Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Diskusi Musik Noise

Diskusi Musik Noise oleh Jogja Noise Bombing


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 22 Agustus 2019   (4,941 Readers)

Tatkala berbicara ataupun ngobrol diskusi musik noise, bisa jadi ingatan kita akan langsung melayang pada group band ‘Senyawa’ yang dengan musik-noise mereka bisa melanglang di sirkuit tour mancanegara.

Benar sekali, Senyawa menjadi salah satu bagian di negeri kita, dan khususnya di Yogyakarta yang turut mendongkrak keberadaan Musik Noise, yang sejatinya bersama musik Eksperimental ia telah mulai diakui keberadaannya di Indonesia semenjak 6 – 7 tahun belakangan ini.

Musik Noise di Indonesia saat ini seolah sudah seperti genre musik bawah tanah yang berdiri sejajar dengan musik Punk, Hardcore, Metal, Grunge, Grindcore dan musik-musik bawah tanah lain yang terlebih dahulu dikenal khalayak. Hanya saja pada sisi lain, memang ada pula beberapa musisi Noise yang memakai jargon anti musik, anti seni, bahkan ada pula yang memakai simbol tanda nada dicoret sebagai bentuk perlawanan terhadap konsep baku tangga nada yang tertera pada musik.

Jika begitu, tak pelak akan timbul juga pertanyaan; apakah musik Noise itu sendiri bisa dianggap seni?

Diskusi Musik NoiseDari pertanyaan di atas bisa ditarik ke belakang, bahwa kemunculan Luigi Rusollo yang pada tahun 1913 juga menebar manifesto The Art of Noises, ia memberikan pandangan baru terhadap estetika musik pada era industrial. Begitu pula dengan John Cage dengan komposisi 4’33, dan juga di era Lou Reed dengan Metal Machine Music (1957). Tak berhenti di situ, karena tahun 60-an Jimi Hendrix juga bermain-main dengan feedback yang dihasilkan dari gitarnya. Begitu pula gempuran bulldozer Hanatarash dan semburan kebisingan elektronis Merzbow dan Masonna dari Jepang, semuanya mau tak mau tidak bisa lepaskan begitu saja dari sejarah musik noise itu sendiri

Jogja Noise Bombing yang merupakan kolektif musisi Noise dengan anggotanya berasal dari berbagai genre dan skena musik merasa perlu mengangkat tema dan menggelar diskusi musik noise dan juga musik eksperimental ini di Indonesia. Dan kali ini Jogja Noise Bombing mengajak beberapa pihak, yaitu mulai dari pelaku noise dan eksperimental, peneliti, sampai akademisi yang mempunyai kredibilitas untuk berdiskusi dan berbincang santai menanggapi fenomena noise dan musik eksperimental di Indonesia.

Merealisasikan itu semua, digagaslah Dischord #1 yang merupakan seri pertama dari sesi Diskusi Musik Noise yang digagas oleh Jogja Noise Bombing bekerjasama dengan Lifepatch selaku fasilitator diskusi. Hadir dalam diskusi tersebut adalah bersama Bob Edrian, Tesla Manaf – Kuntari, Jonas Engel, DJ Wèi Wáng dan Aris Setyawan. Diskusi ini sendiri bisa pula diikuti melalui Instagram Story dengan nama akunnya adalah @jogjanoiseclub.

Dischord #1 ini agendanya digelar pada tanggal 25 Agustus 2019 mulai pukul 19.30 – 21.00 WIB, bertempat di Lifepatch –yang beralamat di Jl. Tegal Lempuyangan No. 969, DN III, Bausasran, Danurejan, Yogyakarta.

Lalu siapa nama-nama yang turut dalam Diskusi Musik Noise sebagaimana disebutjan di atas? Di bawah ini adalah beberapa pemaparan perihal bio dari nama-nama yang tertera.

  • Bob Edrian

Bob Edrian merupakan salah satu penulis dan juga kurator yang berbasis di kota Bandung. Ia pernah bekerja menjadi researcher dan curator di Galeri Soemarja. Kini Bob merupakan dosen di Telkom University dan mengajar perihal Estetika, Semiotika, Pengantar Seni Rupa, Sosiologi Seni, Manajemen Seni Rupa dan Pameran.

Jejak digitalnya bisa dilihat di situs www.bobedriantriadi.wordpress.com

  • Tesla Manaf – Kuntari

Tesla merupakan sosok yang dibesarkan dengan musik klasik, yang selanjutnya dalam karirnya ia memulai sebagai artis Jazz, hingga hal itu mampu membawanya untuk bereksplorasi ke dalam berbagai jenis musik yang berkembang saat ini. Ia telah menghasilkan tujuh album dan pertunjukan mulai dari musik Jazz, World Music, Neo-Classical, Elektronika dan musik Eksperimental. Visinya adalah untuk menceritakan sebuah skenario musik imersif yang menceritakan emosi murni.

Untuk menikmati karya-karyanya, sila bisa meluncur ke laman www.soundcloud.com/tesla-manaf-effendi

  • Aris Setyawan

Aris Setyawan merupakan lulusan Etnomusikologi Institut Seni Indonesia Yogyakarta yang bermain drum untuk Aurette and the Polska Seeking Carnival. Selain itu, pemimpin redaksi media seni dan budaya Serunai.co ini juga menulis buku Pias: Kumpulan Tulisan Seni dan Budaya (Warning Books) yang membicarakan musik, seni rupa, film, sastra, buku, aktivisme, hingga fenomena sosial.

Jejak Aris Setyawan di ranah dunia maya bisa disimak di laman www.arissetyawan.net

  • Jonas Engel

Saxophonist dan komposer bernama Jonas Engel adalah sosok yang tumbuh di kampung Sannerz, Jerman Tengah. Ia belajar di Hochschule für Musik und Tanz Köln dan di Rytmisk Musikkonservatorium di Kopenhagen, dan merupakan bagian dari musik jazz serta improvisasi di kota ini sebagai musisi dan komposer di berbagai proyek. DenganJust Another Foundry, ia sudah memenangkan Young German Jazz Award, European Tremplin Jazz Award, dan Maastricht Jazz Award.

Bio pun portfolio bule yang satu ini bisa disimak di www.jonasengel.com

  • DJ Wèi Wáng

DJ Wèi Wáng adalah nama panggung yang sejatinya memiliki nama Heyling Chien. Ialah salah seorang DJ yang berasal dari Kota Taipei, Taiwan yang saat ini juga bekerja di bawah nama DJ Blackbells. Ia merupakan salah satu founder Sound Farmers, yaitu sekelompok aktivis dan pencipta sosial musik elektronik yang lahir pada akhir tahun 80-an. Bersama Sound Farmers ini ia berusaha melakukan eksperimen sosial dan menjelajahi alam semesta, termasuk menjelajahi diri melalui suara dan musik.

Karya-karyanya bisa dilihat dan didengarkan di soundcloud dengan alamat www.soundcloud.com/blackbellsyo. [uth]

4.9/5 - (7 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha