Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.8/5 - (6 votes)
HIGHLIGHT
   
Gamelan 4.0 ROARGAMA 4.0 UGM

Dari ROARGAMA 4.0 Dapat Dimaknai Bahwa Gamelan Ada di Setiap Zaman, Gamelan Membuat Zamannya Sendiri


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 30 November 2019   (3,784 Readers)

Helai-helai tipis air hujan jatuh dari langit seolah menjadi suasana pengiring dalam pembukaan acara Rhapsody of the Archipelago: Gamelan 4.0 -ROAR GAMA 4.0- yang digelar pada hari Minggu malam 30 November 2019. Pasalnya, meski rintik hujan itu lama-kelamaan juga membuat basah baju yang menempel di badan, namun toh hal itu tak membuat para pengunjung yang memenuhi Lapangan Grha Sabha Pramana UGM beranjak dari tempatnya.

ROARGAMA 4.0 atau Rhapsody of the Archipelago: Gamelan 4.0 adalah nama dari gelaran yang malam hari itu mulai dihelat pada pukul 19:00 WIB, yaitu dengan sajian awal berupa Tari Kangen dari Pulung Dance Studio. Selanjutnya penampilan demi penampilan disuguhkan, yang secara garis besar dapat dikatakan bahwa gamelan merupakan benang merah yang kenyataannya mampu menghubungkan satu penampil dengan penampil lainnya, yang notabene memiliki latar belakang dan jenis musik tak selalu sama.

Namun sebelum masuk ke reportoar gamelan, acara ROARGAMA 4.0 tersebut diawali pula dengan sambutan yang disampaikan oleh Prof. Erwan Agus Purwanto selaku Dekan FISIPOL UGM, kemudian disambung Dr. Wening Udasmoro, M.Hum, DEA yang merupakan Dekan FIB UGM, dan juga pidato sambutan dari Dr. Drs. Pratikno, M.Soc.Sc. yang saat ini menjabat sebagai Menteri Sekretaris Negara RI.

TARIAN PEMBUKA ROARGAMA - TARI KANGEN -ROARGAMA 4.0 UGM

Dr. Drs. Pratikno, M.Soc.Sc. dalam sambutan di acara ROARGAMA 4.0 tersebut menyampaikan harapannya bahwa apa yang diselenggarakan oleh FISIPOL bersama dengan FIB UGM dalam rangka memperingati Lustrum ke-14 UGM dan Dies Fisipol UGM ke-64 ini dapat disambut di daerah-daerah lain.

“Karena ini di Yogyakarta, maka gamelan dijadikan yang anchor budaya, sehingga bernama Archipelago: Gamelan 4.0 (ROAR GAMA 4.0), maka kalau misalnya di Bandung, bisa jadi Archipelagiu: Angklung ROAR UNPAD atau ROAR ITB,” tutur Pratikno.

Sebelum Mantra Vutura naik panggung sebagai penampil perdana di, terlebih dahulu dilaksanakan juga pemberian Awarding Lifetime Award dari ROARGAMA 4.0 kepada Ki Trimanto. Hal itu dilakukan setelah pihak penerima juga mendapat penghargaan dari Sri Sultan Hamengku Buwono X karena jasa-jasanya di bidang seni budaya, yaitu dengan diberikan satu gelar berjuluk “Empu Triwiguna”.

Ki Trimanto mendapatkan gelar Empu Triwiguna sebagai anugerah Lifetime Achievement Award ini karena langkah pengabdiannya yang tiada henti terhadap seni dan budaya di Indonesia, khususnya seni-budaya berujud gamelan. Sebagai seorang empu pembuat gamelan, beliau memiliki idealisme yang sangat luar biasa. Konon, beliau lebih memilih sama sekali tidak membuat gamelan, ketimbang menghasilkan perangkat gamelan yang berkualitas buruk. Selain gamelan, karya-karya monumental beliau antara lain Bende Millenium yang dipasang di Taman Impian Jaya Ancol, serta Bedug Kyai Ijo yang saat ini ada di Masjid Agung Tasikmalaya. Lifetime Achievement Award untuk Empu Triwiguna tersebut diterima oleh putri beliau Elisabeth Elly Suryana Ati.

Sementara itu terkait dengan penyelenggaraan dari pagelaran ini, Ishari Sahida yang merupakan mitra kreatif dari helatan ROARGAMA 4.0 ini memberikan penjelasannya, bahwa penekanan acara ini adalah lebih tentang bagaimana anak-anak muda mengelola kebudayaannya. Karenanya, sehubungan dengan hal tersebut, maka diusunglah lima kelompok musik yang lagu-lagunya digemari anak-anak muda hari ini, yaitu Mantra Vutura, Tashoora, Letto, FSTVLST, dan OM New Pallapa bersama Brodin. Dari karya-karya semua penampil tersebut, selanjutnya diperkaya pula dengan orkestrasi gamelan.

“Biasanya yang terjadi adalah band-band bermain diiringi orkestrasi barat, kali ini dibuat band- band tersebut membawakan karya mereka dengan diiringi orkestrasi timur, dalam hal ini gamelan.” jelas pria yang akrab pula disapa dengan sebutan Ari Wulu ini.

Alasan Mantra Vutura dipilih sebagai penampil di ROARGAMA ini karena selain mereka digawangi oleh anak-anak muda, musik mereka juga mencerminkan masa depan, impian, dan harapan. Selanjutnya Tashoora terpilih karena juga musik-musiknya menawarkan kecemasan-kecemasan remaja dan anak muda dengan kritik-kritiknya.

Lain dari itu, FSTVLST dihadirkan pada helatan ROARGAMA 4.0 atau Rhapsody of the Archipelago: Gamelan 4.0 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini, pasalnya ia dianggap menjadi wakili dari mereka yang muda, beringas, namun punya tekad sekaligus tujuan jelas yang disematkan.

Letto Band menjadi penampil di helatan Gamelan 4.0 ini karena ia menjadi sosok sebagai gambaran dalam tahapan yang telah mapan, tentram, tenang, dan alus. Sedangkan OM New Pallapa bersama Brodin yang merupakan penampil akhir, mereka dihadirkan di atas panggung ROARGAMA guna menjadi sarana dalam mengajak semua untuk bersama-sama merayakan kehidupan, tentu setelah semua tahapan-tahapan sebelumnya tersebut dilewati.

Mantra Vutura on ROARGAMA 4.0 Gamelan UGM Yogyakarta

“Anak muda hari ini lebih menyadari peranan nusantara untuk dirinya,” ungkap Ari Wulu.

Hal itu disampaikan Wulu ketika melihat bagaimana anak-anak muda masa kini makin banyak yang mengapresiasi musik-musik tradisional Indonesia, dalam hal ini gamelan dan dangdut.

Di sela-sela penampilan band-band yang dihadirkan di atas panggung tesebut, diselipkan pula karya-karya komposisi gamelan khusus untuk ROARGAMA 4.0 ini dari para komposer muda. Di antara para komposer muda itu antara lain adalah Sudaryanto, Welly Hendratmoko, M.Sn., dan Anon Suneko, M.Sn. Mereka adalah komposer muda gamelan yang potensial di Yogyakarta. Hal ini dilakukan tak lain sebagai cara  dari ROARGAMA 4.0 untuk tetap mengakomodasi musisi-musisi muda yang inovatif dan memberi ruang bagi mereka untuk berkarya.

Semua para penampil tersebut diiringi tiga pangkon (tiga set) gamelan, yang terdiri dari dua set gamelan pentatonis, dan satu set gamelan diatonis. Gagasan semacam ini disepadankan seperti susunan ansamble orkestra barat. Yaitu berdasaran perkusi, alat musik gesek, alat musik  tiup, dan lain sebagainya. Dengan gamelan disusun seperti itu, ROAR GAMA 4.0 mencoba memberikan tawaran baru dalam penyuguhannya.

“Gamelan itu bukan hal yang dulu ada kemudian sekarang dilestarikan. Gamelan ada di setiap zaman, karena gamelan itu membuat jamannya sendiri. ROAR GAMA 4.0 adalah salah satu peristiwa dan bukti bagaimana gamelan sedang membuat jamannya sendiri,” pungkas Ari Wulu.

Pernyataan Ari Wulu tersebut dapat dilihat buktinya di ROAR GAMA Exhibition, pameran seni dari para seniman kolaborator ROAR GAMA 4.0, yaitu Venzha Christ, Yudianto Asmoro, dan Bayu Bawono yang akan bermain-main dengan alam pikir, bunyi, dan frekuensi dalam karya “DIY Radio Astronomi”. Pameran ini terletak di salah satu sudut Lapangan Grha Sabha Pramana, dan digelar selama acara berlangsung.

Tashoora di Gamelan ROARGAMA 4.0 UGM

Sehari sebelumnya, masih dalam rangkaian ROAR GAMA 4.0, di Gedung PKKH UGM digelar workshop Srawung Sandhing Gamelan oleh Gamelan Mahasiswa Sastra Jawa FIB UGM (GAMASUTRA) pada pukul 15:00 – 17:00 WIB. Di workhsop ini yang terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya ini, para peserta tidak hanya diberi pelatihan cara bermain gamelan, namun juga diajari bagaimana unggah-ungguh ketika akan dan sedang bermain gamelan.

 

Seiring berakhirnya lagu terakhir dari OM New Pallapa bersama Brodin, gelaran Rhapsody of the Archipelago: Gamelan 4.0 (ROAR GAMA4.0) resmi berakhir. Semoga persembahan yang disuguhkan malam ini bisa memberikan insipirasi dan pemahaman baru mengenai bagaimana sejatinya gamelan yang selalu berkelindan dengan ruang dan waktu, sehingga selalu membuat jamannya sendiri, bagi setiap generasi. [uth]

4.8/5 - (6 votes)

4.8/5 - (6 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha