Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Tiket Film Humba Dreams

Film Humba Dreams dan Karya Instalasi Humba Dreams (un)Exposed


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 27 Juli 2019   (6,042 Readers)

Film Humba Dreams sebagai karya terbarunya Riri Riza bulan Juni 2019 mendapat sambutan meriah ketika disajikan dalam acara World Premiere di Shanghai International Film Festival. Selanjutnya di bulan Juli 2019, film yang dibintangi J.S. Khairen –yang sejatinya adalah seorang penulis tersebut tayang perdana di Indonesia, yaitu di kota Yogyakarta.

Film Humba Dreams mengawali perjalanan rilisnya di Indonesia tersebut seiring dengan helatan JAFF Movie Night 3.2 yang digelar pada tanggal 27 Juli 2019 (khusus undangan), dan juga tanggal 3-4 Agustus 2019 untuk umum. Setelah itu, film berlatar belakang tanah Sumba ini akan diputar secara bergiliran di kota-kota lainnya.

HUMBA atau lebih akrab di telinga kita dengan sebutan SUMBA adalah tempat istimewa bagi Riri Riza serta Mira Lesmana yang berprofesi sebagai sutradara film. Sedangkan HUMBA DREAMS adlaah catatan pribadi Riri Riza tentang Sumba, khususnya Sumba Timur serta perihal impian dan harapannya akan film.

“Sumba telah menjadi bagian cerita dari banyak film Indonesia. Film ini adalah sebuah sisi dari Sumba masa kini, yang masih setia dengan tradisi namun menghadapi tantangan zaman modern,” tutur Mira Lesmana selaku produser Miles Films.

Film Humba Dreams dan Karya Instalasi Humba Dreams (un)ExposedFilm Humba Dreams yang memenangkan CJ Entertainment Award di Asian Project Market (APM) Busan International Film Festival pada tahun 2017, bercerita tentang MARTIN (J.S. Khairen), seorang mahasiswa sekolah film Jakarta, yang pulang ke Sumba untuk sebuah tugas yang tak mudah. Perjalanan mempertemukan Martin dengan ANNA (Ully Triani) dan berbagai pertanyaan tentang Humba serta dirinya perlahan menemukan jawaban.

Ide dari Film Humba Dreams ini dimulai oleh Riri Riza dengan mencoba menangkap dan menggali budaya masyarakat Sumba dan menemukan bagaimana kematian dalam kepercayaan lokal Marapu adalah peristiwa penting yang menjadi sentral dalam kehidupan masyarakat Sumba. Bersamaan dengan itu, masyarakat Sumba juga dihadapkan dengan isu-isu kontemporer, seperti kesulitan ekonomi, konsumerisme, dan permasalahan pengelolaan limbah. “Pada titik inilah saya merasa ada banyak hal yang ingin saya sampaikan, dan saya tidak ingin membatasi diri pada keterbatasan satu medium seni,” begitulah Riri Riza menuturkan.

“Mengutip D.A. Peransi, seorang perupa dan esais Indonesia, bahwa sinema diciptakan dalam serangkaian proses dan eksperimen, lampu dan ilusi, seperti zoetrope ataupun camera abscura. Instalasi seni ini adalah upaya saya untuk menerjemahkannya ke dalam sebuah karya,” lanjut Riri Riza.

Instalasi Seni Humba Dreams (un)Exposed

Selain Film Humba Dreams, selanjutnya akan dipersembahkan pula bentuk jurnal berujud buku yang agendanya akan diterbitkan pada akhir tahun 2019. Di samping itu, tersaji pula Instalasi seni karya Riri Riza yang diberi judul Humba Dreams (un)Exposed. Karya seni instalasi ini dapat disaksikan pada helatan seni kontemporer terbesar di Indonesia; ARTJOG MMXIX –yang setelah 11 tahun merupakan “fair seni rupa” berganti menjadi “festival” di tahun 2019 ini. Seturut dengan waktu pelaksanaan ARTJOG 2019 dengan durasi satu bulan penuh, maka sajian dari Seni Instalasi Humba Dreams (un)Exposed ini juga bisa dinikmati selama satu bulan, yaitu mulai pembukaan pada tanggal 25 Juli 2019 dan akan diakhiri pada tanggal 25 Agustus 2019, dengan tempat di Jogja Nasional Museum – Wirobrajan – Yogyakarta.

Film Humba Dreams dan Karya Instalasi Humba Dreams (un)ExposedTahun 2019 yang merupakan tahun ke-12 dari helatan ARTJOG dan sekaligus merupakan tahun pergantiannya menjadi sebuah festival seni rupa kontemporer internasional, tak bisa tidak juga karena di latarbelakangi oleh citranya yang selama ini dikenal meriah dan mampu membuka wawasan. Di helatan yang seperti itu jugalah Riri Riza (dan Mira Lesmana) menyanggupi tantangan Heri Pemad selaku Direktur Utama ARTJOG, untuk menyajikan karya rupa yang ada kaitannya dengan film. Perlu diketahu bahwa pada wkatu-waktu sebelumnya, Garin Nugroho sebagai salah satu filmaker juga pernah mengisi pameran seni rupa ARTJOG ini.

Melalui karya isntalasi Humba Dreams (un)Exposed, film Humba Dreams diartikulasikan oleh Riri Riza lebih jauh ke dalam bentuk instalasi berujud tiga patung jasad duduk dari tradisi Marapu yang hadir dengan semacam lubang kecil sebagai sarana untuk mengintip. Di dalam ‘intipan’ tersebut akan tersaji putaran B-Roll dari rol-rol filmnya yang tersisih dari pembuatan film HUMBA DREAMS. Tak berhenti di situ, karena pengunjung yang hendak menikmati karya tersebut harus melalui cara yang tak lazim, yaitu mengintip ke dalam patung jasad duduk tradisi Marapu tersebut.

Karya instalasi Humba Dreams (un)Exposed ini hadir sebagai karya lintas medium dan disiplin seni yang akan memberikan pengalaman tersendiri bagi publik. Dalam pembuatannya, Riri Riza berkolaborasi dengan Studio Batu (Yogyakarta), serta didukung oleh sederetan sosok bertalenta dari industri seni, di antaranya adalah Wulang Sunu, Taba Sanchabakhtiar, dan Satrio Budiono.

  • Studio Batu
    Studio batu merupakan satu kolektif seni berbasis di Jogjakarta dengan latar belakang seni yang ebragam, seperti seni rupa, film, musik, pun arsitek. Namanya mulai banyak dikenal setelah terlibat dalam film pendek “Lembusura” dan “Prenjak” karya Wregas Bhanuteja, sebuah film pendek yang menjadi pemenang penghargaan Leica Cine Discovery prize for short film di Semaine De La Critique Cannes 2016. Karya terakhir dari Studio Batu adalah sebuah pertunjukan vizual “While You Away”, yang ditampilkan di beberapa venue pada tahun 2018-2019.
  • Wulang Sunu
    Wulang Sunu adalah pria luluasan Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang juga co-founder Studio Batu. Bersama Studio Batu inilah Wulang Sunu mengembangkan karya-karya seni dari beragam disiplin, seperti film pendek, pertunjukan visual, sekaligus seni visual sebagai medium penyampaian ide-ide kreatifnya. Dalam karya-karyanya, Wulang Sunu selalu memanfaatkan berbagai medium, misalnya dari gambar, lukisan, instalasi, pertunjukan visual, video mapping, juga seni animasi.
  • Taba Sanchabakhtiar
    Taba Sanchabakhtiar sejak tahun 1997 telah mendedikasikan karirnya dalam bidang videografi dan beberapa penghargaan juga telah ia raih, yang salah satunya adalah VMI Best Directory Award pada tahun 2000. Selanjutnya ia melebarkan sayapnya ke ranah seni video serta industri multimedia –sebagai bidang yang menjadi keahliannya saat ini. Taba terlibat dalam berbagai karya terbaik tanah air, seperti Musikal Laskar Pelangi, Matah Ati, Musikal Tari Ariah, Opening Sea Games 2011, Opening Asian Para games 2018, dan berbagai konser musik di Indonesia.

Pelaksana Film Humba Dreams

Jika di atas adalah perihal mereka yang terlibat sebagai talent di penggarapan seni instalasi Humba Dreams (un)Exposed, maka untuk filmnya sendiri, selain disutradarai oleh Riri Riza dan diproduseri oleh Mira Lesmana, sebagai sinematografi adalah pria asal Jogja; Bayu Prihantoro dengan editor Sastha Sunu.

Sementara untuk Produser Pelaksana adalah Toto Prasetyanto, Penata Artistik adalah Asep Suryaman, dua orang selaku penata suara yaitu Satrio Budiono dan Yusuf Patawari, dan musik dipegang oleh Aksan Sjuman. [uth]

**Rangkuman dari bentuk cuitan, sila bisa disimak pada tautan chipstory ini (klik)

4.8/5 - (11 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha