Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Pizza Mediterranea Jogja Undang Nobar Gratis Unearthing Muarajambi

Pizza Mediterranea Jogja Undang Khalayak Nobar Gratis Unearthing Muarajambi Temples (Muarajambi Bertutur) Sebagai Film Yang Satukan Ragam Lapisan Masyarakat Selama Lebih Seribu Tahun


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 17 Juli 2023   (2,508 Readers)

Kehadiran JNM Bloc di masa pandemi sebagai sebuah tempat yang mengusung tagline ‘Arts, Culture, & Entertainment In A Historical Site’ kenyataannya mampu menambah riuhnya khasanah Jogja, khususnya di bagian barat karena lokasinya tepat berada di bagian belakang area Jogja National Museum Jalan Ki Amri Yahya Wirobrajan Yogyakarta. Tempat nongkrong dengan konsep ragam sajian dan ruang terbuka menjadi unggulan tempat ini, apalagi beberapa tenant juga acap mempersembahkan berbagai kegiatan.

Pizza Mediterranea Jogjakarta yang merupakan salah satu tenant di JNM Bloc kali ini juga turut  meramaikan geliat Jogja yaitu dengan mengadakan pemutaran film dokumenter garapan Nia Dinata bertajuk Unearthing Muarajambi Temples (Muarajambi Bertutur) selama dua hari berturut-turut, tanggal 19 dan 20 Juli 2023, tepatnya bertempat di area JNM Bloc Jogja National Museum, satu area dengan dipresentasikannya karya-karya apik di perhelatan festival seni kontemporer ARTJOG 2023.

“Unearthing Muarajambi Temples” (Muarajambi Bertutur) sebagai sebuah film dokumenter garapan Nia Dinata memuat cerita yang merekam sejarah lintas zaman tentang situs candi Muarajambi di Desa Muaro Jambi.

Film dokumenter “Unearthing Muarajambi Temples” (Muarajambi Bertutur) ini sejatinya sudah rilis perdana di Area Candi Borobudur Magelang Jawa Tengah, tepatnya pada tanggal 3 Juni 2023, yaitu dalam rangkaian hari Raya Waisak. Selanjutnya untuk pemutaran ke dua kalinya dilaksanakan di ARMA Museum Ubud Bali, pada tanggal 26 Juli 2023.

Mendapat dukungan dari Pizza Mediterranea by Kamil, bersamaan dengan gelaran ARTJOG 2023, Jogja menjadi kali ke-3 diputarnya film dokumenter “Unearthing Muarajambi Temples” (Muarajambi Bertutur) ini.

Tentang Sinopsis Unearthing Muarajambi Temples

Sinopsis dari film Muarajambi Bertutur yang memiliki durasi selama 94 menit ini secara singkat menceritakan tentang adanya sebuah mahawihara atau universitas Buddha tertua di dunia bernama Muarajambi, yang dibangun di belantara Suwarnadwipa (Pulau emas, kini Sumatra), ialah tempat sebagai sumber tumbuhnya ilmu pengetahuan yang menghubungkan orang-orang bijak di Cina, Tibet, dan India tepatnya di abad 6-12 M. Kompleks Candi Muarajambi inilah yang menjadi jejak penting tentang sebuah kemajuan spiritual bangsa.

Masih dalam sinposisnya, Terinspirasi dari buku “Mimpi-Mimpi dari Pulau Emas”, film dokumenter “Unearthing Muarajambi Temples” yang didukung program Indonesiana ini juga menjadi usaha menyingkap kemuliaan nenek moyang yang melintasi zaman. Bahwa seperti arus sungai Batanghari, film garapan Nia Dinata kalin ini merekam narasi lintas era: dari kejayaan Sriwijaya, perjalanan I-Tsing dan Atisha Dipankara, hingga geliat kehidupan masyarakat adat Melayu modern, pemeluk Islam yang kini mengisi denyut kehidupan di sana. Tentu ini juga menjadi sebuah pengingat tentang warisan ajaran kehidupan luhur yang selama berabad-abad memanggil siapa saja untuk pulang menuju kebaikan di dalam dirinya.

Tentang Situs Muarajambi

Jika kita merunut ulang, dapat diketahui bahwa situs Muarajambi merupakan kompleks percandian Buddha terluas di Indonesia dengan lokasi di tepi Sungai Batanghari Provinsi Jambi, yang sayangnya belum banyak diketahui awam. Padahal menurut penelitian arkeologi teranyar, kompleks Candi Muarajambi dulunya difungsikan sebagai mahawihara, atau universitas, atau semacam pusat pengajaran pengetahuan Buddha pada abad 7-13 M, di mana kompleks ini dilengkapi dengan ruang kelas, ruang tinggal, ruang peribadatan, hingga kanal buatan untuk kebutuhan transportasi.

Pada saat ini, di area situs Muarajambi ini setidaknya terdapat 11 candi berbatu bata yang telah dipugar dan ratusan reruntuhan lain yang sedang dalam proses pemugaran. Perjalanan pemikir Buddha kanon dunia, seperti I-Tsing, Atiśa Dīpankara, serta Serlingpa Dharmakirti mengakar kuat di Muarajambi. Ajaran yang berkembang di Muarajambi menjadi benih beberapa aliran Buddha, khususnya aliran yang telah mekar di Tibet.

Film dokumenter ini merupakan hasil produksi Kalyana Shira Foundation yang didukung penuh oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Republik Indonesia. Riset, dengan penggarapan film dokumenter ini berlangsung sepanjang tahun 2022.

Proses pengambilan gambar dan riset berlangsung di dua negara yakni Indonesia dan India, termasuk di Provinsi Bihar tempat situs Nalanda berdiri serta di Provinsi Himachal Pradesh, kota Dharamsala, tempat pengungsian Dalai Lama ke 14 sejak tahun 1959. India tercantum dalam film ini sebab Muarajambi memiliki kaitan amat erat dengan Mahawihara Nalanda, pusat pembelajaran Buddha di Bihar India.

Muarajambi sebagai pusat pengetahuan Buddhisme melahirkan pemikir-pemikir Buddhist yang akhirnya menciptakan Candi Borobudur di Pulau Jawa, candi yang berbentuk mandala terbesar di dunia.

Seiring berjalannya waktu, sejak direstorasi, selain difungsikan sebagai situs edukasi dan pariwisata, kompleks candi Muarajambi juga kembali dipakai sebagai tempat peribadatan umat Buddha. Selain itu, di kompleks ini acap kali digunakan komunitas umat beragama lainnya sebagai tempat untuk melakukan pembelajaran non formal mereka. Hal ini menjadi sebuah gambaran bagaimana ajaran kebaikan dan toleransi sudah diwariskan secara turun temurun, meski dilakoni oleh masyarakat yang berbeda-beda.

Sementara itu di kesempatan berbeda Hilmar Farid selaku Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek RI menyatakan bahwa peradaban Muarajambi ini ternyata juga menjadi bagian dari peradaban yang lebih besar, yaitu peradaban Batanghari, yang itu dimulai dari hilir sampai ke hulunya di Dharmasraya.

“Sepanjang 800 km itu peninggalannya begitu banyak, ini yang sekarang ingin kita angkat. Tapi pada saat bersamaan kita tak ingin ini cuma menjadi urusan teknisnya orang Cagar Budaya. Masyarakat tentu harus juga terlibat di level yang lebih spiritual dan kultural, “ papar Hilman.

Di sisi lain Nia Dinata sebagai sutradara film sempat menyangkan ketika kita malah kurang mengerti perihal situs Muarajambi, bahkan banyak yang juga tidak pernah mengenal saat masih sekolah dulu, termasuk dirinya. Padahal hal itulah yang justru menggambarkan betapa megah dan majunya peradaban dan pemikiran spiritual nenek moyang kita terdahulu.

Nia Dinata melanjutkan perihal banyaknya isu yang bakal turut dibicarakan pada film ini, dan toleransi adalah salah satu hal yang paling kuat disuarakan.

“Selama syuting, saya merasakan kehidupan sehari-hari masyarakat di sana penuh kedamaian dan penerimaan sekaligus menjadi pengingat masyarakat Indonesia saat ini akan indahnya toleransi,” tutur Nia Dinata.

Bukan hanya sekadar persoalan warisan budaya masa lampau, kenyataannya film ini juga secara jeli menyoroti bagaimana situs Muarajambi dihidupi oleh bermacam-macam masyarakat dari waktu ke waktu. Alih-alih situs budaya yang statis, Muarajambi merupakan ruang yang sangat hidup.

Seperti arus sungai, narasi film “Unearthing Muarajambi Temples” akan membawa penonton menelusuri sejarah masa lampau hingga kini, sejak kejayaan Sriwijaya, hingga situasi situs Muarajambi terkini yang menjadi ruang hidup masyarakat adat Islam asli Jambi dan segala tradisinya.

Dalam agenda pemutaran kali ke tiganya di Jogjakarta, Pizza Mediterranea yang sangat mengutamakan sisi kemanusiaan dalam menjalankan usaha bisnis sangat mendukung pemutaran film kali ini. Hal iu sebagaimana diungkapkan oleh rma dan Kamil selaku pemilik dari Pizza Mediterranea, bahwa tatkala diberi kesempatan untuk menonton premier film dokumenter “Unearthing Muara Jambi” oleh Nia Dinata di Candi Borobudur, pihaknya jusah langsung merasa tersentuh oleh sejarah yang begitu kompleks, yang telah menyatukan orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat selama lebih dari seribu tahun. Dengan latar belakang seperti itu, Irma dan suami merasa terpesona oleh dimensi manusia dari situs ini sejak awal sejarah. Imbasnya, ada sebersit harapan di benak agar JNM Bloc bisa menjadi tempat tepat guna memutar film dokumenter ini.

Pada akhirnya berlokasi di Pizza Mediterranea Jogjakarta, film ini agendanya diputar selama 2 hari berturut-turut dan diperuntukkan bagi khalayak umum tanpa dikenakan biaya alias GRATIS. Hanya saja diperlukan registrasi terlebih dahulu, yaitu  melalui tautan bit.ly/RegistrasiPemutaran, untuk kemudian penonton bisa datang ke area JNM Bloc pada 19 & 20 Juli 2023 pukul 19.00 WIB dan diwajibkan hadir 30 menit sebelum jam pemutaran. [uth]

Pizza Mediterranea Jogjakarta Nobar Unearthing Muarajambi

4.9/5 - (7 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha