Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
ARTJOG MMXXII -DJ Y-dra x Koplotronika

ARTJOG MMXXII – Arts in Common Menjadi Media Berbahagia dalam Seni Berbagi Sekaligus Penghidup Keberadaan Jogja National Museum


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 5 September 2022   (1,560 Readers)

Rangkaian acara “ARTJOG MMXXII – Arts in Common: Expanding Awareness” yang telah diselenggarakan kurang-lebih selama 2 bulan secara resmi telah ditutup pada tanggal 4 September 2022, hari Minggu malam, tepatnya dimulai sekira pukul 20:00 WIB.

Di hari penutupan ARTJOG MMXXI tahun 2022 tersebut, beberapa jam sebelumnya turut diundang pula para seniman, rekan media, dan juga para kolega untuk kembali mengunjungi ARTJOG. Selanjutnya di sesi acara penutupan, dihadirkan sebuah pidato penutup yang sekaligus bisa dikatakan sebagai orasi budaya oleh Butet Kartaredjasa selaku seniman dan budayawan. Bahwa dalam pandangannya, ARTJOG sampai dengan saat ini tetap ingin menegaskan laku yang dijalani seniman dalam menyampaikan gagasan serta pemikirannya melalui karya, yang kemudian menjadikan mereka sebagai garda depan kebangkitan di lingkup seni dan budaya itu sendiri.

Butet Kertaradjasa

ARTJOG Tidak Ditutup, Ia Hanya Dijeda!

Di awal pidatonya, Butet Kartaredjasa menjelaskan bahwa ia sama sekali tak akan menyampaikan pidato penutupan. Karena ARTJOG ini sejatinya bukan ditutup, melainkan hanya dijeda. ARTJOG akan terus ada, karena itu saat ini kita hanya jeda sejenak, untuk kemudian bersiap-siap menyambut perayaan ARTJOG yang akan datang.

Lain dari itu, pada orasinya terdapat dua hal yang bisa digarisbawahi oleh Butet Kartaredjasa. Ialah perihal penyelenggaraan ARTJOG sendiri dan juga perihal keberadaan Jogja National Museum sebagai venue pelaksanaannya.

Secara umum penyelenggaraan ARTJOG tetap sangat pantas mendapatkan apresiasi sekaligus dukungan. Karena ada beberapa hal yang diuntungkan sebagai bagian dari efek domino penyelenggaraannya, yang itu bukan saja pada ranah seniman ataupun seni budaya, akan tetapi juga di ranah sosial ekonomi, khususnya pada industri pariwisata di Jogja.

Bahwa menjadi agenda tahunan yang acap dijuluki sebagai “Lebaran Seni” di Jogja, maka tak bisa dimungkiri jika ARTJOG  telah menjadi magnet bagi insan-insan seni sekaligus para wisatawan untuk datang ke Jogja. Oleh karena itu, Butet sangat menekankan, bukan saja Dinas Kebudayaan yang selayaknya turut memberi dukungan nyata, akan tetapi juga Dinas Pariwisata yang sudah sewajarnya memberi sokongan, bahkan bukan dalam jumlah kecil sekadar memenuhi kewajiban dalam ‘mendukung’, akan tetapi harus dalam jumlah yang lebih besar.

Di sisi lain, ARTJOG juga telah memberikan kontribusi nyata, tak hanya sebatas di lingkungan sosial, baik itu dalam ranah industri seni-budaya pun pariwisata, akan tetapi juga di dunia pendidikan. Tak bisa tidak, kenyataannya hadirnya Program Studi Tata Kelola Seni di S1 (Strata 1) ISI Yogyakarta juga lantaran ter-trigger dari kesuksesan ARTJOG dalam menghelat acaranya dari tahun ke tahun.

Masih terpantik dari orasi budaya oleh Butet Kartaredjasa, hal yang patut diacungi jempol kali ini adalah juga diangkatnya tema ‘kesetaraan’ ataupun inklusivitas. Karena itu, ARTJOG tahun 2022 ini juga membuka ruang serta kesempatan bagi kawan-kawan difable serta anak-anak untuk mempresentasikan sekaligus menikmati seluruh karya yang ada di sana.

Sayangnya, niat baik dari para panitia-penyelenggara ARTJOG MMXXI ini belum sepenuhnya mendapat dukungan, terutama dari pihak Jogja National Museum guna menghadirkan fasilitas ramah difabel, salah satunya adalah lift elevator dan/atau tangga berjalan. Padahal, JOgja National Museum sendiri telah ada sejak tahun 2006-2007 yang lalu.

Menyinggung tentang Jogja National Museum tersebut, bahkan Butet Kartaredjasa tak hanya sekadar menuturkan tentang fasilitas, akan tetapi juga keberadaan nama JNM itu sendiri, yaitu sebagai Jogja National Museum.

“Namanya Jogja National Museum, lalu mana dan apa koleksi permuseuman-nya?” ungkap Butet.

Berlatar-belakang seperti itu, Butet juga menyampaikan kecemasannya. Apabila tidak ada ARTJOG, lalu apa yang dikenal dengan Jogja National Museum? Apakah hanya akan dikenal sebagai tempat kumpul berkuliner yang dipersembahkan oleh kawan-kawan JNMBloc? Yang biaya parkirnya saja sepuluh ribu rupiah?

Keironisan-keironisan semacam itulah yang disampaikan Butet Kartaredjasa sebagai salah satu pelaku seni dan budaya di Jogja. Beliau menyatakan bahwa hal-hal di atas disampaikan bukan karena syirik, akan tetapi sebaliknya, karena sangat sayang dengan Jogja, sangat sayang dengan dunia seni di Jogja. Karena itu sudah selayaknya JNM ini berbenah, apalagi mumpung saat ini kita sedang memiliki pemimpin yang peduli dengan budaya.

“Mosok hanya menyelenggarakan lift saja nggak bisa?!!” tutur Butet di pidato penutupan (jeda) ARTJOG MMXXI tahun 2022.

Di pungkasan, Butet yang menyatakan diri bahwa ia juga dibesarkan di JNM –yang dahulu merupakan tempatnya menimba ilmu seni rupa di STSRI (ASRI) namun kemudian dalam prakteknya juga menyeberang di seni pertunjukan– menuturkan tahu persis bahwa penyelenggaraan ARTJOG ini tak bisa hanya berdiri sendiri. Karena itu, ARTJOG harus didukung bersama-sama. Heri Pemad dan Bambang Toko yang sejak awal berjibaku dalam menyelenggarakan ARTJOG ini pastinya juga tak akan menjadi apa-apa tanpa dukungan dari banyak pihak.

“Saya mengenali betul pencapaian-pencapaian mereka (Heri Pemad & Bambang Teko -Red) yang mempunyai nilai kemanfaatan sangat besar, yang semula saya yakin itu tidak terbayangkan, dan mungkin di luar dari gagasan dasar dari keinginan mempresentasikan gagasan-gagasan di dunia seni rupa pada awalnya. Tapi hari ini kita tahu, ketika ARTJOG betul-betul menjadi satu magnet, menjadi lebaran seni,” Butet menegaskan orasinya.

Bahagia Karena Dibagi Untuk Sesama

ARTJOG MMXXII – Arts in Common Expanding Awareness yang telah terselenggara selama dua bulan berhasil menggelar beberapa rangkaian acara, yang mepiputi Pameran, Exhibition Tour, Meet the Artist, Weekly Performance, dan program-program lain, yang kesemuanya mendapatkan apresiasi publik sejak dibuka pada 7 Juli 2022 silam.

Rentang waktu gelaran ARTJOG sebagai festival yang panjang ini selaras dengan semangatnya menjadi ruang pertemuan yang lebih luas dari sebelumnya.

Pembahasan ‘ruang’ ‘waktu’ dan ‘kesadaran’ dalam triplet tematik ARTJOG: Arts-in-Common yang berakhir di tahun 2022 kali ini juga menghadirkan banyak makna. Hal itu seturut dengan yang disampaikan oleh Heri Pemad selaku direktur ARTJOG pada pidato awal di acara penutupan tersebut. Bahwa dengan adanya tema kesadaran dan fokus inklusivitas ini, maka ia telah menyentuh berbagai hal.

“Terasa sangat membahagiakan ketika penyelenggaraan ARTJOG tahun ini bisa dibagi untuk sesama, tidak hanya dinikmati oleh ekosistem seni itu sendiri, tapi pada publik yang lebih luas,“ tutur Heri Pemad.

Berbagi kebahagiaan melalui seni menjadi satu hal yang menjadi titik tolak dan menjadi pijakan untuk ARTJOG ke depan. Sebuah tawaran sekaligus ajakan yang perlu disampaikan kepada para penyelenggara yang lain dan para pemangku kebijakan, bahwa: dari manapun kita berawal, dari divisi seni manapun kita memulai, mari bertemu dan berjibaku, bersama-sama,  memperluas dampak seni budaya.

JHF

Seiring semangat dalam menutup rangkaian ARTJOG MMXXI tahun 2022 guna menyambut ARTJOG tahun depan, yaitu yang agendanya akan dihelat pada tanggal 30 Juni – 27 Agustus 2023 mendatang, maka kali ini juga dilengkapi dengan penampilan spesial dari Jogja HipHop Foundation dan DJ Y-Dra a.k.a Yenu Ariendra -Koplotronika. [uth]

4.8/5 - (5 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha

BACA JUGA:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *