jaraknya hanya sepelemparan batu dari Titik 0 Kilometer Jogjakarta.

Gelaran yang disuguhkan pada tempat umum ini dimaksudkan sebagai bagian dari usaha menghilangkan jarak antara seniman dengan masyarakat sebagai pendukung utama produk seni budaya. Sementara, mengenai tujuan dari gelaran ini sendiri tak lain adalah agar Jogja International Street Performance ini mampu menjadi wujud peran aktif dalam pengembangan atraksi wisata budaya di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Jogja International Street Performance tahun 2019 ini akan diikuti oleh para seniman yang berasal dari seni pertunjukan, yang antara lain dihadirkan dari manca negara. Di antaranya adalah Romo Dance Theatre yang berasal dari Malaysia, Rama Simon yang datang dari Korea Selatan, Air Dance sebagai delegasi dari negara Filipina, dan Silver Belle yang merupakan wakil dari negara Kamboja.Kecuali seniman dari berbagai daerah di Indonesia yang bakal mempersembahkan karyanya pada helatan Jogja International Street Performance tahun 2019 ini antara lain adalah;

  • KHP Kridhomardowo (Yogyakarta)
  • Didik Nini Thowok (Yogyakarta)
  • Anterdans (Yogyakarta)
  • Bellacoustic (Kalimantan Tengah)
  • Pragina Gong (Yogyakarta)
  • Sanggar Dangkedunai Batam (Kepulauan Riau)
  • Anis Harliani (Bandung)
  • Puri Senjani Apriliani (Surabaya)
  • Bagus Masazupa (Malang)
  • UKMBS Universitas Lampung (Lampung).

Kehadiran KHP Kridhomardowo dari Keraton Yogyakarta ini seolah menjadi pembeda jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pasalnya ini menjadi pertanda bahwa tahun ini Kraton Jogja tak segan lagi untuk turun tangan dan langsung turut berpartisipasi dalam menyajikan tarian Beksan Lawung Ageng. Beksan ataupun tarian yang diperankan oleh sejumlah oleh 36 penari dan bregada dengan kostum lengkap dan pada awal bulan September lalu juga turut dihadirkan dalam ajang Festival Keraton Nusantara XIII 2019 di Tanah Luwu, Kota Palopo, Sulawesi Selatan ini akan dipersembahkan pada saat opening Jogja Internasional Street Performance 2019, tanggal 21 September 2019, yang berlokasi di Monumen Serangan Oemom 1 Maret Yogyakarta.

Jogja International Street Performance -JISP 2019Keikutsertaan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada ajang JISP ini memberikan sinyal semangat berbudaya kembali bagi masyarakat. Hal itu selaras dengan apa yang dituturkan oleh Gusti Noto (KGPH Notonegoro) dalam acara press conference yang diselenggarakan di Aula Dinas Pariwisata DIY pada hari Kamis 19 September 2019.

“Street performance yang disajikan ini sebenarnya sifatnya lebih milenial, karena dalam konsep seni pertunjukan klasik jawa mungkin ada pembatas sangat tebal. Namun, seiring perbedaan zaman, kami dari Kraton ingin merangkul masyarakat lebih luas seperti dengan adanya flashmob. Ini merupakan sebuah kolaborasi baru, kami ingin masyarakat dapat menikmati pertunjukan Kraton yang tadinya mungkin sangat eksklusif”, papar KGPH Notonegoro

Sementara itu di waktu lain Bambang Paningron sebagai pihak penyelenggara mengungkapkan bahwa sebagaimana namanya, JISP yang merupakan singkatan dari Jogja Internasional Street Performance ini pertamakali diselenggarakan idenya memang berangkat dari berbagai isu yang terkait dengan ketersediaan ruang publik.

Dapat dikatakan, bahwa apabila dilihat dari sisi ruang secara fisik, sejatinya kota Jogja termasuk kekurangan ruang publik. Karena bahkan Malioboro sendiri sebenarnya bukan merupakan ruang publik, namun lebih berujud sebagai pedestrian. Di samping itu, gedung-gedung pertunjukan di Jogja seolah juga sudah penuh di setiap akhir pekannya.

Di atas beberapa persoalan yang muaranya adalah sempitnya ruang publik tersebut, maka muncullah gelaran JISP ini, yang awalnya lebih pada sebagai ajang bagi para seniman untuk bagaimana dapat mempertunjukkan keahliannya pada ruang-ruang yang sebenarnya bukan tempatnya tersebut.

Masih menurut pemaparan Bambang Paningron, sosok yang beberapa tahun lalu pernah mengelola angkringan komunitas bernama ‘Kandhang Jaran’ di Ringroad Utara, bahwa beliau juga mengakui terpaksa telah  menolak beberapa grup tari yang berminat gabung di Jogja Internasional Street Performance (dan juga Asia Tri Jogja) yang kelasnya telah mendunia tersebut. Salah satu alasannya tak lain adalah karena keterbatasan dana.

Itu artinya, gagasan awal kemunculan gelaran JISP  ini lumayan mendapatkan jalan. Karena dari sekadar memikirkan pemanfaatan ruang publik yang disangka sempit, kenyataannya justru ini kemudian menjadi kegiatan bertaraf internasional yang juga menjadi ruang berekspresi bagi para seniman dalam mempresentasikan aktivitas seni dari wilayah dan negara  masing-masing, untuk kemudian dapat saling berinteraksi dan berkolaborasi, sehingga ruang pertukaran budaya antar bangsa dapat terwujud. []

4.9/5 - (7 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Official Adm


Tentang Official Adm