Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
ARTJOG MMXIX Arts In Common

Pameran ARTJOG MMXIX Arts In Common Common | Space Yogyakarta


Diwartakan oleh Lik Ngatmin pada 12 Juli 2019   (5,233 Readers)

ARTJOG MMXIX Arts In Common akan digelar pada tahun 2019 yaitu mulai tanggal 25 Juli dan akan berakhir hingga 25 Agustus 2019. Mengambil tempat yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya (Area JNM Nggampingan), melalui karya-karya yang mempersoalkan “ruang bersama” di mana kita hidup hari-hari ini, maka helatan ARTJOG ke-12 pada tahun 2019 bakal mengusung tajuk tutorial common | space.

 

Pameran ARTJOG MMXIX Arts In Common Common | Space yang disusun berdasar karya-karya yang dipilih melalui beberapa skema ini akan diikuti oleh hampir empat puluh seniman, baik itu seniman individu maupun kelompok yang berasal dari Indonesia dan mancanegara.

Dari hampir empat puluh seniman peserta pameran ARTJOG MMXIX, lima orang seniman lintas disiplin akan menampilkan karya-karya dalam skema proyek khusus. Mereka adalah Handiwirman Saputra, Riri Riza, Sunaryo, Teguh Ostenrik, dan Piramida Gerilya.

  • Handiwirman

ARTJOG MMXIX Arts In CommonSeniman kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat ini menamatkan pendidikan seni rupanya di Jurusan Kriya Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sebagai perupa, Handiwirman kerap menampilkan benda-benda yang sering kita anggap remeh—dan bahkan mungkin kita anggap sebagai sampah—menjadi karya seni yang memiliki makna yang lain. Beberapa karyanya seperti memiliki pendekatan tertentu, yang mengeksplorasi alam benda. Benda-benda temuan (found object) seperti karet gelang, rambut, kawat, dan plastik yang telah terbuang dan tidak berguna, seperti dihidupkan kembali dalam karyanya. Handiwirman seperti melihat ada kehidupan dalam benda-benda remeh di sekitar kita dan membiarkan mereka (benda-benda itu) untuk menyusun ceritanya sendiri saat karyanya bertemu dengan publik. Untuk ARTJOG, Handiwirman menyiapkan sebuah karya yang berukuran besar yang akan hadir di area fasad Jogja National Museum. Sebuah karya yang akan ditempatkan pada lubang sedalam 4 meter dengan diameter kurang lebih 6 meter, dan menjulang tinggi sampai langit-langit gedung. Karya ini akan menghadirkan pengalaman seni yang berbeda kepada publik.

  • Riri Riza

ARTJOG MMXIX Arts In CommonSebagai seorang sutradara film, Riri Riza tidak ingin berhenti dalam mengeksplorasi karyanya. Film, sebagai salah satu medium seni, juga memiliki unsur lain yang mendukungnya. Kekayaan unsur seni yang terdapat dalam medium film ini kemudian dihadirkan dalam karya Riri Riza. Di mana sebuah karya film akan dipresentasikan dengan cara yang tidak biasa.

Beberapa instalasi patung jasad duduk dari tradisi Marapu hadir dengan semacam lubang kecil yang cukup untuk diintip. Di dalamnya terputar B-Roll dari rol-rol filmnya yang tersisih dari pembuatan film terbarunya di Sumba. Pengunjung yang ingin menikmati karyanya harus menikmatinya dengan cara yang tidak lazim, yaitu mengintip kedalam patung tersebut. Karya ini hadir sebagai karya lintas medium dan displin seni yang akan memberikan pengalaman tersendiri bagi publik.

  • Sunaryo

ARTJOG MMXIX Arts In CommonMelalui karyanya yang akan dipajang di sepanjang pintu keluar pameran, Sunaryo akan menghadirkan pertanyaan-pertanyaan tentang kedirian manusia. Dengan instalasi yang menyerupai perangkap ikan dan berukuran sangat besar, publik akan mengalami permenungan terkait ruang dan waktu ketika menyusurinya. Dengan gabungan medium yang terdiri dari jalinan bambu, cermin, dan suara air, “Lawangkala” akan mengantarkan publik pada pengalaman menikmati karya seni yang kontemplatif. Jika jalan yang menyerupai lorong itu adalah waktu, bisakah manusia mengulang masa lalu? Jika ada ujung yang menyerupai perangkap di sana, apakah manusia hanya terperangkap dalam ruang dan gerak sang waktu?

  • Teguh Ostenrik

ARTJOG MMXIX Arts In CommonMemulai karyanya dari pengalaman personalnya, ketika ketakjubannya terhadap kekayaan dan keindahan dunia bawah laut di Indonesia yang dulu sempat disaksikannya, kini telah rusak parah akibat ulah manusia sendiri. Dengan semangat untuk memulihkan kehidupan terumbu karang di bawah laut, Teguh menyusun instalasi di bawah laut yang memiliki fungsi langsung sebagai tempat naungan terumbu karang untuk dapat hidup kembali. Adalah “Daun Khatulistiwa”, sebuah karya lanjutan yang dipamerkan pada perhelatan ARTJOG, yang akan menghadirkan sebuah narasi tentang pentingnya kita menjaga keindahan dan kekayaan alam bawah laut. Mengambil inspirasi dari bentuk daun Jati, sebuah instalasi berukuran 9×6 meter ini akan hadir di dalam sebuah kubah yang disertai dengan unsur audio dan visual alam bawah laut. Dengan presentasi yang memaparkan keindahan dan kekayaan alam bawah laut, diharapkan karya ini dapat menyentuh kesadaran publik terkait pentingnya menjaga lingkungan di sekitarnya, terutama alam bawah laut. “Daun Khatulistiwa” adalah tempat berteduh, sebagaimana fungsi beberapa daun dalam kehidupan kita. Selain itu, instalasi ini pun tidak akan hanya mandek di ruang-ruang pameran seni saja. Setelah pameran berakhir, instalasi tersebut akan dikirim ke lautan, sebagai tempat naungan pemulihan terumbu karang. “Daun Khatulistiwa” mencoba menghadirkan bagaimana karya seni dapat memiliki fungsi langsung terhadap persoalan-persoalan lingkungan hidup.

  • Piramida Gerilya

ARTJOG MMXIX Arts In CommonBerangkat dari kolaborasi seniman lintas disiplin; Santi & Miko dari Indieguerillas dengan Singgih Susilo Kartono (Spedagi Movement) yang sama-sama memiliki kegelisahan tentang pemberdayaan warga lokal serta kebanggaan atas produk lokal, Piramida Gerilya terbentuk. Seiring dengan semakin matangnya gagasan yang akan diusung oleh gerakan mereka, kolaborator lain seperti Agung Satriya Wibowo dari Ekoliterasi Jogja, Adamuda, Lulu Sindhu Prasastyo dari Sapu Upcycle, dan Lulu Lutfi Labibi pun turut bergabung.

Dengan melandaskan pada semangat gotong-royong sebagai nilai yang telah dimiliki masyarakat Indonesia sejak dahulu, Piramida Gerilya bersiasat. Adalah Murakabi, sebuah kata yang diambil dari bahasa Jawa yang berarti menguntungkan atau bermanfaat bagi sesama, yang kemudian dihadrikan sebagai sebuah karya instalasi berwujud warung. Warung memiliki kebijaksanaan tersendiri jika dibandingkan dengan toko-toko retail modern yang kian tersebar di sekitar kita. Relasi yang terjadi di warung berbeda dengan relasi yang ada pada toko retail modern. Dalam warung, ada interaksi dari produsen dan konsumen yang lebih dari sekadar relasi transaksional. Warung Murakabi adalah perwujudan dari kemunculan kembali nilai gotong royong masyarakat. Di dalamnya akan ada produk-produk lokal (pakaian dan makanan lokal) yang ditangani oleh orang-orang yang telah memiliki kapabilitas di masing-masing bidangnya . Segitiga dipilih menjadi simbol yang dapat diterjemahkan sebagai hubungan antara tiga pihak; produsen-konsumen-ruang interaksi. Sekaligus sebagai praktik kerja yang horizontal tapi tetap mengkerucut pada sang pencipta. Proyek ini adalah sebuah awalan yang diharapkan dapat terus-menerus bergerilya.

Program Edukasi Pameran ARTJOG MMXIX Arts In Common

Pada pameran seni rupa ARTJOG MMXIX Arts In Common Common | Space tahun 2019 ini akan tetap mempertahankan beberapa program edukasi pamerannnya, yang antara lain adalah Meet the Artist dan Curatorial Tour. Lain dari itu, LeksiKon menjadi program baru yang menyajikan wicara seniman secara performatif. Sedangkan keterlibatan para kreator dari disiplin kesenian yang lebih luas akan ditampung dalam program Daily Performance dan Merchandise Project. []

Source: artjog.co.id

4.7/5 - (9 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Lik Ngatmin


Tentang Lik Ngatmin