Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.8/5 - (11 votes)
HIGHLIGHT
   
ARTJOG: RESILIENCE - Menakar Kembali Kegigihan dan Kebersamaan

ARTJOG RESILIENCE Menjadi Helatan Guna Menakar Kembali Kegigihan dan Kebersamaan


Diwartakan oleh Haiki Murakabi pada 12 Juli 2020   (2,688 Readers)

Seiring masa pandemi ini, ketika muncul pertanyaan apa yang bisa dilakukan oleh sebuah festival seni? Kemudian dilanjutkan dengan ragam pertanyaan lainnya; Bagaimana sebuah festival seni harus dijalankan ketika kegiatan berkerumun justru dianggap membahayakan kesehatan dan keselamatan jiwa manusia? Benarkah seni kehilangan fungsinya di masa pandemi? Benarkah seniman menjadi profesi yang paling tak dibutuhkan oleh masyarakat di tengah krisis hari ini? Sejauh mana ekosistem seni rupa Indonesia mampu bertahan di tengah badai yang tengah menerpa? Maka besar kemungkinan pertanyaan-pertanyaan tersebut tidaklah mudah untuk dijawab. Akan tetapi, tetap diam dalam atmosfer keterpurukan juga bukan sebuah jalan penyelesaian.

ARTJOG RESILIENCE sebagai sebuah pameran seni rupa bisa dikatakan hadir sebagai pengganti agenda awal penyelenggaraan ARTJOG yang dijadwalkan bakal berlangsung bulan Juli-Agustus 2020, yaitu yang bakal mengusung tema time (to) wonder dan kemudian sempat mengalami kebuntuan, di mana hal itu juga tak bisa lepas dari ragam pertanyaan seperti terpaparkan di paragraf atas.

Seturut dengan berjalannya waktu, dan seiring pula dengan mulai diberlakukannya tata kebiasaan baru yang sekaligus juga terinspirasi oleh semangat para seniman untuk terus berkarya di tengah keterbatasan, festival seni rupa kontemporer tahunan dengan nama ARTJOG, pada tahun 2020 kali ini pada akhirnya juga memberanikan diri untuk bergerak dengan penyelenggaraan sebuah edisi khusus bertajuk ARTJOG: RESILIENCE, di mana penyelenggaraannya juga masih mengambil tempat sama, yaitu berlokasi di Jogja National Museum (JNM) -Yogyakarta, tepatnya pada tanggal 8 Agustus hingga 10 Oktober 2020.

Ketika harus berkilas-balik alias melaju dan menatap kembali ke belakang, dapat sama-sama kita ketahui bahwa merebaknya COVID-19 sebagai pandemi global telah berdampak pada krisis layanan kesehatan dan krisis multidimensi di berbagai penjuru dunia, tak terkecuali Indonesia. Terhitung sejak awal 2020, eskalasi kekhawatiran dan kepanikan sosial pun tak terhindarkan. Ekosistem kesenian, termasuk di dalamnya adalah seni rupa, menjadi salah satu sektor yang terpukul secara hebat oleh pandemi ini. Ratusan rencana pameran, art fair, festival, program residensi seniman dan berbagai kegiatan publik yang menyertainya, pada tahun ini serentak mengalami penundaan, bahkan juga pembatalan.

Ya, pada awal bulan Februari 2020, ARTJOG sebetulnya telah meluncurkan penyelenggaraan dengan tema time (to) wonder yang sedianya berlangsung Juli-Agustus 2020. Namun kenyataan berkata lain, karena sehubungan dengan merebaknya wabah yang terus menelan banyak korban dan situasi sosial yang berangsur-angsur tidak kondusif, pihak HPM (Heri Pemad Manajemen), selaku inisiator dan penyelenggara ARTJOG, memutuskan untuk menunda penyelenggaraan edisi tersebut. Melalui siaran pers yang bertanggal 23 April 2020, HPM mengumumkan bahwa penyelenggaraan edisi time (to) wonder akan dijadwalkan ulang dan atau dialihkan ke tahun 2021.

Terlepas dari penjadwalan ulang tersebut, kenyataannya tetap terdapat hal menarik; bahwa selama masa pembatasan sosial, ternyata aktivitas kesenian tak lantas sepenuhnya mandeg. Lain dari itu, para seniman justru tetap berkarya, memanfaatkan masa pembatasan sosial untuk kembali berfokus dengan kerja studio mereka. Pemanfaatan teknologi digital dioptimalkan, pemikiran dan karya-karya terus lahir. Disadari atau tidak, hal ini juga menjadi pertanda untuk bisa semakin menegaskan karakter para pekerja seni Indonesia yang lentur, gigih dan kreatif. Bahkan, bagi para seniman, situasi krisis ini justru menguji mereka untuk bisa menyumbangkan sesuatu yang lebih berarti bagi dunia.

Resilience

ARTJOG RESILIENCE Menjadi Helatan Guna Menakar Kembali Kegigihan dan KebersamaanKrisis memang belum usai, tapi kita mesti terus bergerak. Masyarakat dan para pekerja seni di Indonesia dituntut untuk beradaptasi dengan kebiasaan hidup baru. Untuk itu pula, HPM akhirnya memutuskan untuk menggelar sebuah edisi khusus ARTJOG pada bulan Agustus mendatang.

“Kami memberanikan diri untuk menyelenggarakan lagi bukan karena latah untuk mengikuti tata kebiasaan baru. Festival tahun ini tidak hanya didasari oleh keinginan untuk bangkit, tapi lebih pada upaya untuk menguji kembali ketahanan kita, melihat lagi apa-apa yang sudah kami capai sebagai sebuah festival yang telah 12 tahun berjalan. Kami juga ingin melihat apa yang bisa kami perbuat di tengah situasi yang masih tidak menentu ini. Kami harus bisa beradaptasi dengan berbagai keadaan, bahkan di masa yang sulit sekalipun,” kata Heri Pemad.

Selain Heri Pemad selaku Direktur ARTJOG, Agung Hujatnikajennong yang merupakan salah satu kurator ARTJOG juga menuturkan bahwa ARTJOG: RESILIENCE adalah sebuah kegiatan yang tidak melulu menawarkan refleksi artistik para seniman atas kondisi mutakhir seni di Indonesia pada masa pandemi COVID-19. Lebih jauh dari itu, kegiatan ini juga ingin memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh ekosistem seni rupa di Indonesia.

“Inspirasi utama untuk tema resiliensi atau ‘ketahanan’ ini adalah berbagai kerja artistik maupun sosial yang dilakukan oleh para seniman di Indonesia selama masa pandemi. Di tengah situasi krisis, banyak seniman bergerak ulang-alik, antara bekerja di rumah atau studio masing-masing, namun dengan tetap terlibat secara sosial dengan masyarakat luas. Selain membantu sesama seniman, dengan menyelenggarakan penggalangan dana atau pameran amal, mereka juga aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial kemsayarakatan. Aktivitas mereka menunjukkan cara pandang yang tidak memisahkan secara tegas antara praktik kesenian dengan kehidupan sehari-hari. Ini hanyalah bukti kecil bagaimana praktik artistik yang berkembang dalam ekosistem seni rupa kita pada dasarnya tumbuh dari kultur komunal yang mengakar dalam kehidupan masyarakat Indonesia,” demikian Agung menuturkan.

Selama ini ARTJOG sudah dikenal sebagai sebuah festival yang mampu mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dunia seni lokal dan internasional dalam sebuah perhelatan yang meriah dan membumi. ARTJOG mencerminkan bagaimana ekosistem seni rupa Indonesia memiliki keunikan dan kekuatan tersendiri.

Di lain sisi satu kurator lain; Bambang Toko juga memaparkan bahwa ARTJOG menjadi kegiatan yang lahir, tumbuh dan berkembang secara organik. Ia lahir dari inisiatif dan upaya para seniman sendiri. Oleh karena itu, pameran tahun ini utamanya ingin menunjukkan pula solidaritas dan kebersamaan yang tinggi di antara para seniman, terutama pada masa krisis.

Jika sebelumnya ARTJOG selalu menampikan karya-karya seniman internasional, edisi tahun ini lebih berfokus pada seniman Indonesia. Satu lagi Kurator ARTJOG; Ignatia Nilu menjelaskan bahwa hambatan teknis akibat mewabahnya pandemi menyebabkan pengiriman karya dan transportasi seniman-seniman internasional ke Yogyakarta menjadi lebih sulit.

“Selain itu kami juga ingin pameran kali ini berfokus pada seni rupa Indonesia. Sebagian besar karya yang tampil tahun ini dibuat oleh para seniman pada masa pembatasan sosial, dan secara tidak langsung merupakan refleksi kritis mereka terhadap situasi krisis pandemi di Indonesia,” jelas Ignatia Nilu.

Solidaritas dan Kontribusi Ekosistem Seni Rupa

Masih terkait dengan dampak Corona, maka dilakukanlah penyederhanaan dan penyesuaian dalam penyusunan program-program ARTJOG pada tahun ini. Untuk sementara, program penghargaan untuk seniman muda (Young Artist Award) dan ARTJOG Daily Performance terpaksa tidak dilaksanakan. Pameran seni rupa masih tetap menjadi menu utama dari festival yang digelar setiap tahun di JNM sejak 2016 ini.

Gading Paksi, pria muda penuh talenta yang berlaku sebagai Manajer Program ARTJOG menjelaskan bahwa proses pemajangan karya seni akan menghadapi tantangan baru dan berbeda. Selain memajang karya di ruang pamer, ia juga berupaya untuk menghasilkan konten audio-visual yang berkualitas sehingga ARTJOG tetap bisa dinikmati dari rumah.

“Publik dapat mengakses pameran ARTJOG secara daring melalui website. Saat pemerintah mengizinkan dan kondisi memungkinkan, pameran akan dapat diakses langsung di lokasi dengan memberlakukan sistem yang sesuai dengan prosedur dan protokol kesehatan dari Pemerintah,” Gading Paksi menuturkan.

Selain itu, Lelang Amal dan ARTCARE dihadirkan dengan tujuan menggalang bantuan finansial untuk para seniman Indonesia dan masyarakat luas yang terdampak pandemi. Penggalangan dana tersebut akan dikelola oleh Yayasan Hita Pranajiwa Mandaya. Sedangkan program-program edukasi seperti Exhibition Tour dan Meet the Artist akan tetap dilangsungkan secara daring.

Program reguler baru yang akan menjadi kejutan tahun ini adalah Murakabi Movement, sebagai kelanjutan dari proyek Warung Murakabi yang ditampilkan pada ARTJOG tahun lalu. Mengenai hal ini, Agung menambahkan perihal relevannya gerakan murakabi ini.

“Kami percaya gerakan ini sangat relevan, terutama di masa pandemi seperti hari-hari ini, dan bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk bisa tetap bertahan di tengah krisis,” ujar Agung.

Di tengah situasi yang tidak menentu, ARTJOG RESILIENCE hadir sebagai proyek yang akan menguji kembali kegigihan, daya tahan, daya juang, kontribusi dan solidaritas di antara para praktisi kesenian. Misi ini mencerminkan sifat-sifat dasar sebuah festival sebagai ruang sosial, di mana berbagai sajian dan kegiatan di dalamnya hanyalah perantara untuk terjalinnnya hubungan antarmanusia yang lebih harmonis dan kelangsungan masa depan yang lebih baik.

Nantikan ARTJOG RESILIENCE di Jogja National Museum dan www.artjog.co.id, mulai dari tanggal 8 Agustus hingga 10 Oktober 2020. [hmk]

Pameran Seni Rupa ARTJOG: RESILIENCE 2020
Waktu 8 Agustus – 10 Oktober 2020
Venue Jogja National Museum & www.artjog.co.id
Kurator 1. Agung Jennong Hujatnika
2. Bambang Toko Witjaksono
3. Ign Nilu
Penyelenggara HPM (Heri Pemad Manajemen)

 

4.8/5 - (11 votes)

4.8/5 - (11 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Haiki Murakabi


Tentang Haiki Murakabi