Tanpa Kehadiran Pemerintah Daerah, ‘Cheery Trees’ Angkat Budaya Lampung dalam Promo Tour “Pekan Rilis Sikam Lampung”
Lampung adalah satu area dengan multi etnis yang lokasinya berada di bagian paling timur dari bumi Andalas yang juga menjadi tempat disambungkannya akses langsung dari Pulau Jawa, tepatnya area Banten. Dengan latar belakang multi etnis tersebut, bisa jadi kita akan menebak jika wilayah Lampung itu kaya akan budaya dan adat-istiadat yang melatarbelakangi kehidupan warganya, dan Cheery Trees sangat mungkin menjadi salah satu yang bisa dijadikan sebagai sebuah contoh keberadaan seni budaya dari Lampung selain ada pula Kangen Band yang telah moncer beberapa tahun sebelumnya.
Cheery Trees adalah satu bendera pelaku dan pegiat musik yang menaungi sosok-sosok yang berasal dari Lampung dan belum lama ini telah merilis album keempat dengan tajuk “Sikam Lampung”, dan kemudian secara mandiri mempromosikan karyanya tersebut, yaitu dengan menyambangi beberapa titik. Beberapa titik tersebut bahkan bukan saja sekadar di kandangnya sendiri; Lampung, akan tetapi juga menyeberangi Selat Sunda dan menuju ibukota Jakarta. Tour Promo itu kemudian dikenal pula dengan istilah “Pekan Rilis Sikam Lampung”.
Sekali lagi ini menjadi bukti bahwa dari lampung bukan saja tentang kopi khasnya yang dapat dirasakan khalayak, bukan pula areanya yang didominasi oleh suku jawa, suku sunda, pun bali, namun juga perihal khasanah musik yang kenyataannya masih sangat bisa dinikmati. Cheery Trees yang beberapa karyanya telah bisa dinikmati melalui platform dogital spotify.com ini membuktikan itu semua.
Tatkala melakukan promo tur “Pekan Rilis Sikam Lampung” ke Jakarta, beberapa tempat yang dituju oleh Cheery Trees antara lain adalah TV elshinta Jakarta dan Astori Cafe yang berlokasi di Kemang. Sedangkan untuk di area Lampung, spot yang disambangi antara lain adalah Maro Cafe yang berada di Pringsewu, D! Radio Bandar lampung, dan juga di Mr Garage Bandar Lampung.
Puput, sosok perempuan yang merupakan sang vokalis dari grup Cheery Trees ini menuturkan bahwa ia merasa sangat gembira ketika dapat membawa dan menebarkan kebudayaan Lampung, apalagi teman-teman yang menikmati bisa menerimanya dengan sangat exited, utamanya saat ada di part tabuhan rebananya. Suara gemuruh tepuk tangan tentu menjadikan suplemen energi baginya.
“Ya mereka kayaknya juga kurang paham sama musik tradisional Lampung, setelah manggung gitu kita langsung ditanyain itu alat apa, itu jenis musik apa dan kita sangat senang menjelaskannya,” tutur Puput.
Di lain sisi, Pandu sebagai gitaris Cheery Trees juga bercerita tentang penyesalannya yang tak bisa aktif berbahasa Lampung, meskipun dari ibunya ia merupakan putear berdarah asli Lampung.
“Ya saya kurang fasih berbahasa Lampung padahal saya orang Lampung. Jadi kayak ada panggilan gitu deh untuk membuat karya ini, untuk melestarikan budaya Lampung juga, yah biar gak punah lah kayak isu yang beredar,” ujar Pandu.
Hal yang satu sisi bisa dikatakan membanggakan, namun di lain sisi juga bisa dibilang sangat disayangkan adalah bahwa dalam mengadakan tour promosi ini, mereka melakukannya secara mandiri tanpa meminta bantuan dari pemerintah setempat.
“Yah semua sendiri, ongkos kita patungan. Sebenernya butuh sih bantuan, tapi kita pingin yang simpel-simpel aja deh, biar cepet aja,” Pandu memungkasi penuturannya. []
Simak Pula Pawarta Tentang Artikel dan Release, Atau Adicara Menarik Lain Oleh Official Adm
Tinggalkan Balasan