Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.9/5 - (13 votes)
HIGHLIGHT
   
Pameran Sekaten Tahun 2019

Pameran Sekaten Tahun 2019 Hadirkan Kyai Tandhulawak dan Beberapa Manuskrip-Naskah Kuno


Diwartakan oleh Haiki Murakabi pada 2 November 2019   (4,046 Readers)

Jumat pagi, 1 November 2019 menjadi waktu khusus bagi beberapa awak media serta para undangan khusus guna mengikuti soft opening dan tur kuratorial terkait dengan dihelatnya Pameran Sekaten tahun 2019, yaitu bertempat di Bangsal Pagelaran dan Siti Hinggil Kraton Yogyakarta Hadiningrat.

Kegiatan soft opening dan tur kuratorial Pameran Sekaten Tahun 2019 tersebut berlokasi di area Pagelaran Kraton Yogyakarta yang juga meliputi Siti Hinggil Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dapat diketahui bahwa dalam Pameran Sekaten 2019 ini berlaku sebagai ketua panitia adalah putri ke-4 Sultan Hamengku Buwoo X; Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu, sedangkan sebagai wakil ketua adalah Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara.

Dalam Grand-Opening –pembukaan Pameran Sekaten tahun 2019 yang berlangsung Jumat malam (1 November 2019) agendanya dibuka oleh Sri Sultan HB X, dan bakal disajikan pula penampilan khusus Beksan Guntur Segara sebagai tarian karya dari Sri Sultan Hamengku Buwono I. Sedangkan untuk soft opening pagi hari tersebut pembukaan dilakukan oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara sebagai wakil ketua.

Mengingatkan Kembali Esensi Makna Sekaten

Dalam sambutan soft-opening tersebut, GKR Bendara sekali lagi menuturkan bahwa seiring gelaran Sekaten pada tahun 2019, tidak diadakan pasar malam di Alun-alun utara. Hal ini dilakukan sesuai dengan dhawuh Ngarsa Dalem (perintah Sultan), agar kita justru tak melupakan hakikat Sekaten tersebut. Sebaliknya, dibutuhkan kemampuan kita untuk tetap bisa mengingatkan kembali kepada masyarakat tentang inti dari Sekaten itu sendiri.

Pameran Sekaten Tahun 2019 - GKR Bendara

Sebagaimana dipaparkan oleh Gusti Bendara, dengan latar-belakang seperti tersebut di atas itulah, maka dihadirkan Pameran Sekaten yang agendanya bakal diselenggarakan selama 9 hari, dengan harga tiket masuk area Pagelaran Keraton sebesar Rp5000,-

“Pameran Sekaten 2019 akan dihelat di Pagelaran dan Siti Hinggil Keraton Yogyakarta hingga 9 November 2019. Ada banyak acara selama pameran berlangsung mulai diskusi, pertunjukan seni, bazaar, serta pameran sendiri yang tahun ini tentang Sri Sultan Hamengku Buwana I,” ungkap GKR Bendara saat memberikan sambutan soft launching Pameran Sekaten 2019.

Selepas acara pembukaan, masih berlokasi di area Pagelaran Kraton Yogyakarta yang juga meliputi Siti Hinggil Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, acara dilanjutkan dengan tur keliling yang juga dipandu langsung oleh GKR Bendara sekaligus didampingi oleh Sektiadi yang merupakan salah satu kurator pameran.

Menghadang Gelombang, Menantang Zaman

GKR Bendara menjelaskan bahwa Sekaten sebagai tradisi asli budaya masyarakat Jogja merupakan wujud dari perayaan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Hanya saja 2019 menjadi wujud berbeda dalam melakukan perayaannya. Pasalnya, ia tidak lagi menghadirkan keriuhan berupa pasar malam yang biasa digelar di area Alun-alun Utara. Lain dari itu, pada gelaran Sekaten 2019 ini dihadirkan Pameran Sekaten.

Seperti dhawuh dalem di atas, Pameran Sekaten tahun 2019 yang mengusung tema “Sri Sultan Hamengku Buwono I: Menghadang Gelombang, Menantang Zaman” dihadirkan dengan tujuan guna mengembalikan esensi dari makna Sekaten kepada awal mulanya, yaitu syiar Islam.

Dan seiring dengan tema Menghadang Gelombang-Menantang Zaman, maka pada Pameran Sekaten kali ini pun dibuat dengan pendekatan kepada kaum milenial juga. Karenanya, disediakan pula beberapa spot instagramable, dengan tidak mengurangi isi dari kisah pun sejarah yang terkait dengan Sri Sultan HB I.

Sehubungan dengan Pameran Sekaten tahun 2019 yang terkait dengan keberadaan Sri Sultan HB I tersebut, maka beberapa bagian yang dipamerkan antara lain adalah biografi dan sejarah perjuangan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Yang di dalamnya termasuk pula implikasi perjanjian Jatisari dari perjanjian Giyanti, karya pada bidang kesenian dan arsitektur dari Sri Sultan Hamengku Buwono I, obyek terkait Sri Sultan Hamengku Buwono I, dan tak ketinggalan adalah anugerah pahlawan nasional yang diberikan kepada Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Pameran Sekaten Tahun 2019 - GKR Bendara n Kyai Tandhulawak

Kyai Tandhu Lawak dan Naskah Babad Ngayogyakarta Hadir di Pameran Sekaten Tahun 2019

Masih dipaparkan oleh GKR Bendara, salah contoh dari sajian pada pameran tersebut di antaranya adalah para pengunjung yang ada di Kompleks Siti Hinggil bisa menyimak dan menyaksikan biografi Sri Sultan HB I, yang salah satunya adalah perihal konsep membangun Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat termasuk pemilihan lokasi keraton yang berada di dalam garis sumbu imajiner. Selain itu, sajian khusus dan seolah menjadi ‘masterpiece’ pada Pameran Sekaten tahun 2019 ini adalah dihadirkannya Kyai Tandhu Lawak.

“Berlokasi di Siti Hinggil dibuat mural bregada keraton dalam ukuran 3 meteran, harapannya  hal itu dapat menarik minat kaum milenial untuk kemudian ada keinginan mengunjungi Pameran Sekaten. Selain itu, pada Pameran Sekaten tahun 2019 ini ada pula yang spesial, yaitu dengan dihadirkannya Kyai Tandhu Lawak kepada pengunjung. Karena usai Pameran Sekaten 2019 ini digelar, maka Kyai Tandhu Lawak akan disimpan kembali,” papar GKR Bendara.

Kiai Tandulawak adalah tandu yang dikenakan langsung oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I ketika sudah sepuh, yaitu sekira tahun 1790. Ia digunakan antara lain untuk menuju ke Masjid Gedhe, ke Siti Hinggil, dan kegiatan lain semacamnya. Kyai Tandu saat digunakan untuk menandu, biasanya dipanggul oleh 8 hingga 12 orang.

Sebagai kendaraan lain pasa masa digunakannya Kiai Tandulawak yang terbuat dari bahan kayu jati pilihan tersebut, ada pula Kereta Nyai Jimat. Kereta Pusaka Nyai Jimat inilah yang juga menjadi kendaraan guna bepergian Hamengku Buwono I, yang justru masih aktif digunakan hingga masa bertahtanya Sri Sultan Hamengku Buwono III.

Dalam Pameran Sekaten Tahun 2019, kecuali Kyai Tandhu Lawak, ada pula naskah Babad Ngayogyakarta yang dipamerkan di ruangan samping Tandulawak. Di dalam naskah Babad Ngayogyakarta tersebut terdapat kisah yang menceritakan ikhwal Sri Sultan Hamengku Buwono, baik Hamengku Buwono pertama pun yang sudah ‘mangkat’ terakhir. Babad Ngayogyakarta ini dihadirkan setiap masa kepemimpinan, yang kemudian semuanya akan selalu dibacakan secara turun-temurun kepada anak-cucu guna mengetahui silsilah sekaligus sejarah leluhurnya.

Tak ketinggalan di ruang Pameran Sekaten 2019 tersebut para pengunjung dapat pula belajar mengenai Bahasa Bagongan yang kedengarannya seperti bahasa walikan-dagadu, dan khusus hanya digunakan di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Selanjutnya Pameran Sekaten ini, sedianya bakal digelar setiap tahun, tentu dengan sajian tak selalu sama. Apabila tahun 2019 sajian yang dipersembahkan terkait dengan Sri Sultan HB I, besar kemungkinan tahun berikutnya adalah perihal Sri Sultan HB II, dan seterusnya.

Mengenai ikhwal prosesi dari upacara Sekatenan, ialah semua rangkaian yang dilakukan mulai dari miyos gangsa. Yaitu proses pembawaan dua perangkat gamelan pusaka sekati Kraton Yogyakarta (kyai Naga Wilaga dan kyai Guntur Madu) dari Bangsal Pancaniti menuju pagongan yang berada di halaman Masjid Gedhe Kagungan Dalem Kauman. Kyai Naga Wilaga diletakkan di pagongan sisi utara sementara Kyai Guntur Madu diletakkan di pagongan sebelah selatan. Prosesi Miyos gangsa menjadi penanda dimulainya Sekaten.

Selama tujuh hari, gamelan kyai Naga Wilaga dan kyai Guntur Madu dimainkan. Yaitu hingga tanggal 11 Mulud (Rabiulawal). Prosesi ini dinamakan sebagai tabuh gangsa yang merupakan salah satu bagian syiar agama Islam masa lampau. Pasalnya, dalam memainkan gamelan ini menjadi upaya guna menarik minat masyarakat, agar kemudian berkumpul di sekitar Masjid Gedhe. Sehingga dalam kerumunan iulah kemudian digunakan sebagai waktu ataupun media berdakwah.

Keesokan hari di malam tanggal 12 Mulud, selanjutnya gamelan kyai Naga Wilaga dan kyai Guntur Madu tersebut dibawa kembali dari pagongan Masjid Gedhe Kagungan Dalem menuju bangsal Sri Manganti guna disimpan kembali. Prosesi ini disebut dengan nama kondur gangsa, yang tak lama kemudian diikuti dengan prosesi Garebeg Sekaten di keesokan paginya, yang juga merupakan puncak perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW.

Pameran Sekaten 2019 -Stan Kuliner n Craft

Sarana Edukasi dan Mengingatkan Kembali

GKR Bendara masih memaparkan bahwa hingga 30 tahun terakhir, Pameran Sekaten tidak banyak memberikan informasi kepada pengunjung dan justru Sekaten lebih identik dengan Pasar Malam. Karenanya pada penyelenggaraan Pameran Sekaten tahun 2019 diadakan perubahan yang signifikan, baik perihal konsep, konten, pun tema yang diusung.

Pameran Sekaten 2019 - GKR Bendara n Manuskrip KunoDari materi-materi pameran yang disajikan sperti terpaparkan di atas, tak sedikit hal menarik yang bisa digali. Bukan saja sebatas tentang Kyai Tandhulawak sebagai masterpiece, akan tetapi kenyataannya masih banyak lagi. Salah satunya adalah keberadaan naskah ataupun manuskrip kuni milik Keraton Yogyakarta, yang sejatinya pernah disimpan dan dimiliki oleh negara lain. Pasalnya, setidaknya ada sejumlah 75 naskah kuno milik Keraton Yogyakarta yang beberapa waktu silam diserahkan kembali kepada pihak Keraton.

Naskah Kuno milik Keraton itu bisa keluar pasalnya dahulu pernah ada hukum perang di Eropa yang menganggap sah perampasan dan penjarahan kepada mereka yang dikalahkan. Dan seperti diketahui, ketika terjadi Geger Sepehi di tahun 1812, ada bala pasukan Inggris, pasukan Spei dari India, serta Legiun Mangkunegaran, mereka semua menyerang dan menguasai Keraton Yogyakarta. Sehingga ada banyak naskah kuno Keraton Yogyakarta yang mereka jarah.

Demikian mengenai Pameran Sekaten tahun 2019 yang berlangsung hingga 9 November 2019, dan secara resmi acara soft-launching telah dibuka oleh GKR Bendara, sementara pembukaan Grand-Opening juga telah dilakukan oleh Sri Sultan Hemangku Buwana X. [hmk]

Keterangan:
Selain untuk pengunjung khusus pada tur kuratoriar ini, beberapa gambar yang terpajang tak bisa (tak boleh) diabadikan melalui kamera, baik kamera smartphone pun lainnya.

4.9/5 - (13 votes)

4.9/5 - (13 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Haiki Murakabi


Tentang Haiki Murakabi