Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.9/5 - (7 votes)
HIGHLIGHT
   
Pameran Tunggal Seni Visual Ekwan Marianto The Journey of Happiness

“The Journey of Happiness” Menjadi Tajuk Pameran Tunggal Seni Visual Ekwan Marianto di Taman Budaya Yogyakarta


Diwartakan oleh Official Adm pada 19 Desember 2019   (4,524 Readers)

Ekwan Marianto merupakan seniman pria yang terlahir di Tuban -Jawa Timur pada tanggal 18 Desember 1977 dan memulai karir seni rupanya saat mulai belajar di SMSR (Sekolah Menengah Seni Rupa) Yogyakarta. Di sekolah inilah ia belajar dasar-dasar menggambar, melukis, mengukir kayu, membatik, membuat cetakan, membuat ilustrasi dan sebagainya.

Jauh sebelum menggelar pameran tunggal bertajuk “The Journey of Happiness” di penghujung tahun 2019, yaitu ketika menggeluti ilmu seni di SMSR -Bugisan tersebut, Ekwan memang telah memutuskan bahwa ia akan menekuni dunia seni-lukis. Karenanya, ia berusaha keras untuk menguasai beragam teknik dan gaya lukis.

“The Journey of Happiness” yang digelar dari tanggal 21 Desember 2019 dan berlangsung hingga 4 Januari 2020 ini menjadi pameran tunggal Ekwan Marianto kali ke-5, yang menampilkan lebih dari 40 karya terbarunya, baik itu berupa dua dimensi pun tiga dimensi.

Dapat diketahui bahwa pada saat Ekwan Marianto bersekolah di SMSR, ia tinggal di sebuah rumah kos di Yogyakarta, yaitu di sebuah lingkungan yang juga dipadati para seniman muda dengan penuh gairah, yang bukan saja kawan-kawan seangkatannya di SMSR, melainkan mereka yang juga menempuh pendidikan tinggi di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

Dengan latar-belakang seperti itu, meski Ekwan tidak menempuh pendidikan tinggi sebagaimana para tetangganya, pengaruh lingkungan tempat tinggal tersebut begitu besar dalam jalan hidupnya, termasuk di antaranya adalah pertemuannya dengan seorang perempuan yang kelak ia nikahi. Kemantapannya menjadi seniman dan caranya memandang hidup secara umum juga tak lepas dari pengaruh lingkungan tersebut, di mana pada saat ini, Ekwan Marianto juga telah memiliki ruang seni yang dikelolanya dengan kesungguhan hati, dan didedikasikan untuk siapa saja yang membutuhkan. Ialah Kembang Jati Art House nama studio tersebut.

Kekuatan ‘Kesederhanaan’

Ketika mengamati karya seni garapan Ekwan Marianto yang ada dalam pameran tunggal seni visual bertajuk “The Journey of Happiness” ini, kita akan menemui banyak hal, yang di antaranya adalah ragam artefak peradaban kuno, kartun tahun 1980an, aliran abstrak ekspresionis, emoticon (simbol-simbol emosi pada gawai) kontemporer dan wayang kulit Jawa.

Ekwan Marianto in The Journey of Happiness

Kemudian tatkala kita lanjutkan untuk serius mengamati, maka bukan tidak mungkin tawa kita pun bakal terpancing keluar akibat melihat kelucuan yang ada dalam karyanya. Rasa penasaran kita akan dunia yang diciptakan oleh sang seniman pun tergelitik, namun pada saat yang sama kita juga terharu, sekaligus terinspirasi untuk membuka diri pada sebuah hal mendasar yang membuat kita menjadi manusia sesungguhnya. Kita mendapat kesempatan berharga untuk mengingat kembali hal-hal yang membahagiakan.

Kekuatan kesederhanaan karya Ekwan pada pameran tunggal seni visual bertajuk “The Journey of Happiness” ini tak sebatas hanya menyamarkan kepekaan sang seniman yang luar biasa. Akan tetapi juga keahlian yang dilatih selama bertahun-tahun, serta, yang paling penting, beragam lapis interpretasi terhadap karya-karyanya.

Karya seni Ekwan menjadi sebuah peringatan merisaukan bahwa keberhasilan manusia yang paling hebat, sebenarnya selalu berakar dalam imajinasi dan kerbesamaan. Sama sekali bukan pada sesuatu yang acap kita pikirikan seperti sistem penilaian yang rumit dan kompetitif, kemampuan konsumsi, dan kesempurnaan layaknya produk buatan mesin. Lukisan Ekwan yang tampaknya kekanakan justru menyimpan rahasia kegembiraan yang selalu dicari-cari oleh manusia layaknya sebuah pencapaian.

Di lain sisi, sumber inspirasi yang digarap dalam karya Ekwan Marianto adalah juga keberadaa desa pun kampung halamannya, film-film kartun yang pernah ditontonnya sewaktu kecil, perayaan-perayaan di desa, lukisan karya pelukis Indonesia maupun mancanegara, ingatan-ingatan serta imajinasinya, wayang kulit, ukiran tradisional, graffiti yang tersebar di dinding-dinding kota Yogyakarta, pesawat terbang di udara, dan banyak lagi.

Memang, beberapa sumber inspirasi dalam karya Ekwan Marianto adalah sesuatu yang berada di alam sadar, sekaligus yang berasal dari alam bawah sadarnya. Namun, yang pasti, Ekwan kini juga membuka pintu bagi apapun untuk menjadi inspirasi, catatannya, selama ia masih tetap setia menggerakkan tangan sesuai keinginan hati, dan juga selama ia masih merasa nyaman untuk berkarya.

Hal tersebut sebagaimana diungkap oleh Ekwan Marianto, bahwa hasil dari inspirasi-inspirasi yang tertuang dalam karya-karyanya tersebut tak lain adalah karya-karya sugestif yang utuh.

“Berkesenian bagi saya itu tidak ada kata berhenti, karena itu sumber kebahagiaan saya. Saya suka menyaksikan citra yang muncul dari permainan-permainan ekspresif saya. Saya sering terkejut melihat sebuah bentuk muncul, dan mewujud. Seandainya saya berhenti dan berpikir, mungkin hal itu tampak konyol. Saya tak mungkin akan berani melukis tangan seperti itu, atau kumis yang menggelantung di tepian muka…atau apapun yang serupa, jika saya kebanyakan berpikir. Tapi kalau mengerjakan hal seperti ini menyenangkan, melukis dan memainkan warna sesuka hati, buat apa dipikirkan? Hahaha…”

Pandangan Tokoh Atas Karya Seni Ekwan Marianto

Pameran Tunggal Seni Visual Ekwan Marianto The Journey of HappinessJika di atas adalah pandangan yang digali langsung dari sang perupa Ekwan Marianto, sehingga sangat mungkin untuk dinilai sebagai sebuah subyektivitas, maka guna mendapatkan pandangan yang obyektif, di bawah ini dihadirkan pula berbagai pandangan yang juga diungkapkan oleh beberapa tokoh laon terkait dunia seni rupa.

Empat orang yanng memberikan pandangan ‘kesederhanaan’ ikhwal karya-karya Ekwan Marianto sehubungan dengan digelarnya pameran tunggal seni visual bertajuk “The Journey of Happiness” ini adalah;

  • Nasirun
  • Edi Sunaryo
  • dr. Oei Hong Djien
  • Jean Couteau

Nasirun

Saya bersyukur melihat para seniman muda yang berdedikasi terhadap karyanya. Pada dasarnya, saya senang melihat Ekwan mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi media lain selain cat dan kanvas. Saya yakin ini sangat penting untuk perkembangan keseniannya. Lebih-lebih kalau kita membicarakan budaya lokal di sini. Tidak pernah ada batasan kaku di antara berbagai media kesenian–semuanya merupakan satu kesatuan, bagian dari wadah yang luas yang membawa warisan budaya. Ini termasuk asas-asas kebersamaan, kebahagiaan, dan keterhubungan dengan beragam hal.

Kebahagiaan itu pada dasarnya datang dari hal-hal sederhana yang semakin langka ditemukan di zaman modern ini.

Edi Sunaryo

Ada hal yang mengharukan ketika berhadapan dengan sosok Ekwan, yaitu kesederhanaan dalam menyikapi hidup. Dia ingin berbagi rasa bersama dengan teman-temannya yang baru miniti karier sebagai perupa. Jiwa sosial yang dia miliki diwujudkan dalam konsep ruang pajang, ruang alternatif yaitu bangunan rumah Jawa sebagai wadah memamerkan karya seni rupa secara gratis diberi nama Kembang Jati. Latar belakang konsep ruang pajang ini adalah berdasar pengalaman pribadi ketika betapa susahnya mendapatkan kesempatan untuk memamerkan karya-karya seninya di galeri yang ada di Yogyakarta.

Ekwan sadar diri dan merasa bahwa setiap penolakan secara halus oleh galeri alasannya karena karya seninya belum layak pameran.

dr. Oei Hong Djien

Karya patung Ekwan juga bercorak naif, namun dibandingkan dengan lukisannya lebih mempunyai keunikan. Di mana letak keunggulan patung Ekwan? Dari segi visual, karya patungnya mudah diapresiasi karena indah, menyenangkan dan mempunyai daya pajang lebih. Yang terakhir ini disebabkan ukurannya yang mini sehingga mudah dicarikan tempat untuk dipajang. Temanya menarik dan jenaka. Bentuknya juga mempunyai daya tarik dikarenakan deformasi bentuk yang lucu, aneh tapi enak dipandang.

Hal ini mengingatkan saya pada deformasi Widayat. Warnanyapun segar, indah dan harmonis. Warna ini kalah mengesankan kalau ia memakai bahan perunggu.

Jean Couteau

Wong Cilik pada Ekwan. Lihatlah lukisan Ekwan! Apakah wong ciliknya — kaum miskin tertindas, para pengangguran, dan mereka yang dieksploitasi — tampak teralienasikan dalam lukisan-lukisannya? Sama sekali tidak. Mereka justru sebaliknya tampak gembira.

Apa yang kita lihat? Orang-orang yang ketawa-ketiwi, jejingkrakan, bergairah, dan penuh canda ria. Seolah-olah hidup mereka merupakan suatu kesinambungan terus-menerus dari peristiwa-peristiwa yang membahagiakan. Dan ini bukan hanya apa yang kita lihat, melainkan juga apa yang mau dikatakan oleh Ekwan. “Saya melukis kebahagiaan”, katanya, “Sebagaimana kebahagiaan yang datang kepada saya. Karakter-karakter saya mendapatkan inspirasi dari apa yang saya lihat di pasar-pasar malam, pada jathilan, dan pada semua acara favorit kehidupan desa Jawa”. []

4.9/5 - (7 votes)

4.9/5 - (7 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Official Adm


Tentang Official Adm

BACA JUGA:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *