Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.8/5 - (6 votes)
HIGHLIGHT
   
Sumonar 2020 Dipresentasikan Online 01

Dipresentasikan Secara Online, Pembukaan Sumonar 2020 Bakal Hadirkan Gubernur DIY Sri Sultan HB X


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 1 Agustus 2020   (3,074 Readers)

Tanggal 18 Juni 2020 silam, sekira pukul 16:00 WIB telah dilaksanakan konferensi pers terkait dengan agenda penyelenggaraan festival video mapping di Jogjakarta yang bernama SUMONAR. Lebih dari satu bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 29 Juli 2020, sekira pukul 13:00, kembali digelar acara serupa, yaitu konferensi pers berkaitan dengan penyelenggaraan festival video mapping ‘Sumonar Fest” yang agenda festival tersebut dijadwalkan berlangsung pada tanggal  5 hingga 13 Agustus 2020.

Tak jauh berbeda degan jumpa pers SUMONAR 2020 yang pertama pada bulan Juni silam, acara konferensi pers (Press Zoomference) kali ke dua ini juga dipandu oleh MC Alit Jabangbayi dan juga menghadirkan beberapa narasumber, yang masing-masing adalah Sujud Dartanto selaku kurator Sumonar 2020, Robi Setiawan sebagai Artistic Director & co-curator Sumonar 2020, Setyo Harwanto yang merupakan General Affairs of SUMONAR 2020, dan juga Ishari Sahida alias Ari Wulu yang menjadi Program Director of Sumonar 2020 kali ini.

Seperti yang telah beberapa kali dipaparkan sebelumnya, bahwa kelahiran Sumonar sejatinya tak jauh berbeda dengan embrio dari ARTJOG, yaitu sama-sama diawali dari sebuah program pada penyelenggaraan FKY (Festival Kesenian Yogyakarta). Bahwa SUMONAR memang merupakan festival video mapping pertama di Indonesia sekaligus sebagai pengganti dari Jogja Video Mapping Festival (JVMF) yang terakhir dihelat tahun 2018, di mana  sejak tahun 2013 ia hadir dengan nama Jogja Video Mapping Project (JVMP) yang menjadi bagian dari Festival Kesenian Yogyakarta. Karena itu, sejak tahun 2019 silam, Sumonar berdiri sendiri sebagai sebuah festival.

Pada penyelenggaraan Sumonar Festival tahun 2020 kali ini diusung sebuah tema “Mantra Lumina” yang merupakan gabungan dari dua kata, yakni Mantra yang dapat dimaknai sebagai doa atau harapan, sementara Lumina adalah istilah lain dari cahaya. Meski helatannya masih serupa, namun presentasinya menggunakan format yang sangat jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yaitu penyajian yang dilakukan secara virtual daring alias online.

Sehubungan dengan tema ‘Mantra Lumina’ yang diusung dalam Sumonar Fest 2020 kali ini, Sujud Dartanto sebagai kurator menuturkan bahwa di tengah merebaknya wabah Covid-19 yang membuat ketakutan dan kecemasan di seluruh dunia, tema “Mantra Lumina” hadir harapannya dapat memberikan yang terbaik melalui cahaya. Bisa dikatakan ini memang sebuah kebetulan, namun kitapun dapat mengamini letuah-petuah tetua bahwa “tak ada yang kebetulan di muka bumi ini”, lantaran sejatinya tema yang berkaitan dengan cahaya ini sendiri (masih sesuai penuturan Sujud) tercetus jauh sebelum pandemi corona merebak dan menjadi suatu hal yang sangat menakutkan bagi banyak masyarakat di seantero bumi.

Masih menurut pemaparan Sujud, guna tetap mematuhi protokol kesehatan demi memutus mata-rantai menyebarnya virus covid19, maka gelaran Sumonar 2020 kali ini dilaksanakan secara virtual dengan menyajikan beragam program yang tak kalah menariknya dengan penyelenggaraan secara offline di tahun sebelumnya.

“Segala hal yang tersaji dalam festival ini sudah dipersiapkan secara matang. Mulai dari platform yang akan digunakan, karya-karya dari para seniman, beragam materi dari program yang disajikan di dalamnya, dan masih banyak lagi,” Sujud memaparkan.

Karya-karya cahaya yang telah diciptakan oleh para seniman yang berasal dari beberapa daerah di Indonesia maupun dari negara lain tersebut nantinya akan disajikan dalam program Interactive Light Art Installation dan Architectural Projection Mapping. Dan karya-karya mereka nantinya bisa diakses melalui laman resmi Sumonar 2020 di www.sumonarfest.com.

Di sisi lain, Ari Wulu menjelaskan bahwa helatan Sumonar 2020 telah siap diselenggarakan, di mana pada pembukaannya, juga diagendakan bakal dibuka langsung oleh Ngarsa Dalem Sri Sultan HB X.

“Jadi Sumonar 2020 yang mengangkat tema Mantra Lumina ini akan dibuka secara resmi oleh Sri Sultan Hamengku Buwana X pada Rabu  5 Agustus pukul 19.30 WIB. Dilanjutkan dengan performing Komunitas Gayam 16 secara live. Semuanya bisa diakses pada laman www.sumonarfest.com,” Ari Wulu menjelaskan.

Ari Wulu menyambung penjelasannya, bahwa kecuali diikuti oleh banyak nama seniman yang berasal dari Indonesia, pada tahun  2020 kali ini seniman dari negara lain juga tetap dilibatkan, bahkan jumlahnya bisa dibilan lebih banyak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari manca negara, setidaknya terdapat sederet nama seniman dari 9 negara, di antaranya berasal dari Bulgaria, Cina, Polandia, Spanyol, Thailand, Macau, Jerman, Chile, dan Jepang.

Secara virtual, melalui situs www.sumonarfest.com, Sumonar 2020 menghadirkan berbagai program yang di dalamnya juga dilengkapi dengan beberapa tombol menuju beberapa ruang, salah satunya adalah lounge, di mana tersedia pula Booth Bazaar serta penjualan official merchandise Sumonar 2020. Selain itu, Sumonar 2020 juga menghadirkan Mantra Stage serta Lumina Stage.

Sebagai sedikit gambaran, Mantra Stage menjadi semacam ruang eksplorasi dan eksperimen atas berbagai pertemuan bentuk pertunjukan dalam medium digital yang disajikan secara terjadwal dan berbayar, sedangkan Lumina stage adalah daftar putar atau playlist dokumentasi pertunjukan, di mana ia bisa difungsikan sebagai salah satu alternative pengunjung dalam menikmati berbagai sajian yang dapat disaksikan secara gratis dan dapat dinikmati sewaktu-waktu selama diselenggarakannya Sumonar 2020.

Setyo Harwanto menanggapi perihal format online yang mau tak mau harus disajikan dalam presentasi SUMONAR 2020 kali ini, bahwa pada awal tahun 2020 silam, sejatinya ia secara pribadi sempat deg-degan sekaligus bingung. Karena hal-hal yang justru telah dipersiapkan secara matang pada waktu sebelumnya justru harus berubah 180 derajat. Hanya saja ia juga bisa menjadi sedikit tenang ketika teringat, bahwa beberapa kawan sejatinya juga telah melakukan dolanan alias mainan pada dunia online ini.

Meski begitu, merunut dari sejak awal proses, pergantian format presentasi dari platform offline menuju platform online untuk Sumonar 2020 kali ini, sejatinya ada banyak persoalan yang kudu diselesaikan. Ambil saja contoh ketika harus memetakan sebuah karya, bagaimana proses karya itu akan disajikan, dengan media apa bakal dipresentasikan. Ketika harus menggunakan situs website, seberapa banyak penonton yang dapat dihadirkan, dan masih banyak lagi pertanyaan lain. Hal semacam itu kaitannya sangat beragam, di antaranya adalah mengenai estimasi jumlah pengunjung situs yang diasumsikan sebagai penonton SUMONAR 2020. Bahwa sangat bisa dipahami ketika estimasi itu dibutuhkan, apalagi ketika harus menggaet dukungan dari para pihak sponsor. Pembahasan banyak hal inipun dalam prakteknya juga sempat menimbulkan sikap uring-uringan, hanya karena acap terjadi mis-komunikasi akibat rapat harus dilakukan secara online dan di rumah saja, yang artinya tak ada kesempatan jumpa muka sebagai akibat dari virus corona.

Proses demi proses itu pada akhirnya mampu menemukan titik puncak kesepakatan dalam karya SUMONAR 2020 secara online yang dipresentasikan melalui laman situs www.sumonarfest.com, di mana sebagai beranda ataupun home situs adalah area Titik 0 Kilometer Jogjakarta yang disajikan 360 derajat.

Sumonar 2020 Dipresentasikan Online

Narasumber Seniman Seni Cahaya dan Video Mapping

Selepas 4 narasumber dihadirkan, maka untuk Press Zoomference selanjutnya didatangkan pula sejumlah 5 personil yang kesemuanya adalah seniman seni cahaya sekaligus video mapping. Ada Fani Putra (Fanikini), Hanes Lepaskendali, dan Gilang Kusuma W, ketiganya ada di bawah bendera JVMP a.k.a Jogja Video Mapping Project. Selain itu ada dua nara sumber lain, ialah Sukma dan  satu kawannya dari Krack Studio sebagai seniman undangan yang masih berasal dari Jogja, serta Erwin Pradipta sebagai seniman undangan yang masih berasal dari Bandung.

Pertanyaan yang pertama kali muncul adalah, kenapa harus tetap dilakukan presentasi seni cahaya di masa yang masih belum menentu akibat pageblug corona ini, dan format presentasinya pun harus dipaksakan secara online?

Fanikini spontan menjawab bahwa, dalam keadaan apapun, seniman tak bisa berhenti dan atau dihentikan dalam berkarya, termasuk di tengah tak menentunya situasi akibat dampak covid19 ini. Karena itu, dalam keberlangsungan karyanya, seniman tetap dituntut untuk selalu bisa keluar dari keterkungkungan keadaan. Ini berarti, seniman dituntut untuk selalu bisa mengatasi keadaan dan juga dituntut untuk selalu tak lantas berhenti berkarya apalagi harus menyerah pada keadaan.

Sementara presentasi online, yang medianya ada di ranah digital ini dipilih sebagai wahana alasannya karena justru dalam kondisi seperti sekarang yang sempat diwajibkan untuk tetap tinggal di rumah saja itu, toh tak bisa dimungkiri banyak orang malah semakin getol dalam mengakses media digital, termasuk dalam usaha memperoleh sekaligus menikmati hiburan serta karya seni.

Hanes dari JVMP mengungkapkan bahwa Sumonarfest 2020 yang produksinya ditangani juga oleh SHAAP ini tetap terselenggara tak lepas dari kuatnya antusisme yang justru juga datang dari beberapa seniman asal manca negara. Dapat dikatakan sebanyak 37 seniman yang bakal mengirimkan karyanya di main event SUMONAR 2020 kali ini, jumlah itu masih ditambah lagi dengan seniman lain sebagai peserta yang juga turut berpartisipasi di program Monument of Hope. Ialah video mapping yang obyek/subyeknya ditujukan pada Panggung Krapyak (Kandang Menjangan Krapyak).

Meski ada yang agak canggung, namun tak sedikit para seniman dari manca yang bahkan sempat kagum dan terheran dengan niat diselenggarakannya festival seni cahaya kali ini. Canggung karena presentasi ini bisa dikatakan belum pernah dilakukan sama sekali, kagum dan heran dengan kemampuan para personil yang menggarap dan mengawakki, di mana karya seni harus dipresentasikan dengan juga menghadirkan beberapa sosok yang piawai terhadap dunia teknologi digital.

Bercerita tentang genre Gilang menjelaskan bahwa dalam video mapping dikenal dua genre, sementara untuk style ada banyak. Dua genre di video mapping ini adalah genre modern serta genre klasik. Pada video mapping genre modern, visual yang ditampilkan lebih abstrak, lebih mengikuti tempo sebuah musik. Sementara untuk video mapping genre klasik, ia lebih cenderung detil dalam merespon bangunan sekaligus lebih ilustratif.

Demikian mengenai Press Zoomference jelang digelarnya festival seni instalasi cahaya dan video mapping tahun 2020 ini. Dari ragam pemaparan di atas ada yang patut digaris-bawahi, yaitu satu penuturan dari Ari Wulu saat membuka dan menjelaskan sebuah globe ataupun bola dunia, yang digelar ke dalam wujud map ataupun peta dunia. Bahwa bisa jadi selama ini kita masih sangat enggan melihat peta, termasuk peta dunia itu, pasalnya yang selalu terngiang di benak mungkin saja adalah warna cluster persebaran virus corona; ada hijau, merah, bahkan hitam. Namun, dengan mengunjungi laman www.sumonarfest.com, dan kemudian Anda menemukan peta, maka harapannya, ada secercah cahaya terang yang mampu memberikan makna dan doa, sebagaimana “Mantra Lumina” pada tema festival instalasi cahaya tahun 2020 kali ini.

Masih mengutip kalimat yang disampaikan Sir Ari Wulu, dengan “Mantra Lumina” kitapun bisa memaknai juga ikhwal kata SUMONAR, yang sangat bisa diejawantahkan ke dalam beberapa hal. Kata “sumon” pada festival Sumonar yang disajikan secara online di tahun 2020 kali ini, bisa jadi sangat akrab dengan para pegiat dan pecinta game online, di mana kita butuh suplemen alias tambahan energi berujud SUMON itu apabila hendak melanjutkan permainan dan menuju kemenangan. Pun ketika teringat sebuat tembang jawa yang memuat kalimat “Tronthong-tronthong Srengengene Sumonar Saka Wetan”, maka terdapat pesan di sana, bahwa cahaya itu lambat laun juga pasti akan datang ‘tronthong-tronthong’ menyinari kehidupan kita ini, sehingga sangat mungkin kehidupan akan kembali membaik, pageblug pun sirna dari hadapan kita.

Jadi, tak usah sungkan dan jangan ragu untuk mengayunkan langkah menuju secercah harapan baru itu. Karena mulai tanggal 5 hingga 13 Agustus 20 kita bisa menikmati festival seni cahaya secara online, yaitu hanya dengan syarat melakukan registrasi di laman situs www.sumonarfest.com, baik mengisi nama, email, usia, dan juga lokasi tempat tinggal. [uth]

FESTIVAL VIDEO MAPPING SUMONAR 2020
Waktu 5 – 13 Agustus 2020
Venue www.sumonarfest.com
Penyelenggara  SAAP Production x JVMP

 

4.8/5 - (6 votes)

4.8/5 - (6 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha