Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Ndaru Ndarboy Genk

Pekan Budaya Difabel Tahun 2022 Dibuka Dengan Pemukulan Penthongan dan Dihibur Ndaru Ndarboy Gank


Diwartakan oleh Haiki Murakabi pada 28 November 2022   (1,710 Readers)

Pekan Budaya Disabilitas (PBD) 2022 resmi dibuka pada Senin, 28 November 2022 di Panggung Ayom, Desa Wisata Kebon Agung, Kapanewon Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembukaan pekan PBD 2022 secara simbolis ditandai dengan pemukulan penthongan secara serentak oleh panitia, perwakilan desa,pihak Dinas terkait, dan juga tamu undangan. Pekan Budaya Difabel tahun 2022 yang mengusung tema ‘Ngayomi Ngayemi’ ini juga divisualisasikan dengan maskot berujud daun pisang.

Dalam melihat maskot di Pekan Budaya Difabel tahun 2022 ini kita bisa menengok ke belakang bahwa ada adat-istiadat kecil yang sering dilakukan nenek moyang kita, terutama di pedesaan, namun sering kita lupakan. Yaitu saat pergi ke sawah dan kemudian turun hujan sementara sebelumnya tak membawa bekal payung ataupun kerudung, maka tindakan yang acap dilakukan adalah mengambil daun pisang, untuk kemudian dimanfaatkan guna melindungi diri dari guyuran air hujan. Pada akhirnya kitapun bisa terlindungi, kita ter-ayom-i.

Selain itu, kita sering melihat tak sedikit orang yang dalam proses membuat makanan juga memanfaatkan daun pisang. Ketika membuat lemper, membikin arem-arem, membuat tempe, nagasari, arem-arem, dan kudapan lainnya, maka daun pisang adalah barang yang tak bisa ditinggalkan. Begitu pula saat menikmati makanan, wadahnya juga menggunakan daun pisang, baik sekadar sebagai lemek/alas, ataupun digunakan sebagai ajang pengganti piring, yang itu bisa berujud pincuk, sudhi, takir, dan lain-lainnya. Setelah mengonsumsi makanan yang cara membuat dan menikmatinya selalu beririsan dengan daun pisang tersebut, maka selanjutnya kita akan menjadi kenyang, tak pelak hatipun bakal menjadi bahagia. Artinya; rasa “ayem” itu juga hadir di sana. Daun pisang itu kenyataannya sangat bisa ngayomi dan ngayemi.

Hal di atas sebagaimana dikatakan dalam pidato sambutan pembukaan oleh Dra. Y. Eni Lestari Rahayu selaku Kepala Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Adat, Tradisi, Lembaga Budaya dan Seni di Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sambutan Ibu Eni ini disampaikan setelah acara dibuka oleh MC dan kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya serta dilakukannya pembacaan doa.

“Dengan mengambil makna dari keberadaan daun pisang yang banyak tumbuh di desa ini, kita semua bisa memberikan perlindungan sekaligus kebahagiaan, bisa ngayomi lan ngayemi,” imbuh Ibu Eni.

Diselingi penampilan Punokawanito yang tiga anggotanya masing-masing adalah difabel netra, difabel daksa, dan sosok bertubuh mini, sambutan selanjutnya hadir dari Broto Wijayanto selaku Ketua Panitia sekaligus Pimpinan Produksi perhelatan Pekan Budaya Difabel tahun 2022 ini.

Punokawanita

Dalam kesempatan pidato sambutan pembukaan PBD 2022, Broto juga mengundang 2 orang untuk naik ke panggung, masing-masing adalah Patoni sebagai perwakilan dari warga Desa Wisata Kebon Agung, dan juga Cublik Sulistyo yang merupakan penyandang difabel sekaligus warga Desa Wisata Kebon Agung dan aktif sebagai roda-penggerak komunitas non-profit bernama Sapadifa.

Sapadifa sendiri merupakan yayasan yang baru hendak diresmikan agendanya tanggal 4 Desember 2022, namun sejatinya beberapa tahun belakangan kesehariannya sudah bergerak membantu teman-teman difabel dan juga ODGJ.

Broto mengungkapkan bahwa disadari atau tidak, banyak dari kita masih sering memandang remeh dan rendah pada orang lain, terutama ketika derajat, jabatan, ataupun strata sosial kita lebih tinggi. Stigma negatif acapkali muncul mengiringinya; orang lain yang derajatnya lebih rendah hanya dipinggirkan, lebih parahnya ketika menyaksikan orang lain memiliki keterbatasan secara fisik, hanya dilihatnya sebagai sosok yang tak memiliki kemampuan.

Tak bisa dimungkiri, pada kenyataannya relasi kuasa itu masih sering melekat pada diri kita. Terhadap kawan-kawan difabel kita masih sering memandang remeh dan tak jarang juga menaruh rasa iba berlebihan. Kita hilang ingatan bahwa sejatinya mereka itu sama dan serupa dengan kita; sama-sama diciptakan Tuhan dengan banyak kekurangan dan keterbatasan. Sayangnya, ketimbang ingat akan keterbatasan pada diri-sendiri, kita justru lebih sering menilai kekurangan orang lain, apalagi ketika kita merasa lebih lengkap dan lebih tinggi stratanya. Padahal kenyataannya ada banyak potensi, kemampuan, dan bahkan tak sedikit semangat yang dimiliki kawan-kawan difabel dalam menghidupi diri sekaligus orang-orang di sekitarnya, yang itu semua tidak kita miliki.

“Cublik Sulistyo ini adalah salah satu contoh sosok difabel yang memiliki kemampuan lebih dalam membantu kawan-kawannya. Ia menjadi penggerak di Sapadifa yang kemudian bisa sedikit meringankan beban sesama kawan difabel, terutama mereka yang tak bisa mendapatkan akses keluar, dan hanya bisa tidur di dalam rumah sembil menghitung genting dan usuk,” tutur Broto.

Aris Paniradya Pati

Sambutan selanjutnya datang dari Bapak Aris Eko Nugroho, S.P., M.Si yang menjabat sebagai Paniradya Pati (Kepala Dinas) Paniradya Kaistimewan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Terkait dengan dihelatnya Pekan Budaya Difabel ini Bapak Aris menyatakan kegembiraannya ketika masyarakat juga berbahagia, tak lain karena perhelatan yang didanai dari Dana Keistimewaan semacam ini bisa sampai kepada sasaran.

“Dana keistimewaan ini akan menjadi besar manfaatnya ketika bisa tepat sasaran, dengan begitu ia bisa semakin migunani, murakabi, dan mrantasi bagi kehidupan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta,” tutur Bapak Aris.

Selepas dibukanya secara resmi Pekan Budaya Difabel tahun 2022 dengan memukulkan pentongan secara bersama-sama, acara dilanjutkan dengan pertunjukan musik yang menyajikan kelompok Puser Bumi. Ialah grup band pentatonis dan diatonis asli dari bantul Yogyakarta, yang semua personilnya adalah difabel tuna-netra.

Hal yang menarik saat pertunjukan adalah dihadirkannya ‘mistery guest’, yaitu Ndaru ‘Ndarboy Genk’, yang tiba-tiba muncul dari belakang panggung kemudian berduet dengan Mbak Rizka Rinonce, vokalis Puser Bumi. Sontak, banyak tamu undangan yang bersorak-sorai menunjukkan kebahagiaan tak terkira. Empat lagu yang ditembangkan oleh Ndaru diiringi Puser Bumi adalah Wong Sepele, Ojo Nangis, Kaya Jogja Istimewa, Mendung Tanpo Udan.

Sambil melantunkan lagu-lagunya, Ndaru Ndarboy juga tak segan turun panggung dan kemudian menyatu dengan para pengunjung yang di bagian depan sebagian besar adalah kaum difabel, termasuk difabel tuli. Tiada sekat dan tanpa jarak. Karena itu, setelah mendendangkan lagu berjudul ‘Wong Sepele’ dan kemudian dilanjutkan dengan lagu ‘Ojo Nangis’, justru terlihat ada dari mereka yang terlihat ‘mbrebes mili’, keluar air mata. Nangis. Ia menuturkan bahwa ini adalah impian yang menjadi nyata. Ia yang untuk keluar rumah saja susah, benar-benar tak percaya, sosok penyanyi yang selama ini diidam-idamkannya, yang hanya bisa didengarkan suaranya, kali ini benar-benar hadir di depan mata. Tentu saja ini menjadi imun bagi mereka untuk tetap bersemangat, apapun keterbatasannya, karena semua akan menjadi nyata ketika ada usaha dari kita.

Ndaru Ndarboy

Pekan Budaya Difabel tahun 2022 yang telah dibuka pada tanggal 28 November di area Bendung Tegal Jayan – Desa Wisata Kebon Agung Imogiri ini agendanya dihelat selama 6 hari. Ada banyak program acara dihadirkan, di antaranya adalah pertunjukan, workshop, pasar rakyat, dan operet inklusi. Ditutupnya Pekan Budaya Difabel tahun 2022 bertepatan dengan perayaan Hari Difabel Internasional, tanggal 03 Desember 2022. [hmk]

4.9/5 - (8 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Haiki Murakabi


Tentang Haiki Murakabi