Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.9/5 - (7 votes)
HIGHLIGHT
   
preskon-festival-video-mapping-sumonar-2020

Festival Video Mapping ‘Sumonar 2020’ yang Mengusung Tema “Mantra Lumina” Dipresentasikan Secara Online


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 19 Juni 2020   (4,251 Readers)

Kamis 18 Juni 2020, dimulai pada pukul 16:00 WIB, selama hampir satu jam telah dilaksanakan jumpa pers secara online terkait dengan helatan Festival Video Mapping ‘Sumonar’ tahun 2020. Pada acara press conference secara online yang juga disiarkan secara langsung melalui Facebook, Instagram, serta kanal Zoom Meeting tersebut, bersama pemandu acara Alit Jabangbayi, hadir pula tiga nara sumber, yaitu Sujud Dartanto, Gilang Kusuma, dan juga Raphael Donny (yang berkomunikasi secara online dari Jakarta).

‘Sumonar 2020’ yang merupakan festival video mapping bertaraf internasional bakal digelar kembali, yaitu selepas kesuksesan yang dituainya pada penyelenggaraan pertamanya, tahun 2019 silam. Mengenai agenda penyelenggaraan festival video mapping yang juga merupakan salah satu Festival Seni Cahaya berskala internasional ini, ia dijadwalkan akan digelar selama kurang lebih satu minggu, yaitu pada tanggal 5 hingga 13 Agustus 2020.

“Mantra Lumina”, Harapan Terbaik Melalui Cahaya

Kesuksesan helatan festival video mapping sekaligus festival seni cahaya berjuluk “Sumonar” pada tahun 2019 silam tak bisa lepas dari apresiasi yang disampaikan oleh khalayak, tak lain karena presentasi Sumonar tahun 2019 itu mampu mencuri perhatian banyak orang. Karena itu, di tahun 2020 ini helatan serupa siap disajikan kembali, yaitu dengan mengusung tema besar “Mantra Lumina”. Ialah gabungan dua kata, “Mantra” dan “Lumina”, di mana ‘Mantra’ dapat diartikan sebagai doa atau harapan, sementara Lumina serupa dengan istilah Cahaya.

Berlatar-belakang bahwa kata Mantra memiliki padanan dengan kata “doa”, sementara Lumina adalah  kata lain dari “cahaya”, maka ‘Mantra Lumina’ yang merupakan tema dari helatan SUMONAR 2020 ini dapat dimaknai sebagai sebuah “Harapan Terbaik Melalui Cahaya”

Sujud Dartanto selaku Kurator SUMONAR 2020 menuturkan bahwa di tengah wabah Covid-19 yang mengakibatkan ketakutan serta kecemasan di seluruh dunia, kehadiran “Mantra Lumina” dimaksudkan mampu menumbuh-suburkan sebuah harapan terbaik dari para pelaku seni yang disampaikan melalui cahaya. Dapat dikatakan, bahwa bisa jadi tema yang terpantik ini adalah sebuah kebetulan pun keajaiban dari ‘Invisible Hand’. Pasalnya, sesuai penuturan sang Kurator, bahwa tema ‘Mantra Lumina’ ini sendiri, sejatinya justru telah tercetus jauh sebelum pandemi ini merebak dan memporak-porandakan segala sisi kehidupan banyak manusia di seantero dunia.

Masih menurut Sujud, salah satu visi dan misi SUMONAR tak lain adalah memancarkan cahaya. Karenanya, melalui tema “Mantra Lumina” dapat diartikan bahwa pihak penyelenggara dan juga beserta para seniman yang terlibat di dalam festival SUMONAR 2020 hendak memancarkan harapan terbaik yang dimiliki melalui cahaya kepada banyak orang.

Festival Video Mapping sekaligus Festival Seni Cahaya skala internasional bernama SUMONAR 2020 yang mengusung tema “Mantra Lumina” ini sendiri dalam pelaksanaannya masih ditangani oleh pihak sama dengan tahun sebelumnya, yaitu Jogjakarta Video Mapping Project a.k.a JVMP dan juga Saab! Production. Awalnya, JVMP sendiri merupakan salah satu program dari Festival Kesenian Yogyakarta yang saat itu masih digawangi oleh Setyo Harwanto, Ari Wulu, serta Robi Setyawan.

Masih mengenai tema “Mantra Lumina” yang diusung dalam helatan SUMONAR 2020 ini, para pecinta seni cahaya maupun masyarakat umum bisa menyaksikan bagaimana harapan-harapan terbaik itu diciptakan oleh para senimannya, dan akan sangat tergambarkan di dalam setiap karya yang mereka ciptakan. Dari hal semacam itu, tentunya diharapkan menjadi sebuah angin segar, di mana ketakutan dan kekalutan sedang terjadi di tengah masyarakat.

Sajian dan Presentasi Berbeda

sumonar-2020

Sujud Dartanto selaku Kurator SUMONAR 2020 masih menambahkan, bahwa terkait dengan beberapa kendala menyangkut protokol kesehatan yang diterapkan seiring pandemi COVID-19, maka dalam penyelenggaraan SUMONAR pada tahun 2020 presentasi dan penyajiannya bakal dilaksanakan dengan cara yang berbeda dan tak sama seperti pada waktu-waktu sebelumnya, yaitu dengan memanfaatkan media digital untuk proses penyajian karya para seniman, pun proses interaksi antara seniman dengan penikmat karyanya. Karena itu, segala hal yang ingin disajikan di dalam festival ini bisa diakses dengan sangat mudah, yaitu melalui media berujud website yang beralamat di laman www.sumonarfest.com.

Dengan cara presentasi berbeda ini, maka semua pengunjung tidak perlu lagi pergi ke mana-mana dan cukup di rumah saja, karena hanya dibutuhkan sarana media online, baik telepon genggam, laptop, ataupun perangkat serupa lainnya yang tersambung dengan jaringan internet. Dengan piranti dan kelengkapannya itu, maka keseluruhan konten yang tersajikan di dalam festival ini bisa langsung disaksikan.

“Di tengah kondisi seperti saat ini, kami sebagai pelaku seni seperti sedang diberi tantangan baru untuk melakukan hal yang tidak biasa kami lakukan. Satu contoh yang bisa kita lihat dalam SUMONAR tahun ini adalah ketika kami harus menyajikan dan mempresentasikan karya-karya yang telah kami ciptakan kepada khalayak luas secara online, tidak offline seperti biasanya,” Sujud menjelaskan.

Sesuai penuturan Sujud, di situasi dan kondisi seperti ini, baik penyelenggara pun para seniman, diakui pun tidak, telah menjadi bagian dari sebuah catatan sejarah baru, di mana karya seni cahaya disajikan secara online kepada khalayak. Karenanya, para pelaku dituntut untuk terus berekspresi dan berkarya di tengah segala hal yang serba terbatas seperti sekarang. Artinya, setiap kita kali ini seolah seperti sedang dipaksa untuk mengaktualisasi diri dengan pilihan media seperti ini.

Konten Sama Tapi Tak Serupa

Sementara itu, Raphael Donny selaku Co-Kurator SUMONAR 2020 melanjutkan bahwa pada tahun ini konten-konten yang akan disajikan kepada masyarakat tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya. Di antaranya seperti karya Video Mapping, Instalasi Cahaya dan beverapa sajian karya lainnya. Namun, seiring situasi pun kondisi, pada akhirnya tetap ada hal yang membedakan pada tahun ini, adalah para seniman yang memamerkan karya-karyanya dilakukan dengan memanfaatkan media online. Begitupun untuk para penikmat karyanya sendiri.

Senada dengan apa yang dituturkan oleh Sujud, Donny Raphael juga memaparkan bahwa dengan latar-belakang kondisi di seluruh dunia yang sedang tak menentu m akibat wabah virus corona seperti sekarang ini, maka mau tidak mau langkah presentasi secara online inilah yang dapat diambil dan dilakukan. Bisa jadi ini adalah kendala, namun di lain sisi ini adalah juga tantangan sekaligus juga kesempatan, karena bahkan di luar sana, banyak festival yang memutuskan untuk menunda hingga sampai membatalkannya.

“Dalam kondisi seperti ini kami sebagai seniman dituntut harus tetap berekspresi walau dengan menggunakan media lain. Di sini kami bersama pada seniman yang terlibat menjadi bagian awal dari sebuah tren baru yang saat ini sedang akan dimulai untuk sebuah penyelenggaraan festival,” Donny menuturkan.

Donny juga memaparkan bahwa seniman yang terlibat dalam Festival Video Mapping SUMONAR tahun 2020 ini bisa dibilang lebih banyak apabila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Terutama untuk seniman yang berasal dari manca-negara, yang di antaranya hadir para seniman asal Cina, Jepang, Spanyol, Makau, Bulgaria dan beberapa lainnya. Lain dari itu, lebih dari 50% seniman yang terlibat adalah juga mereka yang belum pernah ikut serta dalam SUMONAR di tahun sebelumnya.

Di lain sisi, Gilang Kusuma yang merupakan Art Director SUMONAR 2020 menambahkan, bahwa untuk seniman yang berpartisipasi pada tahun ini dibagi menjadi dua, yaitu exhibition dan video mapping show. Untuk exhibition sendiri, para seniman akan berkarya di rumah atau studio masing-masing, lalu mendokumentasikan karya mereka. Setelah itu SUMONAR akan mendisplay video tersebut di website.

Selain yang terpaparkan di atas, ada juga beberapa seniman yang memang membuat karya secara interaktif dengan media online dan lainnya. Untuk video mapping sebenarnya tidak banyak perubahan proses berkaryanya. Namun SUMONAR 2020 akan menampilkan karya video mapping tersebut secara virtual dengan tampilan 360°.

“Semoga platform baru yang kami gunakan untuk penyelenggaraan festival ini bisa menjadi media baru untuk para seniman untuk tetap berkarya, dan juga audience tetap bisa menikmati sebuah festival seni,” harap Gilang.

Open Submission Monument of Hope

Sebagai tambahan menarik dari helatan SUMONAR 2020 kali ini adalah, bahwa salah satu bagian acara SUMONAR 2020 lainnya adalah Monument of Hope (MoH), sebuah program video mapping dalam sebuah lokasi khusus. MoH melambangkan ekspresi untuk tetap termotivasi dan selalu berfikir positif menyikapi keadaan saat ini. MoH akan berbentuk tayangan video mapping dari karya seniman dari seluruh tempat dan dunia sebagai wujud gerakan bersama masyarakat umum.

Berkaitan dengan Monument of Hope (MoH) di atas, maka digaungkan pula undangan secara terbuka melalui program Open Submission Monument of Hope bagi Anda yang memiliki minat untuk berpartisipasi dalam Sumonar 2020 Monument of Hope. Selanjutnya mengenai ketentuan dan detail teknis karya sila dapat menghubungi nara-hubung atas nama Dwi Oktala di nomor 089672160069, dan atau mengunjungi website www.sumonarfest.com. [uth]

4.9/5 - (7 votes)

4.9/5 - (7 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha