Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Festival Jamu dan Wayang Kota di Jogja Cross Culture

Festival Jamu dan Wayang Kota Tersajikan di Hari Pertama Jogja Cross Culture


Diwartakan oleh Official Adm pada 4 Agustus 2019   (4,307 Readers)

Festival Jamu dan Wayang Kota menjadi sajian hari pertama dari rangkaian dua hari helatan Jogja Cross Culture tahun 2019.

Betempat di kawasan 0 Kilometer Yogyakarta pada hari Sabtu 3 Agustus 2019, sejak pukul 15:00 WIB telah dibuka stan-stan Festival Jamu yang seklaigus menjadi tanda dimulainya helatan per-silang-an budaya di Yogyakarta. Sementara pertunjukan Wayang Kota yang merupakan pementasan wayang ukur dan dibawakan oleh lima orang dalang muda menjadi rangkaian akhir di hari pertama tersebut.

JAMFEST sebagai akronim dari Festival Jamu  digelar di utara Monumen Serangan Oemoem 1 Maret 1949. Sebagai peserta, program JAMFEST tersebut diikuti oleh 12 stan yang berasal dari warga yang tinggal di kecamatan-kecamatan wilayah Kota Yogyakarta. Beragam jamu yang tersedia pada 12 stan tersebut dipersembahkan untuk khalayak dan dapat dinikmati secara cuma-cuma oleh mereka yang sedang berada di kawasan Titik 0 Kilometer Yogyakarta. Karena disajikan secara cuma-cuma, artinya tiada kompetisi pun jual-beli dari para penyedia jamu, namun hal ini dimaksudkan agar sesama pelaku kuliner sekaligus peramu obat berujud jamu ini bisa saling menyanding guna memberikan informasi kepada pengunjung.

Festival Jamu dan Wayang Kota di Jogja Cross Culture

Malam menjelang acara dibuka, Drs. Heroe Poerwadi, MA selaku Wakil Walikota Yogyakarta berkesempatan hadir dan berkeliling ke stan-stan JAMFEST sambil sesekali mencicipi jamu-jamu yang disuguhkan. Selanjutnya setelah mengunjungi seluruh stan Festival Jamu, tokoh nomor dua di kota Joini segeragja yang sekaligus juga merupakan ketua panitia Jogja Cross Culture ini menuju panggung utama guna membuka secara simbolis salah satu program dalam rangkaian dari Jogja Cross Culture, yaitu acara pertunjukkan Wayang Kota.

“Apa yang kita tampilkan di Jogja Cross Culture dari tadi sore hingga besok malam adalah kultur-kultur yang ada di Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Baik kultur dari Nusantara maupun dari negara lain.” kata Drs. Heroe Poerwadi, MA., dalam sambutannya.

“Jogja Cross Culture menandai bagaimana Yogyakarta baik sebagai orang maupun sebagai seni budayanya ketika bersama-sama dengan kultur lain akan saling menghidupkan dan memberikan kekuatan. Sehingga lahirlah seni budaya-seni budaya baru hasil perkawinan seni budaya – seni budaya tersebut.” beliau mengimbuhkan.

Festival Jamu dan Wayang Kota di Jogja Cross CultureMasih secara simbolis juga Wakil Walikota Jogja tersebut juga menyerahkan 8 kayon dan satu karakter wayang Gatotkaca kepada lima orang dalang dan tiga orang panjak yang hendak menyuguhkan pertunjukkan Wayang Kota ini. Hal itu sekaligus menjadi tanda secara resmi kegiatan Jogja Cross Culture 2019 ini dimulai.

Selepas penyerahan 8 kayon dan satu wayang Gatotkaca dan juga sebelum pementasan Wayang Kota, masyarakat yang memadati kawasan Titik 0 Kilometer Yogyakarta terlebih dahulu dihibur pementasan tari berjudul Kayon yang dibawakan oleh Anter Asmorotedjo dan Olivia Tamara.

Tak lama berselang, sekira pukul 20:30 WIB naik di atas panggung adalah kolaborasi lima dalang milenial yang membawakan lakon Kancingjaya, mereka masing-masing adalah: Bumi Gedhe Taruna, Ganes Sutono, Bayu Probo, Sunu Prasetya, dan Bayu Gupito. Sedangkan berlaku sebagai panjak di pergelaran ini masing-masing yaitu Wahyu Wicaksono, Wahyu Prasetya Aji, dan Zudhistiro Bayu P.

Sebagai informasi, Wayang Kota berlakon Kancingjaya merupakan perpaduan antara budaya tradisi dengan budaya kekinian yang disuguhkan melalui sajian wayang. Menghadirkan kolaborasi Wayang Ukur yang dimiliki oleh Maestro Wayang asal Kota Yogyakarta, Sigit Sukasman, dengan lima dalang yang lahir dari generasi milenial, pagelaran ini mencatatkan sebuah proses fase demi fase penyatuan para dalang. Fase demi fase itu di antaranya adalah dengan dimulainya dari kegiatan workshop Wayang Ukur, para dalang usia muda pada awalnya hanya mendengar tentang keunikan Wayang Ukur, namun kini mereka memiliki kesempatan untuk menyentuh, bahkan juga untuk memainkannya dalam sebuah pementasan.

Pagelaran Wayang Kota ini diawali dengan Bumi Gedhe Taruna berada di depan kelir sepanjang 10 meter dan setinggi 2,5 meter, membelakangi penonton seperti para dalang pada umumnya –dengan wayang yang telah disiapkan di kanan kirinya. Sedangkan Gedhe Taruna, Ganes Sutono, Bayu Probo, Sunu Prasetya, dan Bayu Gupito, dibantu oleh para panjak berada di balik kelir. Mereka menggerakkan wayang yang bayang-bayangnya akan tampak selain memperindah tampilan, juga menguatkan jalan cerita yang pementasannya berlangsung selama kurang lebih 3 jam ini.

Pertunjukkan yang berkisah perihal sepak terjang Gatotkaca ini berlaku sebagai sutradara sekaligus penulis naskah adalah Ki Catur “Benyek” Kuncoro. Sementara untuk penata musik adalah Danang Rajiv Setyadi dan arranger Reno Sandro Hana. Eko Sulkan dan Arif Dharmawan ada pada penata cahaya yang menjadikan visualisasi pertunjukan menarik. Selain itu, masih ada pula tampilan video grafis yang digarap oleh Bayu Sanjaya, Agung Nasrullah, dan Dimas Purwadharma.

“Kancingjaya adalah salah satu nama dari tokoh utama lakon ini yaitu Gatotkaca, yang tidak banyak dikenal orang. Kisah ini menjadi menarik karena keutuhan cerita, fase demi fase dibangun dari penyatuan kelima dalang,” Ki Catur “Benyek” Kuncoro memaparkan.

***

Festival Jamu dan Wayang Kota di Jogja Cross CulturePenyelenggaraan hari kedua helatan Jogja Cross Culture adalah pada hari Minggu 4 Agustus 2019, dan agenda kegiatannya dimulai dari pagi hari kurang lebih pukul 08:00 WIB dengan program historical trail bernama “Njeron Journey”, yaitu ajakan kepada para peserta guna menjelajah seputar jeron beteng alias dalam benteng keraton, sehingga mengenal keunikan dan keragaman budaya yang ada di dalam benteng keraton tersebut.

Selanjutnya pukul 10:00 WIB disusul dengan kegiatan Sketsa Bersama Maestro di kawasan Kilometer 0 Yogyakarta. Sesuai namanya, kegiatan sketsa bersama ini nanti akan ditemani oleh para maestro seperti Joko Pekik dan Kartika Affandi yang merupakan pelaku seni rupa.

Tengah hari, sekira pukul 12:00 WIB giliran Keroncong Paramuda menghibur masyarakat masih di kawasan yang sama, Titik 0 Kilometer Jogjakarta. Selain itu, pada pukul 15:00 WIB menjadi waktunya anak-anak yang juga diberikan ruang dalam menikmati dan bersenang-senang di Jogja Cross Culture tahun 2019 ini, yaitu pada program “Dolananè Bocah nJobo Latar”. Satu jam berikutnya, yaitu oukul 16:00, seluruh masyarakat diajak menari bersama ratusan penari di kegiatan nJogéd nJalar Jog Jag Nong.

Bakda Isya’, sekira pukul 19:00 WIB, helatan Jogja Croos Culture ini dilanjutkan dengan Historical Orchestra Selaras Juang, yang kemudian pada 20:30 dirangkai dengan peluncuran Gandhes Luwes, Road to Jogja Cross Culture 2020, dan tak ketinggalan peluncuran Jenang Golong Gilig, yang diharapkan akan menjadi makanan khas Kota Yogyakarta.

Setelah hari pertama tersaji Festival Jamu dan Wayang Kota, maka pada hari kedua sekira pukul 21:00 WIB, sebagai penutup seluruh rangkaian Jogja Cross Culture 2019 digelar Cross Culture Performance réUnèn dengan salah satu bintang tamunya adalah Nugie, adik kandung Katon Bagaskara yang juga sosok penyanyi era 90an, pencipta pun pelantun lagu ‘Burung Gereja” serta “Pelukis Malam”. [uth]

Source: Press-Release Jogja Cross Culture 2019

4.7/5 - (7 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Official Adm


Tentang Official Adm