Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Hasil Tanam Padi Apung UMY

Sistem Tanam Padi Apung Dikenalkan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Dikembangkan Di Lahan Gambut Kalimantan Timur


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 4 Januari 2023   (2,648 Readers)

Pada hari Rabu 4 Januar 2023 telah dilaksanakan panen demplot uji coba padi apung yang berlokasi di Green House Fakultas  Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Terkait dengan demplot uji coba padi apung di UMY dijelaskan bahwa Tim Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Yogyakarta telah berhasil mengembangkan sistem paludikultur yang merupakan budidaya pertanian padi apung di daerah rawa.

Dapat diketahui bahwa jenis rawa terbagi menjadi dua, yaitu lahan rawa yang tergenang air (pasang surut) dan rawa non pasang surut (di tengah pulau terdapat cekungan yang diisi air hujan dan berdiam selama puluhan tahun). Dua-duanya sejatinya termasuk sama-sama susahnya untuk dimanfaatkan. Akan tetapi, lahan rawa tetap merupakan sumberdaya lahan yang dapat menjadi sumber pertumbuhan produksi pertanian dengan teknologi budidaya yang handal. Dengan latar-belakang seperti itu, maka pengembangan pertanian lahan rawa berpeluang besar untuk meningkatkan ketahanan pangan yang bersumber dari potensi lokal sesuai dengan salah satu tujuan SDGs (Sustainable Development Goals).

Selain itu, sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim terutama faktor intensitas hujan karena berpengaruh terhadap pola tanam, waktu tanam, produksi, dan kualitas hasil. Intensitas hujan yang tinggi dan tidak menentu mengakibatkan kondisi lahan pertanian mengalami banjir atau tergenang air. Tentunya hal ini menjadi problematika bagi petani untuk melakukan usahatani, oleh karena itu diperlukannya suatu teknologi inovasi terkait sistem pertanian. Salah satu inovasi teknologi budidaya pada lahan rawan banjir dan rawa yaitu dengan menerpakan sistem pertanian terapung.

Tanam Padi Apung

Sistem pertanian terapung merupakan teknik budidaya yang dilakukan pada lahan yang selalu tergenang air sepanjang tahun, dengan ketinggian genangan diatas 60 cm. Sistem pertanian terapung dapat diaplikasikan untuk budidaya padi atau yang biasa disebut sebagai padi apung. Sistem pertanian ini merupakan teknik budidaya padi yang menggunakan rakit sebagai media tanam pada lahan tergenang air. Padi apung menjadi salah satu upaya adaptasi terhadap perubahan iklim untuk wilayah-wilayah rawan banjir atau rawa yang tergenang air.

Apabila padi apung dikembangkan di lokasi lahan rawan banjir atau rawa, maka akan terjadi peningkatan hasil produksi dan pendapatan bagi para petani karena adanya peningkatan nilai ekonomi dari lahan tersebut. Tentunya sistem pertanian padi apung menjadi solusi untuk mengatasi dan memanfaatkan kondisi lahan rawan banjir dan rawa dengan optimal.

Pola Tanam Padi Apung

Dapat disimpulkan bahwa budidaya apung tersebut merupakan hal yang dikenalkan kepada beberapa khalayak, alasannya karena ketika terjadi pelimpahan air, petani masih tetap bisa panen padi, sehingga kemandirian pangan masih bisa dimiliki para petani tersebut. Hal ini juga yang mendasari teknologi budidaya apung dikenalkan dan dikembangkan oleh LPM UMY, yang salah satunya adalah kepada para penduduk petani di wilayah Kalimantan Timur.

Kalimantan Timur memiliki lahan gambut dengan potensi lahan yang tinggi namun marjinal atau tingkat kesuburannya rendah. Sehingga paludikultur atau budidaya di rawa oleh LPM UMY ini merupakan sistem tepat bagi pengembangan lahan gambut tanpa mengubah ekosistem. Media dan pola tanam padi apung, pupuk, dan lainnya murni hasil riset para dosen di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pada pemupukan, pupuk yang digunakan pada pola tanam padi apung varietas IR64 di Kalimantan Timur ini berupa kompos rumput kiambang, tanah gambut, dan kotoran burung walet. Selanjutnya saat setelah dipanen, padi akan dirontokkan menggunakan mesin tresher dan ditimbang berat gabah basah untuk dikonversi. Hasil panen 108 rumpun jika dikonversi dalam 1 Ha (200.000 rumpun) mencapai 3,5 ton gabah basah dari padi apung ini.

Pada akhirnya sistem pertanian padi apung oleh LPM Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini bisa menjadi solusi untuk mengatasi dan memanfaatkan kondisi lahan rawan banjir dan rawa dengan optimal. [uth]

Sistem Tanam Padi Apung

4.9/5 - (8 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha