Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.3/5 - (7 votes)
HIGHLIGHT
   
Preskon Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X Tahun 2020

Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X Tahun 2020 yang Mengusung Tema Busana Hendak Mengakomodir Minat Generasi Milenial


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 15 Februari 2020   (4,139 Readers)

Tepat pada hari Selasa Wage, tanggal 7 Maret 1989 atau dalam penanggalan jawa adalah 29 Rejeb tahun Wawu 1921, KGPH Mangkubumi secara resmi dinobatkan sebagai Raja ke-10 Keraton Kasultanan Yogyakarta dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono X. Terkait dengan hal itu, maka pada setiap tanggal 29 Rejeb di tahun-tahun berikutnya selalu diagendakan peringatan ulang tahun penobatan Sri Sultan Hamengku Buwono X atau lebih dikenal dengan istilah Tingalan Jumenengan Dalem. Tingalan Jumenengan Dalem alias perayaan hari kenaikan tahta ini dilangsungkan secara tradisional dengan menyuguhkan beberapa rangkaian kegiatan, yang antara lain adalah Ngebluk, Ngapem, Sugengan, dan Labuhan.

Ketika menilik hari pengangkatan tahta Sultan HB X tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Tingalan Jumenengan Dalem apabila dihitung, khususnya dalam hitungan Kalender Jawa, tahun 2020 ini merupakan peringatan yang ke-32 tahun beliau bertahta, yaitu tepatnya pad tanggal 29 Rejeb Tahun Wawu 1953 atau bertepatan dengan 24 Maret 2020 Masehi.

Ada di angka 32 tahun, itu artinya tahun 2020 menjadi tahun yang sangat istimewa, karena ia menjadi angka yang merupakan siklus windu ke-4 dari peringatan Tingalan Jumenengan Dalem tersebut. Dan selanjutnya, secara tepat perhitungan hari dan tahun peringatan tersebut akan jatuh pada hari Selasa Wage di Tahun Wawu pada penanggalan jawanya. Peristiwa ini kemudian dinamakan pula dengan sebutan ‘Tumbuk Ageng’.

Terkait dengan perayaan Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X di tahun 2020 tersebut, maka pihak Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat -yang dalam hal ini diwakili oleh GKR Bendara serta GKR Hayu mengundang berbagai rekan media dalam acara jumpa pers pada hari Sabtu 15 Februari 2020.

GKR Hayu dan GKR Bendara di Preskon Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X Tahun 2020

Dalam acara jumpa media yang dilangsungkan di Pendopo Royal Ambarukmo Yogyakarta tersebut, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu yang juga merupakan Ketua Panitia Pengetan Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X menyatakan, bahwa akan ada banyak kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak Keraton Yogyakarta, yang temanya juga menyangkut mengedukasi kepada masyarakat perihal Keraton, edukasi tersebut terutama ditujukan pula terhadap para generasi muda sekaligus generasi milenial.

GKR Hayu memaparkan bahwa sejatinya ada banyak tema yang hendak diusung seiring perayaan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X tahun 2020 ini, namun pada akhirnya hanya satu yang dipilih. Apabila pada tahun 2019 silam, pihak Keraton telah mengangkat tema manuscript yang boleh dikatakan menjadi tema tak ringan, maka di tahun 2020, pihak Keraton akan mengusung tema tekstil ataupun bisana, yang bisa dikatakan cukup akrab dengan kehidupan kita sehari-hari.

“Sebenarnya ada banyak tema yang bisa kita angkat, dan kami ingin berbeda setiap tahunnya. Ketika tahun lalu membawa tema manuscript yang dirasa cukup berat, maka di tahun ini kami memilih tema yang cukup akrab dengan kita, ialah tekstil,” GKR Hayu menuturkan.

Sehubungan dengan tema tekstil punbusana tersebut, GKR Hayu juga menyampaikan bahwa ada tak sedikit tata cara pengageman alias berpakaian yang dilakukan di dalam Keraton yang masyarakat belum tahu. Di antaranya adalah terdapatnya perbedaan pakaian untuk wanita yang sudah datang bulan dengan yang belum. Bahkan saat ini ada anak-anak perempuan yang justru acap mengenakan Wiru, padahal selayaknya mereka mengenakan Sabuk Wolo. Masih menurut penuturan dari GKR Hayu, banyak anak kecil yang saat ini jutsru mengenakan (dikenakan) blangkon sebagai penutup kepala, padahal itu merupakan hal yang tak dibenarkan. Karena memakai blangkon, yang betul adalah apabila laki-laki sudah khitan.

Mengkorelasikan antara perayaan dengan tema yang diusung, maka dihadirkan pula banyak rangkaian acara guna memeriahkannya. Di antaranya adalah diadakannya kegiatan pameran dengan mengusung tajuk ‘Abalakuswa‘, yaitu pameran yang identik sebagai Pameran Busana dan Peradaban Keraton Yogyakarta.

Sementara itu masih di kesempatan sama, yaitu dalam jumpa pers di area Pendopo Royal Ambarukmo Jogjakarta, GKR Bendara juga memaparkan bahwa seiring dihelatnya pameran ini, pihaknya juga mempersembahkan tata letak busana yang semenarik-mungkin, sehingga yang hadir bukan saja sebatas orang tua dan mereka yang memang sudah mahfum ikhwal pameran ini. Melainkan juga anak-anak muda, mereka para generasi milenial. Karenanya, dalam rangkaian acara terdapat pula beberapa lokakarya yang interaktif.

Dalam pameran busana tersebut, demi menggairahkan para pengunjung, akan disuguhkan pula beragam warna modern, sementara dalam penyampaiannya, termasuk pada acara lokakarya, bahasa yang dibawakan juga tidak akan terlalu baku, bahkan bisa jadi justru akan ditekankan storytelling yang ringan-ringan saja, namun pesannya sampai.

Masih sesuai penuturan dari GKR Bendara, beliau menyayangkan citra Keraton yang selama ini dianggap kuno. Namun di lain sisi, pihak Keraton juga tak hendak kehilangan generasi penerus yang peduli terhadap budaya adiluhung ini. Karenanya, guna mengaplikasikan tujuan untuk menarik para generasi milenial sebagai langkah-proses regenaris terhadap budaya leluhur yang adiluhung tersebut, maka pihak Kraton kali ini juga menggandeng kurator yang terbilang masih muda, yaitu yang usianya masih di bawah 30 tahun.

Demikian beberapa hal yang disampaikan oleh kakak beradik, GKR Hayu dan GKR Bendara tersebut, besar kemungkinan menjadi terobosan menarik guna mewarnai kegiatan rutin yang bersifat tradisional. Terkait dengan Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X tahun 2020, di bawah ini adalah beberapa rangkaian acara dan kegiatannya;

  • Pameran Budaya
  • Simposium Internasional
  • Pertunjukan Seni Adiluhung
  • Kegiatan adat seperti Ngebluk, Ngapem, Sugengan, dan Labuhan

Perihal kontak dan informasi lebih lanjut, bisa disimak melalui beberapa kanal media online, bukan saja sebatas dari website kratonjogja.id, namun bisa juga melalui YouTube, akun Facebook, akun Twitter, dan juga akun Instagram. Khusus untuk akun media sosial Instagram, dapat diketahui bahwa sampai dengan saat ini pihak Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat memiliki dua akun resmi Instagram, yaitu @kratonjogja sebagai akun awal dan bersifat umum, dan juga @kratonjogja.event sebagai akun pawarta an khusus perihal event yang diselenggarakan oleh pihak Keraton Yogyakarta. [uth]

4.3/5 - (7 votes)

4.3/5 - (7 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha