Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Biennale Jogja XVI Equator #6 Indonesia with Oceania

Biennale Jogja XVI Indonesia Bersama Oceania Undang Pankun Studio guna Membangun Aspek Identitas Visual dalam Trivia Oceania


Diwartakan oleh Haiki Murakabi pada 18 Juni 2021   (2,854 Readers)

Sebagaimana terpublikasikan melalui akun resmi Facebook Biennale Jogja, bahwa hingga akhir bulan Mei 2021 telah dua kali diadakan diskusi publik yang di antaranya membincang perihal sosialisasi Biennale Jogja XVI Equator #6 Indonesia with Oceania. Sosialisasi tersebut dilakukan secara daring mengingat pandemi masih saja mewabah dan masih belum hendak sirna dari sekitar kita.

Forum diskusi publik pertama menyoal Biennale Jogja XVI Equator #6 Indonesia with Oceania tersebut tepatnya digelar pada hari Kamis tanggal 25 Maret 2021, yaitu dengan menghadirkan Baiq Wardhani dan Tim Kurator BJ, Ayos Purwoaji dan Elia Nurvista.

Apabila melihat kembali ke belakang, maka dapat dikatakan bahwa selepas bekerjasama dengan kawasan Asia Tenggara, maka untuk tahun 2021 kali ini Jogja Biennale XVI seri Equator melanjutkan perjalanannya ke arah timur, yaitu dengan menggandeng kawasan Oceania, atau yang juga dikenal sebagai kawasan Pacifik.

Membayangkan kawasan Oseania alias Pasifik tersebut, maka tentu saja ini menjadi tantangan tersendiri, terutama karena Oceania sudah lama absen dari peta imajiner kebanyakan orang Indonesia ketika membicarakan kebudayaan. Karena itu, masih melalui forum diskusi publik, untuk kali pertama Biennale Jogja XVI memberikan sosialisasi terbuka terkait penutup putaran pertama pameran Biennale Jogja Equator yakni dengan menggandeng kawasan Oseania.

Pada forum diskusi publik tersebut disuarakan ikhwal pengantar dalam mengenal Oceania melalui berbagai perspektif, di mana pada kesempatan tersebut Baiq Wardhani memberikan hasil temuannya mengenai Oceania dari nilai-nilai kesejarahan geografis maupun nilai hubungan sosial yang hadir. Di lain sisi, Tim Kurator juga memberikan perspektif mereka melalui cerita pengalaman dalam melakukan riset di berbagai daerah di Indonesia, serta pertemuan kurator dengan jaringan-jaringan komunitas seni budaya di bagian timur seperti Ambon, Kupang, dan Jayapura.

Secara garis besar perbincangan dalam forum diskusi publik yang pertama kali tersebut dikulik tentang pertautan hubungan nilai-nilai sosial, seni budaya serta kearifan lokal yang hadir di kawasan Oceania.

Biennale Jogja XVI Indonesia Bersama Oceania Undang Pankun Studio

Seri Membaca Oseania Dari Rumah Sendiri

Selanjutnya untuk forum diskusi publik kali ke-2 digelar pada hari Jumat 30 April 2021, yang memperbincangkan tentang “Seri Membaca Oseania Dari Rumah Sendiri”. Di forum ini ada kesadaran bahwa kebudayaan Pasifik tidak sejauh yang diperkirakan. Kurator Biennale Jogja XVI memandu ke perkenalan awal tentang jejak Oseania dan kebudayaannya yang ada di Indonesia
pada saat ini.

Perbincangan dengan Enrico Y. Kondologit dan Pierre Ajawaila mengantarkan pada berbagai pengetahuan, mengenai pembacaan budaya material Papua dan Oseania melalui berbagai artefak arkeologis dan fakta antropologis, serta pergerakan kolaborasi di Ambon hingga munculnya kolektif Ambon Bergerak yang bertujuan untuk memberikan ruang berkarya bagi seniman muda maupun kampanye isu-isu sosial; memperlihatkan bahwa dinamika seni lintas disiplin di Ambon lebih cair dan menjadi alat rekonsiliasi sosial yang dekat dengan komunitas.

Enrico sendiri merupakan sosok pengelola Museum Cendrawasih di Papua, yang juga merupakan warisan dari Arnold Ap, seorang pejuang dekolonisasi Papua sejak 1970an. Pada forum tersebut, Enrico tidak saja memaparkan bagaimana sejarah keterkaitan antara masyarakat Papua dengan wilayah lain di Oceania, akan tetapi juga tentang bagaimana kolonialisme membawa pergi artefak kebudayaan Papua ke Eropa, yang dengan demikian juga mengambil sebagian identitas masyarakat lokal. Sekilas mengenal suara seni dari timur Indonesia ini tentu saja membuat kita sadar akan kayanya pemikian dan lapisan pengetahuan di wilayah tersebut.

Pokok bahasan dalam forum diskusi publik kali ke-2 ini menjadi refleksi penting tentang wajah seni dan pergerakan sosial masyarakat Oseania di Indonesia; yang semestinya lebih mampu berdaya dan melanjutkan terus setiap inisiatif yang diawali dari semangat kemandirian.

Trivia Oceania

Masih sebagaimana yang terpublikasikan pada akun Facebook Official Biennale Jogja, tertuliskan bahwa Biennale Jogja XVI Indonesia bersama Oseania kali ini mengundang Pankun Studio untuk membangun aspek identitas visual.

Bahwa berangkat dari tema Oseania, Pankun Studio membuat konsep besar mengenai Mattang Chart untuk menggambarkan pengetahuan laut yang termaterialisasi. Masyarakat Micronesia menggunakan Mattang Chart untuk mencatat arus, gelombang, hingga letak pulau di tengah lautan yang luas.

Pengembangan konsep dalam desain ilustrasi melihat problematika yang ada di Oseania sampai hal yang paling kecil (mikroskopis) / kontemporer. Pada logo gram digambarkan bentuk seperti mata untuk menggambarkan kepiawaian mereka dalam mencermati alam. Bentuk ini terinspirasi dari ombak yang bergerak, menggunakan garis-garis tegas seperti pada mattang chart dengan 3 buah puncak yang menggambarkan 3 daerah Oseania ; Micronesia, Polynesia, dan Melanesia.

Pada elemen tipe logo, Studio Pankun menonjolkan kesan yang luwes dan penuh permainan dengan cara membuat tipografinya secara manual atau “hand drawn”. Dengan mengambil bentuk riak air untuk menggambarkan kekhasan Oseania. Jenis warna yang dipilih juga menggambarkan kekhasan Oseania. Warna utama yang dipilih adalah warna Oranye, Tosca, dan Ungu yang menggambarkan kelautan dan tropis. Ketiga warna yang telah dipilih menjadi identitas yang spesifik pada program sehingga membuat publik dan penyelenggara dapat dengan mudah mengidentifikasi program Biennale Jogja 2021. [hmk]

4.8/5 - (6 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Haiki Murakabi


Tentang Haiki Murakabi