Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.7/5 - (3 votes)
HIGHLIGHT
   
Sumonar 2020 -Mantra Lumina

Di Virtual Opening Ceremony Sumonar 2020, Sultan Hamengku Buwono X Nyatakan SUMONAR Sebagai Ajang Kreativitas Seni Cahaya Tingkat Dunia


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 6 Agustus 2020   (3,783 Readers)

Sekira pukul 19:30 WIB, pada hari Rabu malam tanggal 5 Agustus 2020, telah dilakukan pembukaan Festival Video Mapping dan Instalasi Seni Cahaya “SUMONAR FEST 2020”. Serupa dengan festival yang tahun 2020 kali ini disajikan secara virtual alias daring (online), maka dalam acara seremonial pembukaan tersebut, khalayak juga dapat mengikutinya secara virtual, yaitu melalui laman situs www.sumonarfest.com

Dalam virtual opening ceremony Sumonar 2020 yang digelar malam itu, yang disuguhkan pada empat menit pertama adalah sajian musik gamelan oleh Komunitas Gayam 16, dan disambung dengan sambutan langsung oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, selama kurang-lebih 7 menit kemudian.

Sebelum di akhir sambutan melakukan seremonial pembukaan secara resmi gelaran Festival Sumonar tahun 2020 ini, Sri Sultan menyampaikan beberapa teks pidato, di mana pada awalnya langsung mengilustrasikan sosok Hanoman. Dipaparkan bahwa dalam adegan kisah Hanoman bertarung sengit melawan Rahwana, yaitu di tengah kobaran api yang melalap istana Alengka, dengan cekatan sang Hanoman berkali-kali berhasil menghindar dari serangan. Tak lama kemudian, Sri Rama meluncurkan anak panah ke tubuh Rahwana, dan Rahwana pun tumbang. Hal yang dikisahkan oleh Sultan ini maksudnya bukanlah merupakan adegan pertunjukan sebagaimana yang dapat kita saksikan di Panggung Ramayana -Candi Prambanan, melainkan di Tebing Breksi, Sleman, Yogyakarta.

Sultan Hamengku Buwono X di Virtual Opening Ceremony Sumonar 2020

Kenapa justru dalam acara virtual opening ceremony Sumonar 2020 ini Sultan mengisahkan perihal adegan Hanoman melawan Rahwana di Tebing Breksi?

Karena berhubungan dengan Festival Video Mapping dan Instalasi Seni Cahaya Sumonar ini, Sultan hendak menyampaikan, bahwa kisah Ramayana itu terasa spesial tatkala divisualisasikan pada dinding Tebing Breksi dengan latar bebatuan Breksi yang membentuk suasana klasik.

“Kisah Ramayana itu terasa spesial, karena efek cahayanya berwarna-warni sangat variatif. Mulai dari gambaran istana yang terbakar, asrinya lanskap pegunungan hingga adegan perang tanding. Berkat video mapping kreasi seni tradisional itu, akan lebih menarik minat penonton muda yang terbiasa dengan teknologi digital,” sambut Sri Sultan.

Dari kalimat yang dipaparkan Gubernur DIY di atas, maka selanjutnya kitapun dapat mendefinisikan bahwa video mapping merupakan sebuah teknik dalam pencahayaan, atau proyeksi untuk menciptakan ilusi optis fantastik pada obyek, di mana citra visual yang tercipta bisa berubah sesuai apa yang diproyeksikan. Karenanya, semburat warna-warni cahaya pelangi ini dapat disaksikan pula secara virtual di ekosistem digital kreatif yang cocok, kota Jogjakarta, tepatnya pada helatan Festival Virtual Seni Cahaya bertajuk ‘SUMONAR 2020″ dengan tema ‘Mantra Lumina’, yaitu dari tanggal 5 sampai dengan 13 Agustus 2020.

Tema “Mantra Lumina” yang diusung dalam festival tahun 2020 kali ini tepat sekali, lantaran ia membawa mantra teknologi dan pesona cahaya, di mana pesona cahaya itu mampu (di)hadir(kan) di tengah ketidakmenentuan suasana dan gelapnya cahaya akibat virus corona kali ini. Kelak, bisa jadi ini merupakan hal yang dapat dicatat sebagai sejarah baru, pasalnya festival virtual ini menjadi sebuah peristiwa budaya dunia langka, karena menggantikan berbagai event video mapping internasional yang tahun ini tidak diselenggarakan, sekalipun secara online.

komunitas gayam 16 di Virtual Opening Ceremony Sumonar 2020

Seperti gelaran pada beberapa tahun sebelumnya, video mapping di SUMONAR 2020 kali ini juga menampilkan berbagai permainan seni cahaya, eksplorasi warna dan proyeksi optikal pada bidang 2 dimensi atau obyek 3 dimensi. Sebagai festival video mapping dan seni instalasi cahaya pertama dan satu-satunya di Indonesia yang diikuti seniman nasional dan internasional, SUMONAR ini menjadi momentum yang tepat untuk unjuk kerja kreatif seniman Indonesia agar lebih dikenal karya seni digitalnya di tingkat dunia.

Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, yaitu saat memasuki era adaptasi keadaan baru, pada salah satu program SUMONAR 2020 bernama Monument of Hope akan ditampilkan pula karya kolaborasi dari beberapa seniman di seluruh dunia guna menyebarkan harapan karya seni.  Ia bakal diproyeksikan pada bangunan cagar budaya terpilih; Panggung Krapyak, yang dapat dinikmati secara 360 derajat, dengan durasi sekitar 5 sampai dengan 20 menit. Selain Monument of Hope, bagi anak muda juga disediakan oline class untuk edukasi digital kerja kreatif seniman. Di samping itu, ada pula beberapa sajian lain yang tak kalah menarik, di antaranya adalah Mantra Stage sebagai ruang untuk menggelar pertunjukan khusus karya personal atau komunal secara visual. Merchandise Booth dan Photo Booth yang merupakan ruang untuk berpose selfie.

Laman Sumonar 2020 -Mantra LuminaSemua persembahan dalam festival virtual dapat dinikmati publik dengan cara mengunjungi laman situs www.sumonarfest.com, syaratnya hanya dengan login mengisi nama dan email serta memilih rentang usia serta negara tempat tingggal. Setelah proses login, maka kitapun akan langsung ada di laman beranda dengan tampilan 3600 dan latar obyek 0 kilometer Jogjakarta disertai berbagai pilihan menu.

Dari ragam persembahan pada festival virtual di atas, selain membuka kesempatan berpromosi ke tingkat dunia, hal penting yang dapat dimaknai adalah juga ketersediaannya ruang bagi para kreator digital untuk tetap bisa bangkit dari keterpurukan dengan menampilkan kreasi-kreasi yang atraktif dan interaktif.

Senada dengan festival yang juga digelar secara virtual alias online, maka virtual opening ceremony Sumonar 2020 ini juga dilakukan dengan alasan masih dalam rangka menyiasati keadaan sebagai bagian protokol mencegah penyebaran wabah virus corona. Dengan begitu, TI alias teknologi informasi yang selama ini acapkali sekadar diposisikan sebagai pelengkap publikasi, maka kali ini keberadaan teknologi digital itu justru seolah menjadi darah yang mengalir ke semua lini dan program SUMONAR 2020. Dalam hal ini, SAAP! Production dan JVMP sebagai pihak yang menangani festival juga melakukan kerjasama dengan salah satu kampiun teknologi informasi di Jogja, ialah Citranet – CitrawebCitrahost.

Dengan dukungan dari Citranet Group yang juga telah memegang liesensi Mikrotik tersebut, maka khalayak dapat menikmati sajian SUMONAR 2020 kali ini, termasuk ikhwal pernyataan Sri Sultan masih dalam sambutannya saat virtual opening ceremony Sumonar 2020 kali ini. Bahwa serupa dengan event-event lain, terhadap SUMONAR 2020 beliau juga sangat mengapresiasi dan memberi pengayoman, disertai dukungan atas kerja-kerja kreatif, khususnya oleh anak-anak muda, dan terutama di saat pandemi corona masih belum sepenuhnya mereda ini. Pasalnya itu semua ada, tak lain adalah juga guna membangkitkan semangat inisiatif dan inovatif dalam usaha bersama mengatasi dampak pandemi Covid-19 ini.

Berlatar-belakang harapan akan bangkitnya semangat inisiatif dan inovatif dalam usaha bersama mengatasi dampak pandemi Covid-19 tersebut, dalam virtual opening ceremony Sumonar 2020, Sri Sultan Hamengku Buwono X selaku Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta menutup kalimat dengan pernyataan bahwa SUMONAR 2020 dibuka secara resmi sebagai ajang kreativitas seni cahaya tingkat dunia. [uth]

4.7/5 - (3 votes)

4.7/5 - (3 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha