Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Sumonar Menjadi Festival Video Mapping Pertama di Indonesia

Sumonar Menjadi Festival Video Mapping Pertama di Indonesia


Diwartakan oleh Haiki Murakabi pada 23 Juli 2019   (4,395 Readers)

Digelar di area Titik 0 KM Yogyakarta mulai tanggal 26 Juli dan akan berakhir pada tanggal 5 Agustus 2019 Sumonar Menjadi Festival Video Mapping Pertama di Indonesia.

Video mapping sebagai salah satu bentuk karya seni pada awalnya belum banyak yang mengenal bahkan melakukannya. Namun dewasa ini, ia memiliki ruang tersendiri di benak masyarakat yang tak hanya pada hasil visual yang elok sekaligus mampu menyita perhatian, namun lebih dari itu, apa yang hendak disampaikan oleh seniman melalui karya video mapping itu justru seringkali mampu membuka cakrawala baru. Artinya, dari terbukanya cakrawala sebagai dampak dari menikmati video-mapping, ada manfaat lebih dari pribadi manusia dalam masyarakat ini. Bahkan lebih dari itu, membahas video mapping juga tidak sekadar berhenti pada bahasan perihal bagaimana proses penciptaan video, namun kenyataannya di dalamnya masih terdapat ilustrasi musik, 3D desain, arsitektural, script writing dan komponen-komponen lain yang menyertainya.

Di kota budaya Yogyakarta, video mapping sesungguhnya sudah didengungkan sejak lama oleh seniman pun orang-orang yang memiliki minat lebih terhadap bidang ini. Sebagai contoh adalah tahun 2013 yang merupakan awal video mapping ini disajikan di tengah khalayak luas, yang salah satunya masuk dalam salah satu program di Festival Kesenian Yogyakarta (FKY), yang kemudian pada tahun 2019 berganti nama menjadi Festival Kebudayaan Yogyakarta.

Sumonar Menjadi Festival Video Mapping PertamaSejak tahun 2013 tersebut, secara rutin dan konsisten program persembahan Video Mapping terus berlangsung pada setiap tahunnya dan mampu membentuk satu kelompok yang secara kolektif berfokus mengembangkan proses kreativitas ini dengan nama Jogjakarta Video Mapping Project (JVMP). Selanjutnya setelah 5 tahun berjalan dan menjadi salah satu program yang disajikan kepada khalayak melalui FKY, pada tahun 2018 ide-kreatif yang telah tercipta sejak lama tersebut berdiri sendiri menjadi bentuk festival dengan nama Jogjakarta Video Mapping Festival (JVMF).

Gagasan Festival Video Mapping bernama JVMF itu awalnya sebatas dibentuk dan dipresentasikan pada skala nasional, dan memang memperoleh apresiasi sangat meriah dari berbagai lapisan masyarakat. Dari situ kemudian tak berhenti, yaitu dilatar-belakangi sebutan JVMF yang tidak mampu mengidentifikasi keberadaan festival ini di dunia internasional, maka pada tahun 2019 JVMF pun ber-metamorfosa menjadi SUMONAR.

Sumonar Menjadi Festival Video Mapping Pertama di Indonesia

Dengan tajuk tajuk “My Place, My Time”, penyelenggaraan Festival Video Mapping Pertama di Indonesia berjuluk SUMONAR ini memilih tempat di kota Yogyakarta, tepatnya di area seputar 0 Kilometer Jogja, yang waktunya dimulai tanggal 26 Juli dan akan berakhir pada tanggal 5 Agustus 2019.

Ari Wulu yang berlaku sebagai Direktur Festival Sumonar (Festival Director SUMONAR), memaparkan bahwa SUMONAR merupakan penggabungan dari dua kata, yaitu Sumon dan Sumunar. Sumon sendiri mempunyai arti mengumpulkan, sementara Sumunar memiliki makna memiliki cahaya.

Sumonar Menjadi Festival Video Mapping PertamaMenurut pemaparan Ari Wulu, pergantian nama dari JVMF ke Sumonar merupakan sebuah hal yang sangat penting untuk bisa menjelaskan identitas dari festival ini kepada masyarakat Indonesia maupun dunia. Perkenalan melalui identitas tersebut dapat menambah keragaman video and art light festival internasional yang telah marak selama kurang lebih 10 tahun terakhir.

Ari Wvlv melanjutkan, bahwa SUMONAR sendiri menjadi upaya guna memberikan jawaban kegelisahan manusia atas ruang kota yang dihuninya melalui pertunjukan video dan instalasi seni yang interaktif. Bangunan, tembok, pagar, jembatan, gedung, monumen, dan bangunan lain yang biasanya dianggap sebagai penghalang, bahkan kadang sama sekali tidak dianggap menjadi terlihat, serta memiliki fungsi baru atau fungsi lain di dalam festival ini.

“Dari tahun 2013 hingga 2017, video mapping menjadi salah satu program yang ada di dalam FKY. Dan di tahun 2018, kami berinisiatif membuat video mapping menjadi bentuk festival dan masih di dalam naungan FKY dan cakupannya belum terlalu luas. Festival ini memisahkan diri dari FKY adalah sebagai salah satu upaya agar cakupan festival ini bisa lebih besar lagi. Tidak hanya bagi masyarakat Jogja dan beberapa daerah lain di Indonesia, namun dunia. Maka dari itu, dengan pergantian nama menjadi SUMONAR pun membuat festival ini menjadi festival video mapping pertama di Indonesia berskala internasional,” tutur Ari.

Ari Wulu juga menjelaskan perihal pemilihan tema “My Place, My Time”, bahwa tema itu dihadirkan sebagai sebuah ungkapan dari kisah kota yang sedang bercerita tentang dirinya. Artinya, di posisi ini pihaknya hendak menggambarkan bagaimana budaya dan manusia yang lahir dari rahimnya bergerak, kemudian berkembang, dan lalu berubah. Hal itu bisa berproses dari bentuk, waktu, wajah , bau, perilaku, bunyi, dan segala hal yang membangunnya. Selanjutnya, di dalam kehidupannya, kota juga tak lepas dari kesepakatan yang muncul sebelumnya, dan imbas dari kesepakatan itu yang mampu membentuk dirinya sebagai kota.

“Ada dua prasa yang tersirat di dalam tema “My Place, My Time”. Prasa yang pertama adalah kami di sini hari ini, dan yang kedua adalah kami melihat kota ini dari sudut pandang diri-sendiri. Kota ini terbentuk dari akibat penguasanya, pemerintahnya, senimannya, pelajarnya, dan semua lapisan masyarakat yang ada di kota ini. Biasanya suatu kota terwujud setelah konstelasi besar, yang mana mampu membuat kota menjadi seperti ini,” jelas Ari.

Sumonar Menjadi Festival Video Mapping PertamaRaphael Donny selaku Ketua JVMP melanjutkan bahwa SUMONAR 2019 akan dilaksanakan di seputar Kawasan Titik 0 Kilometer Yogyakarta, antara lain adalah di Museum Bank Indonesia, Kantor Pos Yogyakarta, Loop Station, dan beberapa yang lainnya. Dalam penyelenggaraan festival selama 11 hari itu, tidak hanya karya-karya dari para seniman asal Indonesia saja yang akan disajikan dalam bentuk pertunjukan video maupun instalasi, namun lebih dari itu, akan terdapat pula beberapa seniman asal Makau dan Filipina yang siap memberikan kontribusi dan mempersembahkan karyanya.

“Sebelumnya kami telah mengirimkan penjelasan tentang tema yang akan digunakan untuk SUMONAR pada tahun ini. Besok mereka (para seniman) akan memaknai bagaimana mereka melihat kotanya. Para seniman yang berasal dari luar Indonesia akan membawa perspektif mereka tentang kotanya masing-masing, yang direalisasikan ke dalam karya yang akan ditampilkan dalam SUMONAR 2019,” papar Raphael.

Ari Wulu masih menambahkan, bahwa dengan bertumbuhnya Sumonar menjadi Festival Video Mapping Pertama Indonesia tahun 2019 ini, harapannya akan mampu menumbuhkan gagasan kreatif, bagaimana memanfaatkan teknologi yang terdapat dalam video mapping agar bisa memberikan kontribusi besar terhadap diri manusia. Pasalnya, selama ini manusia tidak pernah terjebak oleh teknologi, melainkan manusia adalah makhluk yang paling berhak menentukan jalannya sendiri.

“Kali ini SUMONAR didukung oleh proyektor laser dari Epson yang berkekuatan hingga 25.000 lumens dengan rasio kontras hingga 2.500.000 berbanding. Dan ini bukan kali pertama bagi Epson mendukung pagelaran video mapping yang ada di Jogja. Tahun lalu misalnya, pada saat kami membuat karya seni digital pada bidang gedung Museum Bank Indonesia Jogja, Epson kami percaya untuk mengkolaborasikan antara mahakarya video mapping dengan teknologi terkini dari proyektor laser milik Epson. Dan kami berharap, semoga hal ini akan menjadi proses kolaborasi yang apik antara SUMONAR dan Epson,” tambah Ari.

Festival Video Mapping SUMONAR

Ishari Sahida (Ari WVLV) – Festival Director SUMONAR 2019
Hanes – Artist Video-Mapping Lepaskendali/JVMP
Roby Setiawan – Art Director SUMONAR 2019
Sujud Dartanto – Kurator SUMONAR 2019

ARTIS Video Mapping dan Instalasi SUMONAR 2019:

Anung Srihadi X Ruly Kawit X Dani Argi
APEMOTION Chiefy Pratama (NEXT)
Derek Tumala (Philippines)
Doni Maulistya Eureca Indonesia
Fanikini x Bagustikus x Kukuh Jambronk
Furyco
Isha Hening X Iga Massardi
Ismoyo R Adhi
JVMP X Febrianto Tri Kurniawan
Kevin Rajabuan
Lepaskendali x Bazzier x Sasi
Lepaskendali x Zianka Media
Lintang KRP x SIR
Luwky
LZYVisual
MöDAR
Raymond Nogueira/Rampage (Macau)
RPTV Studio Batu
SWIBOWOJ
Uji “Hahan” Handoko
UVISUAL

Program Acara Festival Video Mapping SUMONAR

1. Tgl 26 Juli 2019, pukul 19.30 – 20.00 WIB:
Opening Ceremoy SUMONAR – Pertunjukan Video Mapping di Gedung Museum Bank Indonesia, sekaligus pembukaan pameran video mapping dan media interaktif di Loop Station dan Kawasan Nol Km.

2. Tgl 26 Juli – 5 Agustus 2019, pukul 10.00 – 21.00 WIB:
SUMONAR Exhibition – Pameran seni video mapping dan media interaktif di Loop Station dan Kawasan Nol KM

3. Tgl 1 Agustus 2019, pukul 19.30 – 22.00 WIB:
Video Mapping Show – Pertunjukan video mapping di Gedung Museum Bank Indonesia dan bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta

4. Tgl 4 Agustus 2019, pukul 15.00 – 17.00 WIB:
Creative Sharing oleh Ican Agoesdjam di Loop Station (gratis dengan mendaftar)

5. Tgl 5 Agustus 2019, pukul 19.30 – 22.00 WIB:
Closing Ceremony SUMONAR – Pertunjukan video mapping di Gedung Museum Bank Indonesia dan bangunan Kantor Pos Besar Yogyakarta oleh featured artist untuk menutup rangkaian SUMONAR – My Place, My Time.

*program dapat berubah sewaktu-waktu

Data-Source: Pressrelease jogjavideomapping.com

4.7/5 - (13 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Haiki Murakabi


Tentang Haiki Murakabi