Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Proyek Kelana Biennale Jatim IX 2021

Proyek Kelana Berupa Mini Residensi dan Pemutaran Film di Pelosok Desa Tulungagung Sebagai Bagian Program Biennale Jatim IX 2021 oleh Kolektif Gulung Tukar


Diwartakan oleh Rika Purwaka pada 2 Desember 2021   (6,128 Readers)

Digawangi oleh Kolektif Gulung Tukar, Komunitas Sineas Muda Tulungagung (SINEMOTO), dan Pendulum menggelar kegiatan mini residensi dan pemutaran film di pelosok desa Tulungagung.

Kegiatan yang bertajuk Proyek Kelana tersebut merupakan bagian dari rangkaian program Biennale Jatim IX 2021. Kegiatan: Proyek Kelana: Sudut Pertama, Pancar Pencoba dilangsungkan mulai 20 – 27 November 2021 di Desa Tanggunggunung, Kecamatan Tanggunggunung, Kabupaten Tulungagung.

Proyek Kelana Berupa Mini Residensi dan Pemutaran Film di Pelosok Desa Tulungagung Sebagai Bagian Program Biennale Jatim IX 2021 oleh Kolektif Gulung Tukar.

Proyek Kelana Biennale Jatim IX Tahun 2021

Proyek Kelana, dimulai dengan melakukan mini residensi dengan 2 metode berurutan: kunjungan mingguan melakukan identifikasi dan pengenalan di Desa Tanggunggunung. Kemudian tinggal penuh selama 2 hari menjelang agenda puncak sekaligus penutup yaitu, pemutaran beberapa film pendek yang relate dengan warga Desa Tanggunggunung tentu membaca dari hasil residensi. Berikut film pendek yang diputar:

  • Anak Lanang – Ravacana
  • Murup – Akan Dikenang
  • Ning Kene Aku Ngenteni Koe – Jeihan Angga
  • Sound of Preeett – Rangga Kusmalendra

Selain sejumlah film di atas, ada pula satu film pendek yang menjadi inti dari pemutaran film di Desa Tanggunggunung bertema
Lingkungan sesuai dengan hasil residensi, dengan judul: Live in ROB – Whatchdoc Documentary, yang kemudian dilanjutkan dengan dan diskusi ringan mengenai Desa dan Budaya Menonton dan bekerjasama dengan Karang Taruna sebagai perwakilan dari warga Desa Tanggunggunung. Tentu kegiatan ini disambut oleh Sekretaris Desa Tanggungunung dan dihadiri oleh warga Desa Tanggunggunung.

Pada tahun 2021 ini, pemutaran film dicoba untuk diaktivasi kembali setelah mati suri karena pandemi oleh lebih banyak kolektif di Tulungagung yang berkolaborasi. Berkelana desa ke desa melanjutkan pergerakan ‘memasyarakatkan film’ dari satu titik ke titik lainnya agar layar di Tulungagung terus hidup dan memancar.

Layar Tulungagung tidak boleh mati. Meski sempat mati suri, tapi dalam perkembangannya jadi berwarna warni. Karena layar dan film di Tulungagung, kini tidak lagi hanya sebatas milik komunitas/ pegiat/ kreator/ kelompok yang mengimani “film”. Layar dan film di Tulungagung terus memancar dan tergelar, masuk barisan opsi agenda yang dianggap menarik, freshly, friendly di beberapa komunitas/ perkumpulan diluar bidang film sekalipun. Pun, tak sedikit juga yang tertarik dan tergelitik untuk memproduksinya.

Layar layar Tulungagung tidak boleh mati. Meski sempat mati suri, tapi dalam perkembangannya jadi rumah kolaborasi, sambung raket antar kolektif seni. Butuh waktu untuk akhirnya duduk jadi satu tikar, satu layar, beragam yang diputar demi nyala layar film di Tulungagung. Butuh kemauan, kerjasama, dan upaya dari berbagai pihak demi menghidupkan wadah yang bisa mempertemukan film dengan penontonnya ini. Apalah makna film yang ‘jadi’ jika tidak ada layar yang digelar, tidak ada penonton yang menonton, pun tanpa kita yang mengimani ‘film’ itu sendiri yang terus berkelana menghidupkannya. [rpw]

4.7/5 - (3 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Rika Purwaka


Tentang Rika Purwaka