Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Aransemen#3 on IndieBold

Indie Art House Yogyakarta Gelar Pameran Rutin Tahunan ‘IndieBOLD’ dengan Tema Pertama adalah “In Binoculars”


Diwartakan oleh Haiki Murakabi pada 11 Agustus 2021   (1,976 Readers)

IndieBOLD adalah event tahunan seni-rupa yang diadakan oleh IndieArt House Yogyakarta, dan pertama kali digelar tahun 2021 bersamaan pandemi covid19 yang masih belum mau sirna ini. Mempersembahkan pameran seni rupa, IndieBOLD yang pertama ini mengusung tema “in binoculars”, yang sajiannya dengan menghadirkan karya seniman-seniman yang berasal dari beberapa kota dan daerah berbeda, untuk meneropong dengan kacamata mereka tentang situasi dan keadaan sekarang ini, di mana kita dengan terpaksa meninggalkan beberapa hal ketiadaan kita dahulu.

IndieBold menjadi salah satu event penguat ruang reektif Indie Art House, yang memuat dialektika intelektualitas dan kreativitas dalam berbagai relasi objek-objek seni, eksistensi seniman dan peristiwa keseharian dalam medan seni rupa, di mana ia juga membuka kolaburasi perihal berbagai kemungkinan arus pemikiran yang berkelebat dalam benak realitas kreatif seniman, pemikir seni, mahasiswa seni, akademikus serta jejaring budaya lainnya.

Event-event IndieBold memberikan kontribusi sebagai medan katarsis seni dalam era disrupsi postmodern, sinergitas dan kolaburasi berjejaring beragam pemikiran reektif seni, transformasi budaya visual maupun keterbukaan representasi narasi media seni rupa.

“In Binoculars” sendiri menjadi tema yang diusung, dengan definisi bahwa masyakat kontemporer sedang mengalami pergeseran dan perubahan yang ekstrem di era disrupsi dan era virus. Pagebluk atau wabah COVID-19 telah menulari hampir seluruh dunia.

Realitas ‘ketakutan’ akan virus mengguncang banyak hal dalam budaya keseharian masyarakat. Dunia mengalami shock culture, dan berbagai sendi kehidupan tergopoh-gopoh menyesuaikan diri dengan situasi anomali dan krisis ini. Dampaknya kehidupan sosial, ekonomi makro dan mikro berantakan, demikian juga pola relasi, bisnis dan kebiasaan berubah drastis.

Dalam lsafat China, makna kata “krisis” disebut dengan Weiji, yang dibentuk dari dua kata, Wei artinya “bahaya”, dan Ji yang berarti “peluang” atau “kesempatan”. Dari sini dapat dimaknai bahwa dalam setiap krisis selalu tersedia kesempatan. Di dalam tantangan krisis pandemi COVID19 terdapat peluang bagi manusia untuk melakukan dan menjadi lebih baik. Filsafat China ini membangkitkan harapan atau optimisme untuk mengusahakan pembaruan dan perubahan atau transformasi.

Situasi yang terjadi saat ini, harus diakui, sungguh sangat sulit. Namun, bukan tanpa harapan. Dunia kesenian yang selalu bersinergi dengan laju pertumbuhan medan ekonomi dan transformasi kebudayaan dunia turut mengalami guncangan baik dari sisi proses produksi, distribusi karya seni yang sebelumnya hiruk pikuk dengan berbagai pembukaan pameran luring normal di galeri-galeri dan lembaga seni hingga proses mengonsumsi karya seni tersebut. Kini kita akrab dengan istilah pameran seni rupa online, lelang online, prokes jaga jarak dan menghindari keramaian kerumunan. Sebelumnya dalam situasi normal, keramaian dan kerumunan penikmat seni adalah ekstase sebuah perhelatan seni. Pandemi COVID-19 memaksa manusia untuk melihat ulang konsepsi mengenai diri, komunitas, pekerjaan, interaksi sosial, dan sesama. Realitas ini tentu memiliki pengaruh dan guncangan yang beragam pada diri seniman.

Seniman dengan kemampuan dialektika konsep seni dan kreativitasnya, mampu meredam dan memberikan jalan keluar dalam ketertekanan situasi ini. Setidaknya stres dan keprihatinan krisis ini membuka peluang seniman meneropong lebih intim dan reektif “apa dan mengapa” dibalik pandemi ini. Seperti halnya konsep teropong berdasarkan prinsip cermin dan lensa, dapat dibongkar dan dipasang kembali sehingga dapat menyelidiki lebih detail bagian-bagaian teropong. Demikian juga pribadi kreatif seniman, mengandung prinsip-prinsip kerja terkonsepsi, mampu meneropong dan membongkar ulang setiap peristiwa, sebagai cermin menemukan reeksi nilai-nilai, hal-hal tersirat yang bias dengan realitas dengan detail-detail uniknya untuk dileburkan menjadi pengetahuan dalam bentuk karya seni (artworks). Seniman dengan kekuatan daya imajinasi dan kecerdasan artistiknya sinergis dengan nilai-nilai lokalitasnya (local wisdom) masing-masing sebagai kekuatan lokal untuk menghadapi dan membijaksanai pandemi COVID-19. Semangat, ketekunan, integritas dan antusiasme merupakan bagian dari nilai-nilai positif berkesenian yang harus terus dikembangkan melalui karya nyata di tengah masyarakat. Di sini pula masyarakat meneropong posisi tawar seniman dengan pemikiran dan karya seninya sebagai obat batin dan barometer moralitas bangsa.

Pameran seni rupa IndieBold yang mengusung tema “In Binoculars” ini menghadirkan karya-karya seniman, antara lain adalah sebagai berikut;

  1. Ghanyleo menghadirkan karya ‘King of Hearts
    Masyarakat mengalami perubahan yang ekstrem pada pandemi yang telah menulari hampir seluruh dunia. Ketakutan akan virus mengguncang banyak hal juga mengalami shock culture, dan berbagai sendi kehidupan, dan berdampak pada kehidupan sosial serta kebiasaan yang berubah drastis.  Lalu saya berpikir, Apa yang harus dilakukan seorang Raja atau pemimpin sebuah negeri saat dunia mengalami krisis sosial & ekonomi akibat pandemi, belum lagi jika di negeri itu ada korupsi dari pejabat yang dipilih langsung oleh seorang Raja atau pemimpin yang berakibat masyarakat menengah kebawah makin berat hidupnya? Saat minum teh saya pun menemukan jawaban nya, semua bisa teratasi dengan keberanian (red), kebaikan hati (love) & kedermawanan (gold) atas nama Raja
    King Of Hearts on IndieBold
  2. Oomleo menghadirkan karya ‘Electric Responsive
    Ini cerita tentang betapa pentingnya sesuatu bernama listrik; ..membayangkan dunia tanpa listrik, dan apa jadinya teknologi tanpa listrik atm: salah satu yang paling awal tentang meminta uang dengan bantuan listrik
    Electric Responsive on IndieBold
  3. William Robert menghadirkan karya ‘Aransemen#3’
  4. Iwan Yusuf menghadirkan karya ‘Landscape 2015’
  5. Tommy F Awuy menghadirkan karya ‘Solidaritas’
  6. VY Patiah menghadirkan karya ‘Sepasang Mata Sayu Bertemu Lalu Bercumbu Oleh Kelana Waktu
    Karya ini bercerita bagaimana sebuah situasi yang kerap tak dapat kita hindari. Dalam kurun waktu setahun terakhir ini banyak sekali perubahan yang terjadi di kehidupan sekitar. Bahwa siatuasi yang terjadi dalam putaran hidup memang tak
    dapat tertebak dan sebagai manusia semampunya menjajaki apa yang sudah menjadi takdir. Tentu bukan tanpa sebab karena memang takdir tak berubah tapi waktu yang berubah serta mengubah situasi butuh sebuah tindakan romantisme
    bukan melulu melihat melalui rasio. Bagiku dengan meromantiskan waktu sebagai obat alami yang dapat membuat kita selalu merasakan kecintaan dalam situasi sesulit apa pun karena waktu membentuk keterbiasaan.
    Sepasang Mata Sayu Bertemu Lalu Bercumbu Oleh Kelana Waktu on IndieBold
  7. HASOE Hadi Soesanto menghadirkan karya ‘Teapot Series’
    Teapot Series on IndieBold
  8. Made Dewa Mustika menghadirkan karya ‘Spirit Kerbau Giras
    Spirit Kerbau Giras
    Pandemi adalah tantangan…..
    Semangat bekerja keras ala kerbau adalah jawaban.
    Selalu bergerak tanpa kenal lelah dan pantang menyerah
    Cekatan….
    Tekun, teguh….
    Kreatif dan inovatif
    Spirit Kerbau Giras on IndieBold
  9. Nyoman Darya menghadirkan karya ‘Dherek Langkung series
    Dalam budaya jawa kesopanan masih sangat kental, kata “Dherek Langkung” sering disampaikan untuk menghormati orang yang kita lewati atau bisa berarti permisi numpang lewat. Sama halnya dalam pandemi ini, kita semua dikondisikan untuk mengikuti arus keadaan agar kita bisa melewati ini semua. Dengan mengikuti prokes sesuai aturan kita semua berharap mampu melewati pandemi ini dan keadaan menjadi lebih baik lagi.
    Dherek Langkung on IndieBold

Dibuka pada tanggal 10 Agustus 2021, dan belangsung hingga 25 Agustus 2021, pameran seni rupa ini disajikan dengan tempat di Indie Art House yang beralamat di Jl. AS-Samawaat No.99, Bekelan, Tirtonirmolo, Kasihan, Bantul Yogyakarta. [hmk]

4.8/5 - (6 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Haiki Murakabi


Tentang Haiki Murakabi