Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.9/5 - (7 votes)
HIGHLIGHT
   
Pameran Tunggal Hendro Purwoko Sambang Sambung Malioboro

Pameran “Sambang Sambung Malioboro” Oleh Hendro Purwoko Dimeriahkan Beragam Rangkaian Kegiatan Seni Rupa


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 7 Desember 2019   (5,198 Readers)

Sebagai sebuah ruang hidup, cepat atau lambat, seiring berjalannya waktu tentu akan selalu ada yang berubah. Pun dengan keberadaan Malioboro sebagai satu area yang menjadi jantung kota Yogyakarta. Karenanya, merekam Malioboro pada masa tertentu sangat mungkin bakal menjadi dokumentasi sangat bernilai, khususnya dalam kaitannya dengan perjalanan sejarah Yogyakarta itu sendiri. Pasalnya, Malioboro tak lain adalah juga menjadi satu penanda waktu yang terserak antara masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Pameran Tunggal Hendro Purwoko dengan tajuk ‘Sambang Sambung Malioboro’ merupakan perwujudan dari apa yang terpaparkan di atas. Hal itu sebagaimana dipaparkan oleh Purwadmadi tepatnya dalam acara Press Conference pada hari Sabtu sore -07 Desember 2019, yaitu yang berkaitan dengan dihelatnya Pameran Sambang Sambung Malioboro dengan agenda mulai tanggal 10 hingga 18 Desember 2019.

Adalah Purwadmadi Admadipurwa yang hadir sebagai salah satu narasumber dalam acara jumpa pers Pameran Sambang Sambung Malioboro yang dilakukan di Gallery Seni Rupa -Posnya Seni Godod -area Jalan Suryodiningratan MJ II/641, Gg. Rahmat, Yogyakarta tersebut.

Pameran “Sambang Sambung Malioboro Oleh Hendro Purwoko

Purwadmadi memberikan penjelasan tentang beberapa karya milik Hendro Purwoko yang menyajikan ragam karya berhubungan dengan kawasan Malioboro Jogjakarta ini. Bahwa dalam berbagai lukisan karya Hendro, secara garis besar dapat ditarik benang merah perihal ‘Memayu Hayuning Bawono’ dan juga sekaligus tentang “Sangkan Paraning Dumadi”.

Selain penjelasan langsung tersebut, dalam tulisan pengantarnya, Purwadmadi juga menorehkan bahwa pada sisi-sisi Malioboro inilah ragam sketsa dari tangan Hendro Purwoko tentang bentang kawasan Malioboro menjadi bagian catatan historis sekaligus rekaman peristiwa sosial yang perlu ditakar dan dibaca sebagai peristiwa sosial budaya. Lebih lanjut, arah rekaman visual yang dibuat oleh Hendro Purwoko tidak hanya berdimensi pada sisi-sisi heritage ataupun kecagar-budayaan, lebih dari itu, ia bisa dimanfaatkan guna membaca sikap dan perilaku masyarakat. Dari balik bangunan yang terekam, tercatat, dan terunggah dalam gambar, sesungguhnya merupakan perwujudan satu teks yang menemukan konteks sosial budayanya dari waktu ke waktu.

Masih dari tulisan pengantar Purwadmadi, gambar-gambar tangan Hendro Purwoko bukan sebatas buah keterampilan semata-mata, akan tetapi juga ekspresi ajakan untuk membaca Malioboro sebagai kawasan kehidupan sekaligus kawasan budaya, yang sangat mewarnai keragaman perjalanan sejarah Yogyakarta. Motif sketsa Hendro Purwoko pantas untuk tidak hanya dibedah dari pencapaian wujud visual, melainkan juga dari motif konservasi ingatan dan picuan inspirasi konservasi, pemeliharaan, pengembangan, dan pemanfaatkan warisan budaya. Selain itu, ia dapat pula digunakan sebagai sarana guna menemu-tunjuk problem sosial budaya yang kompleks di kawasan Malioboro itu sendiri. Sketsa-sketsa Malioboro karya Hendro Purwoko adalah gambaran dari catatan spontan, sekaligus seruan moral dalam memelihara dan mengembangkan Malioboro sebagai kawasan budaya terpenting di Yogyakarta.

Tentang Sambang Sambung Malioboro Hendro Purwoko oleh Purwadmadi

Dengan demikian, sangat sah apabila dikatakan bahwa Pameran Tunggal Hendro Purwoko “Sambang Sambung Malioboro” ini memiliki arti penting dan sekaligus membawa makna yang menarik secara artistik, baik itu dilihat dari sudut dokumentasi sejarah aspek-aspek sosial, budaya, ekonomi, arsitektural, maupun tata ruang kawasan Malioboro. Bahkan pada waktu mendatang, ia bisa saja dijadikan sebagai salah satu pijakan dalam kajian-kajian ilmiah kesejarahan Yogyakarta.

Dalam Pameran Tunggal Hendro Purwoko “Sambang Sambung Malioboro” yang bertempat di Bentara Budaya Yogyakarta ini tersajikan 42 karya sketsa. Kesemuanya merupakan karya Hendro Purwoko yang dibuat sejak tahun 2009 hingga 2015. Sketsa-sketsa tersebut mengabadikan suasana Yogyakarta pada tahun-tahun itu, yang mana di tahun 2019 ini sudah cukup banyak berubah. Proyek revitalisasi Malioboro sepanjang tahun 2018-2019, misalnya, cukup banyak mengubah bentang lanskap Malioboro dari sisi pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana.

Hendro Purwoko dengan cukup detail menangkap “jiwa-jiwa” Malioboro dalam sketsa-sketsanya. Sosok-sosok penghuninya seperti sais andong, tukang becak, penjaja kopi instant, dan pedagang cinderamata, hingga landmark Malioboro seperti Stasiun Tugu, Kantor Gubernur, Pasar Beringharjo, Ngejaman, Museum Benteng Vredeburg, Ketandan, Kawasan Sosrowijayan, maupun gedung-gedung di kawasan Titik 0 KM terekam dengan apik dan artistik di tangan Hendro Purwoko. Suasana seperti demo buruh, angkringan, dan pasar klithikan juga tak luput dari pengamatan Hendro Purwoko.

Pameran Tunggal “Sambang Sambung Malioboro” ini merupakan bentuk tanggung jawab Hendro Purwoko sebagai seorang seniman yang selalu berproses kreatif dan menunjukkan idealisme serta eksistensinya.

Pameran Tunggal bertajuk “Sambang Sambung Malioboro” ini juga dihadirkan guna menandai masa purna tugas sosok Hendro Purwoko -per 1 Oktober 2019 silam- sebagai staff pengajar di Program Studi Disain Interior, Fakultas Seni Rupa Intitut Seni Indonesia Yogyakarta.

Dengan kata lain, bisa juga dikatakan bahwa Pameran Sambang Sambung Malioboro ini merupakan satu perayaan atas pencapaian Hendro Purwoko sebagai seorang seniman maupun sebagai pengajar seni. Oleh karenanya, Hendro Purwoko ingin merayakannya bersama keluarga, komunitas, dan teman-teman seniman.

Perayaan berkesenian Hendro Purwoko tersebut diselenggarakan dengan menggelar sejumlah rangkaian kegiatan, yanng di antaranya adalah pameran “Meditasi Anak Milenium” dan juga kegiatan ‘Sket Malioboro’. Selengkapnya mengenai rangkaian kegiatan tersebut sebagaimana terpaparkan di bawah ini.

Sambang Sambung Malioboro Oleh Hendro Purwoko

  • Pameran Karya Meditasi Anak Milenium

Sebagai rangkaian kegiatan yang mengawali gelaran Pameran Sambang Sambung Malioboro ini, sejatinya digelar pula satu Pameran Karya “Meditasi Anak Milenium” yang bertempat di Posnya Seni Godod, yaitu dari tanggal 1 Desember hingga 8 Desember 2019, di mana pada pameran “Meditasi Anak Milenium” tersebut, dipajang puluhan gambar hasil karya anak-anak yang mengikuti kegiatan menggambar rutin di Posnya Seni Godod.

Pameran yang diikuti 23 anak-anak usia TK hingga SD tersebut sekaligus juga menjadi penanda peringatan 1000 hari berpulangnya Puspitasari Darsono (Mbak Pipit), seorang sahabat yang menginspirasi kehidupan Hendro Purwoko untuk belajar meditasi dan segala variasinya, termasuk makan ala vegetarian.

  • Sket Malioboro di Sketchbook Ukuran 14 x 14 cm

Sebagai acara berikutnyayang juga masih menjadi langkah guna ‘nyengkuyung’ Pameran Tunggal “Sambang Sambung Malioboro” oleh Hendro Purwoko ini, maka untuk rangkaian kegiatan dilanjutkan dengan acara Sket Malioboro di sketchbook ukuran 14 x 14 cm bersama puluhan perupa.

  • Pameran dari Hasil Melukis Bersama 100 Perupa di Kawasan Malioboro

Pameran “Sambang Sambung Malioboro Hendro PurwokoKemudian yang tak kalah menariknya adalah diselenggarakan acara Melukis Bersama 100 Perupa di Kawasan Malioboro pada Selasa Wage, 10 Desember 2019. Acara yang dimulai pukul 08.00 WIB ini diikuti sejumlah 122 pelukis yang berasal dari penjuru Nusantara dan bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan DIY, komunitas pelukis cat air (KOLCAI), Sanggar Bambu, Sanggar Sejati, dan kelompok seniman lainnya.

Acara Melukis Bersama 100 Perupa di Kawasan Malioboro ini selain untuk sebagai bentuk dukungan terhadap Pameran Tunggal Hendro Purwoko, juga untuk memperingati Hari HAM Sedunia dan mendukung program car free day Selasa Wagen di kawasan Malioboro Yogyakarta.

Para peserta melukis kawasan Malioboro dengan titik kumpul di depan Museum Sonobudoyo (Gedung ex-KONI). Panitia menyiapkan 100 kanvas ukuran 50 x 60 cm untuk acara ini.

Hasil melukis bersama ini selanjutnya dipamerkan di Posnya Seni Godod mulai tanggal 10 hingga 18 Desember 2019. Pameran tersebut dibuka Selasa sore pukul 16.00 WIB oleh Mr. Rudolf Iten, pengusaha asal Swiss.

  • Pameran Tunggal Hendro Purwoko “Sambang Sambung Malioboro” di Bentara Budaya Yogyakarta

Masih di hari yang sama, namun dengan waktu malam hari, yaitu Selasa Wage, 10 Desember 2019 pukul 19.00 WIB, rangkaian yang utama itu digelar. Ialah pembukaan Pameran Tunggal Hendro Purwoko “Sambang Sambung Malioboro” di Bentara Budaya Yogyakarta.

Pada Pameran Tunggal Hendro Purwoko “Sambang Sambung Malioboro” yang menggelar lebih dari 42 sketsa kawasan Malioboro ini, pembukaannya dilakukan oleh Prof. Dr. M. Agus Burhan, M.Hum. Diagendakan sekitar 200 tamu undangan yang hadir juga dihibur dengan sajian musik dari See N See Guitar.

Perihal Pameran Tunggal Hendro Purwoko “Sambang Sambung Malioboro” yang berlangsung dari tanggal 10 hingga 18 Desember 2019 dengan jam buka setiap hari pukul 09.00 – 21.00 WIB ini, berlaku sebagai kurator adalah Prof. M. Dwi Marianto, MFA., Ph.D. Sementara sebagai pengantar adalah tulisan yang cukup panjang dari Purwadmadi. [uth]

Pameran “Meditasi Anak Milenium” dan Sket Malioboro
Acara Waktu Tempat
Pameran Karya “Meditasi Anak Milenium” 1 – 8 Desember 2019 Posnya Seni Godod
Jl. Suryodiningratan MJ II/641
Gg. Rahmat, Yogyakarta
Sket Malioboro di sketchbook (14 x 14 cm)
Melukis Bersama 100 Perupa Selasa Wage, 10 Desember 2019 Kawasan Malioboro
Dimulai dari Depan Museum Sonobudoyo
(Gedung Ex KONI, Jl Pangurakan)
Yogyakarta
Pameran Hasil Lukisan 100 Perupa 10 hingga 18 Desember 2019 Posnya Seni Godod
Jl. Suryodiningratan MJ II/641
Gg. Rahmat, Yogyakarta
Pameran “Sambang Sambung Malioboro” 10 hingga 18 Desember 2019 Bentara Budaya Yogyakarta
Jl. Suroto, Kotabaru
Yogyakarta

4.9/5 - (7 votes)

4.9/5 - (7 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha