Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.9/5 - (8 votes)
HIGHLIGHT
   
Suwung-Karya-Jemek-Supardi

“Suwung” Karya Jemek Supardi Menutup Tahun 2019 dan Membuka 2020 di Gejayan Yogyakarta


Diwartakan oleh Haiki Murakabi pada 29 Desember 2019   (6,940 Readers)

Menutup tahun 2019 dan kemudian mengawali tahun 2020, ada yang sedikit berbeda di kawasan kampus Sanata Dharma -Gejayan Yogyakarta. Ialah kehadiran beberapa seniman pantomim yang digawangi mimer gaek Jemek Supardi dan juga kawan-kawan pantomimer lain di Jogjakarta.

Jemek Supardi dan kawan-kawan pantomimer Yogyakarta dalam menutup tahun 2019 dan membuka 2020 di Gejayan tersebut, tak lain adalah juga hendak mempersembahkan beberapa karya terbaiknya dalam tajuk “Suwung” alias kosong.

Sebagaimana yang telah banyak orang ketahui, Jemek Supardi merupakan seniman -pantomimer senior Indonesia yang terlahir 14 Maret 1953 di area Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Meski hanya selama 3 bulan mengenyam pendidikan di jurusan senirupa SMSR alias Sekolah Menengah Seni Rupa Indonesia, ia merupakan sosok pantomimer handal.

Dalam perjalanan yang telah dilalui sejak tahun 70-an, Jemek pernah tergabung dalam beberapa kelompok teater. Di antaranya adalah Teater Alam, Teater Boneka, dan Teater Dinasti. Dalam khasanah dunia perteateran tersebut, bersama Teater Dinasti, sekira tahun 1977 ia sejatinya memulainya dengan mengurusi bagian artistik, baik itu terkait properti, make up, dan juga kostum. Hal tersebut dilakukan lantaran Jemek muda saat itu terlihat kesulitan dalam menghafal naskah.

Jemek Supardi -Tribute to Djaduk Ferianto oleh Jemek Supardi di Gelaran Pantomime Sowan

Seiring waktu, Jemek Supardi sadar dengan kekurangan dan kelemahan pada dirinya, karena itu selanjutnya ia melihat kesempatan lain dalam berkesenian, yaitu menekuni seni pantomim yang boleh dibilang saat itu belum banyak yang terjun sebagai penyaluran hasrat berekspresi. Di kesempatan tersebut, ia secara otodidak mempelajari dan terus berproses di dunia seni pantomim. Imajinasi yang ada di benak ia aplikasikan ke dalam seni dengan bahasa gerak tanpa kata tersebut.

Jelang tahun 80-an itu, Jemek terus berproses tiada kenal kata menyerah meski toada figur yang harus ia mintai bimbingan dalam mengembangkan kemampuan berpantomimnya. Saat itu, Jemek sebatas tekun berlatih sekaligus rajin menyimak dan mengamati pentas pantomim yanng dilakukan oleh para seniman manca negara yang digelar di Yogyakarta, termasuk Marcel Marceau yang merupakan pantomimer asal Prancis.

Dalam perkembangannya, pantomim yang Jemek lakukan tak selalu harus dipentaskan di atas panggung. Ia rela dan dengan senang hati berpantomim dengan tempat yang tak lazim, misalnya di jalanan, di makam pahlawan, di atas kereta api, dan bahkan juga di Rumah Sakit Jiwa daerah Magelang.

1997 menjadi tahun yang lumayan menghebohkan akibat kehadiran Jemek Supardi dalam berpantomim, yaitu seiring diagendakannya  FKY alias Festival Kesenian Yogyakarta.

Tahun 1997 tersebut, dengan mengenakan pakaian kaos warna gelap dan muka warna putih, Jemek Supardi berangkat mengendarai becak dari rumahnya menuju Pasar Seni FKY. Namun saat sampau di tujuan, yaitu di area Benteng Vredeburg, justru petugas keamanan mencegat dan bahkan kemudian menggelandangnya.

Akibat dari perlakuan dan kejadian yang menimpanya, tak ayal Jemek Supardi melakukan pementasan pantomim di sepanjang Malioboro yang juga tak jauh dari Benteng Vredeburg Yogyakarta yang diberi tajuk “Pak Jemek Pamit Pensiun“. Pada akhirnya sepanjang jalan itu pun menjadi macet total.

Jemek Supardi ‘Sowan’ Satu Bulan Setelah ‘Pedhot’ dan “Suwung”

Dua bulan di akhir tahun 2019, Jemek Supardi bisa dibilang lumayan sering mempersembahkan kemampuannya dalam berpentas-pantomim. Diawali pada tanggal 15 November 2019 yang bertempat di IFI/LIP –Institut Francais Indonesia Sagan Kota Yogyakarta, bersama dengan sesama pantomimer Jogja yang tergabung dalam Rumah Pantomim Yogyakarta, dikomando oleh Broto Widjayanto, Jemek Supardi membuka pementasan yang bertajuk “Sowan a.k.a Show(One)

Kemudian 2 minggu setelah gelaran di IFI/LIP tersebut, pada akhir bulan November 2019 silam, di kawasan Beringin Soekarno Kampus II Universitaa Sanata Dharma Gejayan Yogyakarta, masih bersama kawan-kawan Rumah Pantomim Yogyakarta, Jemek Supardi melakukan pementasan karya pantomimnya yang mengusung tajuk “Pedhot” alias putus.

Dalam pementasan ‘Pedhot‘ karya Jemek Supardi tersebut, seniman-pantomim yang dihadirkan selain Jemek sendiri masing-masing adalah Broto Wijayanto, Asita Kaladewa, Jamaluddin Latif, Krismantono, Kelompok AFC Pantomime, dan juga pantomimer asal Jepang; Naoki Nagai. Kecuali para pantomimer, ada pula penampilan tari dari Kinanti Sekar Rahina yang tak lain adalah puteri Jemek Supardi sendiri.

Selanjutnya guna menutup tahun 2019 dan membuka tahun 2020, hadir kembali pentas pantomim oleh Jemek Supardi yang bakal mempersembahkan “Suwung” sebagai judulnya. Waktunya adalah pada tanggal 31 Desember 2019, tepatnya pukul 19:30 WIB dengan tempat berada di area Panggung Mata Air Pengetahuan, Kampus II Universitas Sanata Dharma, Gejayan Yogyakarta.

Pementasan akhir tahun yang menyajikan “Suwung” karya Jemek Supardi tersebut disuguhkan untuk semua kalangan tanpa dipungut biaya, yang di dalamnya ada pula rangkaian diskusi dan renungan kebudayaan. Yaitu dengan menghadirkan G. Budi Subanar, SJ. [hmk]

4.9/5 - (8 votes)

4.9/5 - (8 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Haiki Murakabi


Tentang Haiki Murakabi