Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.9/5 - (8 votes)
HIGHLIGHT
   
ARTJOG Arts in Common

Krisis Pandemi COVID19 Mendorong Penjadwalan Ulang ARTJOG MMXX | time (to) wonder 2020 Menuju Tahun 2021


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 22 April 2020   (3,597 Readers)

Menyusul diberlakukannya masa tanggap darurat nasional oleh pihak pemerintah akibat terjadinya pegeblug Covid-19 di Indonesia, maka dengan berat hati festival seni rupa kontemporer ARTJOG tahun 2020 memutuskan untuk menunda dan menjadwalkan ulang program-programnya. Penjadwalan ulang ARTJOG MMXX yang sedianya dilaksanakan pada 23 Juli dan berakhir tanggal 30 Agustus ini tak lain juga disebabkan oleh berbagai konsekuensi dari peristiwa merebaknya wabah Corona tersebut.

Di antara akibat dari wabah COVID-19 yang menjadi alasan dilakukannya penjadwalan ulang ARTJOG MMXX | time (to) wonder itu antara lain adalah terdapatnya krisis layanan kesehatan nasional yang belum juga membaik, sekaligus keadaan yang masih belum menentu, hingga sulit diprediksikannya waktu; akan berakhir hingga kapan dan berapa bulan ke depan pageblug ini menghinggapi kita?

Pada akhirnya HPM yang merupakan singkatan dari ‘Heri Pemad Manajemen’ selaku pihak penyelenggara ARTJOG, diagendakan bakal menggeser waktu penyelenggaraan ARTJOG edisi tahun 2020 (MMXX) yang bertajuk time (to) wonder ini menuju ke tahun 2021, di mana seiring penggeseran helatan tersebut sekaligus juga dicanangkan ‘edisi tanggap darurat‘ dengan tujuan guna merespon situasi yang melanda Indonesia dewasa ini.

Exhibition-View-ARTJOG-MMXIX_Bubu-Waktu-by-Sunaryo-(2019)_Krisis-Pandemi-COVID19-Mendorong-Penjadwalan-Ulang-ARTJOG-MMXX

Waktunya Bertanya (dan Berpikir): Time to Wonder

“Ini sebuah keputusan yang harus kami ambil dengan berat hati di masa yang sulit,” demikian dikatakan CEO HPM, Heri Pemad.

Heri Pemad yang juga merupakan Direktur Eksekutif ARTJOG tersebut juga memaparkan bahwa semua orang mengakui ikhwal ARTJOG yang sudah belasan tahun menjadi kegiatan seni rupa dan setiap tahunnya selalu ditunggu-tunggu oleh khalayak seni rupa nasional maupun internasional. Karena itu, sejatinya sedari tanggal 23 Agustus 2019 silam, yaitu seiring dengan hari penutupan ARTJOG edisi tahun 2019, segenap tim HPM dan para kurator juga telah mencurahkan tenaga dan pikiran guna mempersiapkan penyelenggaraan festival tahun 2020 ini. Akan tetapi situasi berkehendak lain, bahwa di berbagai sektor, baik menyangkut sisi sosial, sisi ekonomi, sisi politik, juga sisi budaya, semuanya telah memaksa kita untuk menunda rencana. Seiring dengan penjadwalan ulang ARTJOG MMXX | time (to) wonder ini, Heri Pemad pun tak segan untuk menyampaikan permintaan maafnya kepada semua kalangan.

“Untuk itu kami meminta maaf kepada segenap khalayak pendukung ARTJOG, juga kepada para seniman yang telah kami undang untuk berpartisipasi pada festival tahun ini,” Heri Pemad mengimbuhkan.

Tanggal 28 Februari 2020 silam, tepatnya dalam acara sosialisasi ARTJOG tahun 2020 ini, bertempat di area Jogja National Museum, pihak ARTJOG sejatinya juga telah meluncurkan tema edisi festival tahun ini, yaitu “time (to) wonder”. Pada kesempatan tersebut, Agung Hujatnika Jennong yang menjadi salah satu kurator ARTJOG menjelaskan kembali ikhwal gagasannya tentang ARTJOG Arts in Common sebagai sebuah rangkaian festival yang, “…masing-masing berfokus pada ihwal ‘ruang’, ‘waktu’ dan ‘kesadaran’ untuk tiga edisi penyelenggaraan setiap tahunnya (2019 hingga 2021). Tiga edisi festival tersebut pada dasarnya dinaungi satu tema besar, yaitu ‘Arts in Common’, dan mengusung sub-tema tahunan yang saling melengkapi satu sama lain.”

Pada penyelenggaraannya tahun 2019 silam, ARTJOG MMXIX common | space berhasil mempersembahkan sebuah pameran dan program-program publik yang menyedot perhatian khalayak. Edisi tahun 2020 itu pada akhirnya juga sukses mencatatkan rekor kunjungan tertinggi sepanjang sejarah ARTJOG, yaitu bahwa dalam waktu 30 hari, terdapat sebanyak 101.500 pengunjung yang mengunjungi ARTJOG tahun 2019, baik itu yang berasal dari Indonesia maupun dari mancanegara.

“Sebagian besar karya dalam pameran common | space mempersoalkan krisis ekologi yang disebabkan oleh dominasi manusia atas habitat alam dan makhluk hidup lainnya. Sementara dengan time (to) wonder kami ingin mengajak para seniman dan khalayak untuk memaknai ‘waktu’ sebagai pokok-soal filosofis yang ada dalam sepanjang sejarah kebudayaan manusia. Tema ini saya harapkan bisa memancing perenungan mendalam tentang bagaimana selama ini manusia memaknai masa lalu, hari ini dan masa depan,” papar Agung ‘jennong’ Hujatnika.

Sejak awal, ARTJOG Arts in Common memang digagas sebagai perhelatan yang merespon persoalan-persoalan yang kontekstual dengan jamannya. Namun seiring dengan peristiwa pageblug kali ini, tim kurator ARTJOG merasa bahwa situasi krisis yang tengah dihadapi segenap warga dunia hari-hari ini justru bisa dijadikan sebagai momentum besar bagi segenap praktisi kesenian, untuk sejenak mengambil jeda dan kemudian berpikir secara lebih jernih, kritis dan reflektif, utamanya perihal pola-pola rutin yang selama ini telah berjalan. Hal semacam ini diungkapkan pula oleh salah satu pendiri ARTJOG yang sekaligus sebagai sosok kurator cukup punya nama, salah satunya juga berlaku sebagai kurator pengaplikasian benda seni di area YIA (Yogyakarta Internatinal Airport), ialah Bambang ‘Toko’ Witjaksono.

“Memang, penjadwalan ulang pada awalnya disebabkan oleh hambatan-hambatan teknis. Tapi kami juga berpikir lebih jauh, bagaimana krisis ini justru dapat mendorong kita untuk bertindak secara lebih kreatif, untuk menggagas hal-hal baru di luar kebiasaan,” ujar Bambang ‘Toko’ Witjaksono

Sementara Ignatia Nilu yang juga menjadi salah satu tim kurator ARTJOG ini juga menuturkan bahwa meski penundaan dan penggeseran waktu ini menjadi keputusan yang didorong oleh force majeur alias keadaan memaksa, namun penundaan ini malah secara tidak sengaja ‘menegaskan’ misi kuratorial yang dimaksud dalam tema time (to) wonder tahun 2020 ini. Artinya, bisa jadi krisis ini sebagai cara alam dalam memberikan ‘waktu’ bagi kita untuk bertanya, merenung, dan berpikir ulang.

“Mungkin krisis ini justru memberikan ‘waktu’ kepada kita semua untuk bertanya-tanya, berpikir dan merenung kembali. Misalnya tentang: apa yang bisa kita sumbangkan kepada dunia dalam situasi hari-hari ini?,” Ignatia Nilu mengungkapkan.

Walaupun terjadi penggeseran waktu dan penjadwalan ulang, akan tetapi tak ada perubahan terkait formasi dari ARTJOG MMXX | time (to) wonder. Ditya Sariastuti selaku Wakil CEO HPM menuturkan bahwa hampir semua seniman yang diundang sejak awal tahun 2020 ini telah memberikan konfirmasi untuk turut berpartisipasi. Terkait dengan penggeseran dan perubahan waktu inipun pada beberapa waktu silam juga telah dilakukan pengiriman surat kembali kepada mereka, yaitu tentang pemberitahuan penjadwalan ulang ini.

“Kami juga menegaskan bahwa mereka masih akan tetap terlibat dalam pameran tahun depan, kecuali jika memang ada yang tiba-tiba mengundurkan diri karena alasan tertentu. ARTJOG tahun depan juga masih akan berlangsung di Jogja National Museum,” Ditya Sariastuti memaparkan.

Pada helatannya di tahun 2021 mendatang, ARTJOG juga masih akan berusaha mempertahankan beberapa program andalan. Misalnya seperti Special Presentation, Young Artists Awards, Daily Performance, LeksiKon, Meet the Artists, dan beberapa yang lainnya. Kecuali hal tersebut, pihak penyelenggara juga masih selalu mengupayakan beberapa program baru yang diharapkan dapat menjadi kejutan kepada khalayak.

ARTJOG Edisi Tanggap Darurat

Pageblug global Covid-19 yang mengakibatkan terjadinya krisis pelayanan kesehatan nasional pada akhirnya menjadi pendorong bagi pemerintah Indonesia dalam mengambil sejumlah kebijakan guna membatasi ruang gerak para pekerja, termasuk para pekerja kreatif, yang di dalamnya terdapat pula para perupa dan penyelenggara pameran.

Krisis akibat pandemi Corona ini jelas memukul telak berbagai sisi kehidupan, tak terkecuali sisi ekonomi seni rupa yang selama ini bertumpu pada penyelenggaraan pameran sebagai jalur distribusi produk-produknya. Namun, meski terhitung sebagai salah satu pihak terimbas secara signifikan oleh krisis, ARTJOG secara sadar sangat mendukung sepenuhnya kebijakan yang diambil oleh pemerintah guna memberlakukan berbagai aturan pun larangannya yang diberlakukan selama masa tanggap darurat nasional ini.

Hanya saja di sisi lain, ARTJOG juga masih sangat meyakini, bahwa para perupa adalah kelompok sosial yang tidak pernah mengenal kata menyerah di tengah berbagai situasi dan suasana, termasuk dalam menghadapi krisis sekalipun. Hal itu telah dibuktikan dengan sejarah, bahwa bagaimanapun karya-karya seni besar justru dapat lahir di tengah berbagai situasi krisis kemanusiaan yang pelik.

Dengan latar-belakang semacam itu, maka manajemen HPM dan tim kurator ARTJOG juga tak lantas angkat tangan dan menyerah begitu saja. Mereka masih bersemangat melakukan penggodokan ide serta gagasan baru guna menghelat sebuah kegiatan khusus yang agendanya tetap akan dilangsungkan pada tahun 2020 ini. Kegiatan ini tak lain memiliki tujuan guna menggambarkan bagaimana kreativitas para seniman tidak serta-merta mati dihantam krisis. Selanjutnya mengenai rincian program ARTJOG edisi khusus ini juga bakal segera diluncurkan ketika keputusan juga telah digaungkan, diupayakan tak akan lama menjelang.

Sebagai penghujung kalimat, krisis ini tidak akan selamanya melahirkan pesimisme dan suasana muram durja belaka, karena selalu ada secercah cahaya di tengah kegelapan. Untuk itu, ARTJOG ingin menyeru kepada semua: Mari terus bekerja dan berdoa, untuk Indonesia dan Dunia yang lebih baik! [uth]

Catatan Artwork Caption:
Bubu Waktu by Sunaryo (2019) -site specific installation with bamboo, natural fibers, recycled papers, video projection and sound variable dimensions

4.9/5 - (8 votes)

4.9/5 - (8 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha