Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Program Asian Perspectives JAFF 16

Program Asian Perspectives Jogja- NETPAC Asian Film Festival JAFF 16 Sajikan Film yang Mewakili Perkembangan Pemikiran Sineas Asia Masa Kini


Diwartakan oleh Official Adm pada 29 November 2021   (1,912 Readers)

Jogja- NETPAC Asian Film Festival JAFF 16 menghadirkan program yang menjadi tempat bagi keragaman sinema Asia Pasifik, program Asian Perspectives menjadi salah satu program pembuka hari kedua di salah satu helatan-festival film di Jogjakarta ini.

Program Asian Perspectives di JAFF 16 tahun 2021 kali ini merupakan program non-kompetisi yang terdiri dari penayangan 22 film pendek dan 10 film panjang yang masing-masing terbagi menjadi empat slot pemutaran. Film-film yang ditayangkan pada program ini merupakan film-film hasil kurasi yang dirasa mampu mewakili perkembangan pemikiran sineas Asia kini.

Mengutip dari penjelasan Yustinus Kristianto dan Theo Maulana selaku programmer, program Asian Perspectives berusaha menyorot rupa-pola persoalan teraktual, pun permasalahan lama yang hingga kini masih relevan, bahkan bertambah mendesak, untuk dibahas dengan cara pandang yang lebih kritis melalui film-film yang ada di program tersebut.

Program Asian Perspectives JAFF ke-16

Program Pemutaran Film

Terdapat 6 film dari program Asian Perspectives Shorts 2 pada hari ke-2 JAFF 16, yaitu adalah sebagai berikut;

  1. Srikandi (2020)
    Merupakan penceritaan ulang secara modern dari mitos Indonesia. Tentang perjalanan Anjani, seorang wanita yang ingin mewujudkan masa depannya menjadi Srikandi modern
  2. Pages (2021)
    Adalah film tentang dua sejoli yang dalam akhir hubungan mempertanyakan apakah mereka saling mengenal satu sama lain
  3. Sungai (2021)
    Ialah film tentang krisis politik Indonesia pada tahun 1965 yang menimbulkan trauma kepada masyarakat atas apa yang terjadi karena pembantaian brutal, dan sungai menjadi saksi alam yang pilu
  4. Memories of The Sea (2021)
    FIlm yang menceritakan tentang penjaga mercusuar yang didatangi oleh arwah-arwah gentayangan akibat jarang terdengarnya berita kapal-kapal yang karam
  5. Mosahebeh (2020)
    Ialah film tentang Azadeh, seorang anak perempuan yang dipaksa menjadi sosok yang diinginkan ibunya
  6. Bedsores (2021)
    Merupakan film tentang dunia prostitusi dan polemik keluarga dari suku yang terus memikirkan taktik untuk kemajuan hidup mereka

Selain enam film dalam program di atas, ada pula film lain dari program Asian Perspectives yang menjadi pembuka pada hari ke-2 JAFF 16, adalah The Potraits yang dimulai pukul 10.15, lalu diikuti film Menunggu Bunda yang disutradari oleh Richard Oh dari program Indonesian Film Showcase dengan sesi diskusi, disusul Kukira Kau Rumah karya Umay Shahab, AM karya Carissa Perusset, dan Quoi de Neuf karya Juan Bio dari program From Acting to “Action!”. Program ini diinisiasikan sebagai medium penayangan karya sineas yang sebelumnya berkiprah sebagai aktor tetapi kini merambah sebagai sutradara.

Dari beberapa film yang kali ini diputar di hari kedua, terdapat satu film yang menyentuh hati penonton yaitu Just Mom (2021) karya Jeihan Angga yang pada pemutarannya hari ini dilengkapi dengan sesi tanya jawab. Salah satu pemeran dalam film ini, Ayushita, bercerita bahwa pada saat pengambilan gambar di Just Mom, dia mengingat tentang kucingnya untuk mendalami perannya. Film yang bercerita tentang seorang ibu yang kehilangan perhatian dari anak-anak kandungnya ini berhasil membuat beberapa penonton menitikkan air mata. Ada pula Bara (2021) yang menjadikan JAFF 16 sebagai ruang temu perdana untuk para penontonnya (national premiere), menceritakan tentang seorang asli Dayak yang berusaha mendapatkan hak legal atas sisa hutan adat yang ada di sekitar rumahnya.

“Kami harap cerita dari film ini juga bisa terus meningkatkan awareness, karena balik ke kebijakan pemerintah sebenarnya pemerintah sudah commit 4,7 juta hektar, itu akan didedikasikan untuk hutan sosial dan hutan adat. Tapi sampai sekarang udah 5 tahun lebih yang terealisasikan baru 5 persen gitu”, ucap Gita Fara selaku produser dari film Bara dalam sesi diskusi di akhir film.

Hadir pula film karya sutradara Edwin, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2021) yang ramai diperbincangkan oleh publik akhir-akhir ini. Mengambil setting tahun 80/90 an, film ini menceritakan kisah Ajo Kawir, seorang laki-laki yang suka bertengkar namun memiliki sebuah rahasia besar bahwa ia impoten, yang jatuh cinta dengan seorang petarung wanita, Iteung. Film ini masuk ke dalam program Main Competition yang juga turut hadir di antrean film dengan penjualan tiket paling cepat habis.

Program Asian Perspectives JAFF Tahun 2021

Program Public Lecture

Kecuali pemutaran film, hari ini dilangsungkan pula program Public Lecture yang disiarkan secara daring di KlikFilm, membahas tentang tema JAFF tahun ini: Tenacity. Program tersebut diampu oleh produser Yulia Evina Bhara dan sutradara Wregas Bhanuteja serta dipandu oleh Budi Irawanto, Presiden JAFF 16. Program ini membahas mengenai bagaimana pengaruh pandemi terhadap produktivitas para pembuat. Satu-satunya cara yang harus ditempuh adalah tetap bergerak dengan penyesuaian-penyesuaian protokol kesehatan. “Yang paling sulit sebenarnya saat masa pra-produksi karena kami harus menyesuaikan. Nggak kayak biasanya yang bisa langsung berangkat”, tutur Yulia Evina Bhara.

“Nah, biasanya menjelang jam tujuh malam mood saya sudah mulai sedih, saya pikir kenapa sih apa aku kurang kopi atau apa gitu ternyata emang kurang oksigen karena ketutup masker”, ucap Wregas menambahkan. Diskusi tersebut berlangsung selama kurang lebih dua jam dengan peserta yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia.

Rangkaian pemutaran lalu dilanjut dengan film-film pilihan yang sudah terkurasi karya mahasiswa JFA (Jogja Film Academy), sebuah perguruan yang fokus pada bidang pembuatan film. Tidak hanya itu, apreasiasi tinggi diberikan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang terlahir di program Layar Indonesiana yang akan menayangkan film-film yang terpilih dalam Kompetisi Produksi Film Tahun 2021 untuk meningkatkan kreatifitas dan semangat berkarya sineas di era Pandemi Covid-19. Setidaknya terdapat 10 film pilihan yang terpilih dalam program tersebut. JAFF 16 masih akan berlangsung sampai tanggal 4 Desember 2021. Semua rangkaian Jogja-NETPAC.

Program Asian Perspectives JAFF 2021

Untuk informasi lebih lengkap mengenai JAFF 16, sila dapat mengaksesnya di sosial media resmi JAFF di website www.jaff-filmfest.org dan atau IG @jaffjogja. []

4.8/5 - (5 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Official Adm


Tentang Official Adm

BACA JUGA:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *