Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2021

Schablon Sebagai Teknik Cetak pada Baju Berkembang Menjadi Ekspresi Seni Grafis dalam Kuratorial Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2021


Diwartakan oleh Official Adm pada 1 Agustus 2021   (2,206 Readers)

PSGY yang merupakan akronim dari Pekan Seni Grafis Yogyakarta menjadi satu helatan rutin yang digelar dua tahun sekali di Yogyakarta, yaitu yang mengeksplorasi seni cetak grafis sebagai teknik, medium, dan gagasan dalam bentuk pameran, workshop, lomba dan seminar.

Berbicara tentang teknik cetak pada Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2021 kali ini, maka kita bisa memulainya dengan memahami perihal istilah dari teknik cetak saring yang justru tidak begitu dikenal di Indonesia. Sebagaimana yang dituliskan dalam kuratorial oleh Bambang ‘Toko’ Witjaksono sebagai kurator, istilah yang lebih populer dan dikenal sekaligus dipakai di Indonesia ini adalah cetak sablon, yaitu sebuah kata yang berasal dari bahasa Belanda; Schablon.

Kata Schablon ini kemudian berakulturasi sehingga menjadi bahasa serapan dan bermetamorfosis menjadi sablon. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata sablon didefinisikan sebagai pola berdesain yang dapat dilukis berdasarkan contoh.

Penutupan Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2019 Sampai Jumpa di PSGY 2021

Sejarah Tentang Teknik Cetak Saring Sablon

Teknik sablon berawal dari teknik stencil, yaitu gambar atau pola yang dihasilkan dengan objek perantara dengan cara disemprotkan. Stensil tangan, dibuat dengan meniup pigmen di atas tangan yang diletakkan di dinding gua, ditemukan lebih dari 35.000 tahun yang lalu di Asia dan Eropa, dan tempat prasejarah di benua lain. Setelah itu stensil banyak digunakan sebagai teknik melukis pada semua jenis bahan.

Teknik sablon pertama kali ditemukan di China, pada zaman Dinasti Song (960 – 1279 M). Kemudian beberapa negara Asia seperti Jepang dan lainnya mengadopsi metode cetak baju kaos ini dan mengembangkannya dengan memadukannya dengan penggunaan teknik sablon atau cetak lainnya. Di jepang, cetak sablon atau cetak saring telah lama di kenal dan digunakan sejak tahun 1664. Ketika itu Yujensai Miyasaki dan Zisukeo mengembangkannya dengan menyablon kain kimono beraneka motif, agar harga kimono menjadi lebih murah. Selang beberapa abad kemudian, teknik sablon mulai dikenalkan ke negara Eropa Barat setelah beranjak dari Asia pada akhir tahun 1700an. Sablon untuk bahan tekstil mulai dikenal sejak kain sutera mulai banyak digunakan di pasaran. Teknik sablon tersebut digunakan untuk mencetak hiasan pada kain sutera. Sutra digunakan sebagai media untuk stensil. Sutra direntangkan di antara stensil kertas dan sikat digunakan untuk memasukkan tinta melalui celah jaring sutra. Dari perisiwa itulah dikenal istilah silkscreen.

Industri Sablon

Waktupun terus berjalan. Teknik sablon pertama kali dipatenkan di Inggris oleh Samuel Simon pada tahun 1907. Awalnya, penyablonan digunakan sebagai metode untuk melakukan pencetakan pada kertas dinding (wallpaper), pencetakan sprei, sutra, atau bahan-bahan kain lainnya yang memiliki kualitas tinggi. Namun akhirnya penyablonan merambah ke berbagai media, termasuk sablon kaos, sablon poster dan sablon pada media lainnya. Penggunaan teknik sablon pada busana ini pun merambah Indonesia, bahkan menjadikan sablon sebagai teknik yang paling populer di masyarakat Indonesia, dibanding teknik cetak Seni Grafis lainnya.

Sablon Sebagai Media Seni Rupa

Selain merupakan alat penunjang komersial, teknik sablon pun menjadi salah satu media pengembang seni rupa. Di tahun 1930 sekumpulan seniman sablon di Inggris mendirikan Perkumpulan Serigrafi Nasional (National Serigraphic Society), yang awalnya dikenal dengan nama Serigrafi. Hal ini dibuat untuk membedakan seniman yang berkarya di bidang seni dengan menggunakan penyablonan, dengan mereka yang bergerak di bidang sablon untuk kepentingan industri komersial. Serigrafi sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu ‘Seri’ (sutra), dan bahasa Yunani ‘Graphein’ (menulis atau menggambar).

Seorang seniman bernama Andy Warhol merupakan salah satu nama yang berjasa besar dalam memperkenalkan teknik penyablonan yang berkaitan dengan istilah serigrafi.

Warhol sangat dikenal dengan karyanya pada tahun 1962, yaitu gambar Marilyn Monroe yang dicetak dengan menggunakan warna-warna yang mencolok. Pada era itu, Warhol pun mempopulerkan aliran seni visual baru ciptaannya sendiri, yang biasa dikenal dengan istilah Pop Art.

Pengaruh penggunaan teknik sablon sebagai media ekspresi dalam seni grafis pun sampai juga ke Indonesia, bahkan diajarkan pada institusi seni. Di kampus ASRI Yogyakarta (hingga ISI Yogyakarta) maupun ITB Bandung serta kampus seni lainnya, sablon diperlakukan sebagai salah satu teknik cetak untuk berkarya. Hingga sekarang, karya-karya seni grafis dengan teknik sablon sudah sangat variatif dan menunjukkan beragam ekspresi. Karakter dan keunikan hasil cetakan sablon merupakan sebuah ciri khas yang senantiasa diolah eksperimentasinya.

Dengan populernya teknik sablon di masyarakat serta adanya berbagai karakter khas karya sablon/screenprint sebagai karya seni, maka hal ini perlu dipertunjukkan kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, pada helatan PSGY alias Pekan Seni Grafis Yogyakarta 2021 akan difokuskan pameran tentang karya-karya seni grafis dengan teknik sablon/screenprint.

Sebagai special presentation di PSGY tahun 2021 kali ini, akan dipamerkan pula karya sablon dari Andy Warhol dan Liu Ye serta karya-karya sablon dari kelompok Decenta Bandung yang eksis pada kurun waktu 1980-an. []

4.8/5 - (5 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Official Adm


Tentang Official Adm