Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Wayang Plastik karya Ki Samijan di Pameran FKY 2022

Selain Dipresentasikan Secara Keliling, Program Pameran FKY 2022 juga Menyajikan Karya-Karya Terkait tema Air dan Tanah yang Dipilih Berdasar Laku Budaya Para Senimannya


Diwartakan oleh Official Adm pada 18 September 2022   (1,536 Readers)

Seiring dengan pembukaan Festival Kebudayaan Yogyakarta 2022 yaitu pada tanggal 12 September 2022, bersama itu pula dibuka pameran galeri yang menyajikan karya-karya dari 20 seniman seni rupa, dengan lokasi di Gedung Cendrawasih -depan Teras Malioboro 1 Yogyaarta.

Pameran FKY 2022 yang kali ini digawangi Prihatmoko Moki sebagai sosok pemrogram diperuntukkan sebagai ruang presentasi agi beberapa karya yang berkaitan erat dengan air dan tanah, baik secara pengalaman personal/kolektif maupun refleksi mereka terhadapnya.

Karya Sony Irawan di Pameran FKY 2022

Karya yang Lebih Didasarkan pada Laku Budaya

Dengan latar belakang pemilihan para seniman lebih didasarkan pada refleksinya terhadap keberadaan air dan tanah, maka perihal pemilihan seniman yang menggarap dan memiliki karya terpajang ini sama sekali tidak dilandaskan pada seni sebagai tolak ukur, lain dari itu, ia lebih dilandaskan pada laku budaya yang dilakoni para senimannya. Salah satu contohnya adalah Marno Siman yang menyajikan lukisan naga dengan media kertas, di mana sang seniman justru tak memiliki latar belakang seni, hanya saja ia memiliki karya lukis yang itu dilakoni erat kaitannya dengan perjalanannya sebagai juru kunci di Telaga Saga, Gunungkidul.

Selain Marno Siman, ada pula Asto Puaso sebagai salah satu seniman yang dua karyanya dipamerkan, masing-masing diberi judul Gunung Tutup dan Resan.

Naga karya Marno Siman di Pameran FKY 2022

Mbah Asto atau acap dipanggil Mbah Kakung serta Mbah Lanang ini menuturkan bahwa dua karya yang dipresentasikan kali ini masing-masing memiliki cerita perjalanannya sendiri. Gunung Tutup ia lakoni sebagai visualisasi perjalanannya menguak sejarah keberadaan Gunungkidul di masa lampau, tepatnya ketika masih berposisi sebagai “Tanah Perdikan”, dan kemudian berproses di bawah naungan Kasunanan (Surakarta), bukan Kasultanan (Yogyakarta). Mbah Asto menuturkan bahwa terdapat dua bilah pedang, sama sekali bukan keris, yang keduanya tertancap pada batu, itu salah satu simbol yang menunjukkan sebagai tanah pardikan awal Gunungkidul dulu ada. Dalam “lakunya” Mbah Kakung bercerita bahwa sejatinya pernah ada yang membakar lokasi tersebut, dan pohon serta tetumbuhan memang terbakar, namun api tak kuasa untuk bisa naik menyentuh batu, apalagi dua bilah pedang tersebut.

Selanjutnya mengenai lukisan berjudul Resan, Mbah Asto sebagai sang empunya karya juga menuturkan perihal serupa namun tak sama. Bahwa intinya, resan divisualisasikan seperti yang orang banyak pahami, yaitu sebagai pohon besar nan angker. Tetapi Mbah Asto memaknainya sangat berbeda. Dari lukisan Resan tersebut beliau menuturkan bahwa yang disebut sebagai ‘angker’ ini bukan lantas sebagai rumah gendruwo. Lain dari itu, ada kesakralan kita untuk wajib menjaga alam, di mana terdapat sumber air sekaligus hamparan tanah tempat kita berpenghidupan.

Selain ada karya seni grafis yang disajikan oleh para komunitas seniman di Gunungkidul, ada pula karya wayang yang kali ini cukup unik. Yaitu wayang yang terbuat dari plastik, dan itu bisa diakses oleh kawan-kawan tunanetra. Ini secara tidak langsung juga menunjukkan bahwa para seniman tak abai tentang “limbah plastik” yang belakangan ini cukup meresahkan, dan banyak mengotori di segala media sumber penghidupan kita, baik itu laut ataupun tanah.

 

Pameran Keliling & Tour Pameran FKY 2022

Pameran FKY 2022 juga dilengkapi dengan agenda tur. Tur pameran pertama dikuti oleh peserta dari SDN Ngupasan Yogyakarta. Dengan ditemani oleh beberapa guru dan stafnya, 40 siswa kelas 5 ini mengikuti rangkaian pengenalan karya seni yang disampaikan oleh Prihatmoko. Salah satu staf SDN Ngupasan, Bapak Laxmono Habsoro mengungkapkan bahwa kegiatan seperti ini penting sebagai pengenalan pengetahuan di luar pendidikan yang diajarkan di sekolah.

Tur pameran sesi kedua diikuti oleh peserta umum. Beberapa pertanyaan dilontarkan oleh peserta, mulai dari turunan tema “Mengelola Air dan Tanah” pada pameran ini serta proses kurasi karya dan seniman yang dilakukan. Uli, salah satu peserta tur dari Bantul menyampaikan bahwa ia tertarik dengan tema FKY tahun ini yang rasa-rasanya takjub pada lokasi-lokasi yang tersebar karena kegiatan seni atau budaya di daerah jarang dan kadang kurang matang.

“Saya juga penasaran, kan berubah dari kesenian ke kebudayaan, sajian kebudayaan seperti apa yang dihadirkan, ya?” tambahnya.

 

Sementara itu Pameran Keliling FKY 2022 hari pertama mengambil rute dari Taman Kuliner Condongcatur menuju beberapa ruas jalan kota dan provinsi serta berakhir di Teras Malioboro 2. Pameran keliling ini menggunakan truk yang telah dimural oleh lima komunitas seni di Yogyakarta, yaitu”

  1. “Sembur Sembur Adas A Cikal Apupus Limar” oleh ABDW
  2. “Tetap Mengalun Kencang” oleh Mulyakarya
  3. “Nututi Lakune Siung Ireng Dinut Ra Manut Kesandung Ora Glundung Jam 4 Lewat Seprapat Kali Celeng” oleh Wayang Polah
  4. “Lungo Nggolek Upo Kanggo Wong Omah” oleh Media Legal
  5. “Lelana Laya” oleh Gegerboyo

Dari kelima truk, tiga di antaranya terparkir di Teras Malioboro 2 untuk dipamerkan, yaitu truk mural karya Mulyakarya, Wayang Polah, dan Media Legal. Tampak beberapa pengunjung Malioboro silih berganti berfoto dengan menggunakan truk sebagai background. Pedagang kios di Teras Malioboro 2 mengaku dengan adanya truk yang dimural dan dipamerkan tersebut menjadi inisiatif bagus, karena selain sebagai kesenian, ini bagus juga untuk meningkatkan daya tarik orang-orang ke Teras Malioboro.

Di Gerbang Barat Kepatihan sendiri disulap menjadi panggung pertunjukan sebagai bagian dari aktivasi Pameran Keliling FKY 2022. Dua truk mural karya Gegerboyo dan ABDW diparkir dan menjadi latar beragam pertunjukan yang ditampilkan. Pertunjukan pertama dimulai dengan penampilan tari Kethek Ogleng dari Desa Kalasan. Kethek Ogleng terdiri dari penari laki-laki berwujud tokoh pewayangan Hanoman dengan penari perempuan bernama Ratna. Tarian ini melibatkan anak-anak dalam penampilannya.

 

Selanjutnya, terdapat tarian Srandul Purba Budaya yang berasal dari Kotagede. Nama srandul diambil dari kata ting srendil karena di dalam tarian ini terdapat macam-macam cerita, seperti kethek ogleng hingga Syaidina Ali. Pertunjukan dilanjutkan dengan tarian dari Kabupaten Kulon Progo berjudul Satrio Menoreh. Tarian dibuka dengan iringan gamelan yang disusul oleh 2 penari laki-laki memasuki panggung dengan membawa pecut dan 8 penari lainnya membawa jaran kepang.

Terdapat pula penampilan musik dari Sarkem Percussion x Drummer Guyub Yogyakarta. Cerita unik di balik penampilan ini adalah para pemain tidak menjalankan latihan secara bersamaan. Mereka berkoordinasi melalui Whatsapp untuk menentukkan patokan nada sehingga dalam pertunjukan ini, sang dirigen membentuk sebuah aransemen secara langsung. Komunitas ini sudah memiliki empat album yang dibuat sebagai wadah bagi para drumer (sebuah band) untuk menyalurkan kreativitasnya. Pada album keempat ini, para penyandang disabilitas, khususnya yang berasal dari Gunungkidul, digandeng untuk menginterpretasikan dan membawakan lagu-lagu tersebut.

Pertunjukan ditutup dengan penampilan Jathilan Kudho Satrio Jatimulyo. Dengan alunan gamelan, 4 penari laki-laki memasuki panggung dengan membawa bendera, kemudian disusul oleh 4 penari laki-laki membawa jaran kepang. Hal ini melambangkan para kesatria yang sedang belajar untuk memasuki medan perang. Pertunjukan diakhiri dengan 4 penari laki-laki ikut bergabung, seolah-olah menjadi panutan para satria saat menimba ilmu.

Pengunjung dari Tegal mengungkapkan bahwa ini merupakan kali pertamanya menonton FKY. Ini jadi pengalaman yang mengesankan karena tujuan datang ke Malioboro cuma untuk jalan-jalan, tetapi ternyata bisa melihat sebuah pertunjukan. Ini juga kali pertama nonton tarian dengan cerita Hanoman dan Ratna.

Selain itu ada pula pengunjung asal dari Purwokerto yang mengatakan bahwa ini bukan kali pertamanya mengikuti dan menyaksikan acara FKY, lantaran ia sudah pernah hadir sewaktu FKY diadakan di Taman Kuliner, Pyramid, dan Kampung Mataraman. Katanya, hal yang menarik dari FKY 2022 adalah lokasi acara yang mencar-mencar.

“Menurut saya ini bagus, jadi bisa memecah keramaian. FKY 2022 juga terasa luar biasa karena menjadi titik balik setelah pandemi, juga untuk sarana hiburan bagi perantau setelah tidak ada aktivitas seperti ini beberapa tahun terakhir. Saya berharap, FKY bisa selalu hadir setiap tahunnya,” ungkap pengunjung dari Purwokerto tersebut. []

4.9/5 - (7 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Official Adm


Tentang Official Adm