Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
The School of Hope

The School of Hope Merupakan Workshop Seni untuk 17 Anak Muda Lintas Komunitas di Jogjakarta Hasil Kolaborasi The Paper Birds dan PSBK Jogja yang Didukung British Council 


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 19 Juni 2021   (3,080 Readers)

Padepokan Seni Bagong Kussudiardja atau acap disingkat PSBK Jogjakarta yang memiliki beberapa gedung dan salah satunya bernama Gedung Layang-Layang selama seminggu belakangan sedikit agak ramai sejak pagi. Pasalnya tak seperti biasanya, selama seminggu belakangan ini, minimal sebanyak 17 anak muda antusias mengikuti kegiatan workshop kreatif yang bertajk The School of Hope.

The School of Hope adalah satu workshop kreatif untuk lebih dari 200 anak-anak muda yang tergabung dari berbagai negara, di antaranya adalah Inggris, Belgia, Amerika Serikat, Kanada, dan juga Indonesia, yang digelar guna menyuarakan perubahan bersama-sama di project seni digital, di mana kelak hasil kreatif dan manifesto harapan mereka, khususnya perihal masa depan dari project ini, bakal dikemas ke dalam sebuah film pendek, dan selanjutnya akan ditayangkan secara global di akhir tahun 2021.

Di Indonesia, salah satu lokasi yang dipilih untuk bekerja sama dengan kelompok seni Inggris The Paper Birds dan dijadikan sebagai tempat workshop The School of Hope ini adalah Padepokan Seni Bagong Kussudiardja -Ds Kembaran Tamantirto, Kec. Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Sejumlah 17 sosok-peserta pada program workshop seni The School of Hope ini adalah sosok-sosok muda yang dipilih secara acak dan berasal dari beberapa komunitas berbeda, di antaranya adalah komunitas difabel, komunitas santri, dan juga komunitas LGBTQ.

The School of Hope

Dalam pelaksanaannya, kelompok seni The Paper Birds telah menggandeng empat seniman asal Inggris, masing-masing adalah Akeim Toussaint Buck, Arwa Aburawa, Sonny Green, dan Jade Anouka untuk merancang serangkaian ‘pelajaran’, yang di antaranya adalah menciptakan beberapa karya yang akan direspon oleh para peserta workshop sebelum pada akhirnya para peserta mampu membuat karyanya sendiri.

Selain itu, The Paper Birds juga bekerja dengan para akademisi dalam merancang rangkaian ‘pelajaran’ dalam program The School of Hope tersebut, serta mengembangkan pengukuran dampak atas tema empati yang dibahas oleh para peserta. Beberapa sosok kompeten yang turut dihadirkan dan berasal dari Indonesia di antaranya adalah Beni Sanjaya; ialah seniman multidisiplin dan kini aktif di Papermoon Puppet, Gladhys Elliona; sosok muda yang aktif di kajian seni dan kini masih menempuh pendidikan di Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa -Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, dan juga Devi Nur Safitri; sosok muda yang super-aktif bergiat di seni tari.  Ketiganya berlaku sebagai fasilitator pada ragam aktivitas kreatif yang tertuang dalam setiap pelajaran.

The School of Hope

Para seniman yang tersebut di atas melalui rangkaian diskusi perencanaan intensif bersama The Paper Birds juga membahas kemungkinan kreatif dari setiap pelajaran dan bagaimana para seniman fasilitator memproses fasilitasinya yang dikolaborasikan dengan daya seninya masing-masing.

Seiring project pun kegiatan workshop seni dalam The School of Hope -Indonesia yang menjadi manifesto harapan kaum muda kreatif tentang empati ini, Jeannie Park selaku Direktur Eksekutif PSBK mengungkapkan ketertarikannya, pasalnya besar ekmungkinan ia bisa membawa untaian pembelajaran kreatif sekaligus artistik.

“Project ini sangat menarik bagi kami karena membawa untaian Pembelajaran Artisitik dan Kreatif dalam pelibatan komunitas dan kolaborasi ke tingkat selanjutnya – yang memperkuat dampak, meningkatkan keterampilan dan pemahaman dan mendorong strategi kreatif ke arah yang baru,” tutur Jeannie Park.

The School of Hope

Jeannie melanjutkan bahwa dengan dukungan melalui Connections Through Culture Programme dari British Council, pihaknya sangat senang karena dari kolaborasi ini memungkinkan PSBK untuk memfasilitasi kualitas pertukaran seniman UK-ID.

“Ini memungkinkan PSBK untuk memfasilitasi kualitas pertukaran seniman UK-ID dalam mempersiapkan pelaksanaan pelajaran The School of Hope dengan komunitas; mengundang anak muda Indonesia baik Dengar maupun Tuli dari berbagai latar belakang untuk berpartisipasi dalam workshop; dan menawarkan terjemahan paket digital The School of Hope sebagai sumber online yang dapat diakses oleh komunitas Indonesia lainnya,” imbuh Jeannie Park.

 

The School of Hope

Tanggal 19 Juni sebagai hari terakhir digelarnya workshop, sekaligus menjadi hari bagi masing-masing 17 peserta untuk mengungkapkan hal yang telah diperolehnya selama mengikuti workshop. Dari ungkapan-ungkapan yang dilontarkan, para peserta merasa sangat surprise dengan kegiatan workshop kali ini. Karena pada awalnya, mereka justru menyangka datang ke workshop ya hanya duduk -diam -mendengarkan -dan kemudian pulang. Namun justru sangkaan itu semua tak terjadi. Lain dari itu, mereka malah bisa mempraktekkan langsung proses kreatif dan menggalinya dari kemampuan diri, sekaligus harus membuka diri terhadap beberapa kemungkinan, termasuk membuka ruang diri terhadap keberadaan rekan sesama peserta workshop, yang itu berasal dari komunitas sangat berbeda. Sehingga, seiring proses kreatif, para peserta juga dituntut untuk tetap bisa terbuka serta mampu memahami personal lain dalam melakukan kolaborasi sesuai kemampuan yang dimiliki.

Workshop kreatif The School of Hope -Indonesia yang berlangsung di PSBK Jogjakarta dan diselenggarakan mulai tanggal 14 hingga tanggal 19 Juni 2021 ini, pada akhir project bakal diterbitkan satu paket digital The School of Hope versi Indonesia yang kelak dapat diakses oleh masyarakat melalui laman-situs theschoolofhope.psbk.or.id.

The School of Hope

The Paper Birds

The Paper Birds sebagai penyelenggara dari workshop seni adalah kelompok teater yang berasal dari Inggris dan telah bekerja bersama untuk komunitas sejak tahun 2003 silam. The Paper Birds membuat teater menggunakan tema-tema yang dirasa penting saat ini, dan percaya bahwa proses juga merupakan hal yang sama pentingnya sekaligus sama memberdayakannya sebagaimana hasil yang diperoleh. Mereka dikenal karena menggunakan kata demi kata (verbatim) dan membawa keragaman suara ke permukaan. Setiap tahun, terdapat 20.000 anak muda di seluruh dunia terlibat dengan karya mereka, baik sebagai peserta, audiens, ataupun rekan penulis.

Dari aktivitas yang dilakukan secara digital selama setahun terakhir dampaknya terus meningkat dan berkembang, karena itu The Paper Birds semakin giat dalam berusaha untuk mendorong perubahan; meningkatnya kehidupan orang-orang melalu seni melalui workshop, pertunjukan dan dialog yang mereka pimpin. Selengkapnya: www.thepaperbirds.com [uth].

4.9/5 - (8 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha

BACA JUGA:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *