Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.8/5 - (5 votes)
HIGHLIGHT
   
LeLakon-Kalabuku

LeLakon Kalabuku 2020 Membuka Kesempatan Dikurasikan dan Dibukukannya Karya Naskah Lakon Indonesia


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 4 Agustus 2020   (3,782 Readers)

KALABUKU yang merupakan lini kreatif sastra dan kepenulisan sekaligus menjadi bagian dari Kelompok Teater bernama Kalanari Theatre Movement dengan home-base-nya beralamat di Jogjakarta, kali ini bekerjasama dengan beberapa pihak yang acap bersinggungan langsung dengan seni pertunjukan menggelar sebuah ruang lapak yang diberi nama LELAKON.

Sebagai kolaborator pelaku kerjasama dalam LeLakon Kalabuku tersebut antara lain tentu saja adalah Kalanari sebagai induknya Kalabuku. Selain itu ada pula IDRF alias Indonesian Dramatic Reading Festival, Kala Teater yang bermarkas di Makassar, dan juga BPAF a.k.a Bandung Performing Arts Forum.

LeLakon Kalabuku ini sendiri merupakan platform kurasi lakon teater yang digagas dengan tujuan guna menjaring, mendokumentasikan, dan menyebarkan lakon-lakon karya para penulis dan/atau para pelaku teater Indonesia. Sementara penjaringan lakon-lakon tersebut diproses melalui panggilan terbuka, kemudian dikurasi oleh tim kurator, dan selanjutnya diterbitkan serta disebarkan dalam bentuk buku antologi lakon bersama.

Wacana Kuratorial LeLakon Kalabuku

lakon (laku + ansesuatu (teks)
yang/untuk dilakukan, diaksikan,
diperistiwakan, diwujudkan,
oleh makhluk hidup dan/atau
dengan benda mati

Di atas adalah definisi lakon sesuai dan seturut dengan bahasa yang kita anut. Ketika mendefinisikan perihal tersebut dan kemudian mengaitkannya dengan teater, bisa jadi bakal muncul pertanyaan; Bagaimana Menuliskan Laku?

Ya, sejauh pertunjukan masih meninggalkan kata, maka dapat dikatakan bahwa panggung teater masih sangat membutuhkan teks. Bahkan lebih jauh dari itu juga bisa dikatakan bahwa langkah kaki adalah juga teks, tubuh diam adalah teks, gelap adalah teks, ruang kosong adalah teks, bahkan tubuh-yang-menolak-teks adalah teks. Ini bisa pula diartikan, bahwa selagi manusia panggung membutuhkan ide untuk laku panggung, dan semasih laku panggung memerlukan ingatan, dan saat peristiwa juga masih digerakkan oleh manusia dan lingkungannya, maka kebutuhan akan teks adalah alamiah. Masalahnya, adakah kesanggupan untuk menuliskannya?

Sebagai teks, lakon adalah teks dengan tiga rumah: sastra, teater, dan irisan keduanya. Dengan tiga rumah ini, lakon setidaknya mewujud sebagai teks-sastra, teks-pascasastra-prapanggung, teks-pascapanggung. Sementara sebagai teks-sastra, lakon hadir sebagai teks untuk dibaca, sebagaimana novel, cerpen, atau puisi.

Ketika lakon hendak melangkah menuju panggung, disiapkan untuk produksi pertunjukan, ia menjadi teks-pascasastra-prapanggung. Ketika lakon mengada di panggung sebagai pertunjukan, ia menjadi teks-panggung atau teks-pertunjukan yang mustahil untuk dituliskan karena sifatnya yang here and now. Penuangan (kembali) teks-panggung ke dalam bentuk tulisan setelah pertunjukan akan menjadikannya teks-pascapanggung. Penulisan kembali lakon setelah pertunjukannya selesai menjadi praktik yang lumrah di dunia teater kini.

Tatkala berhadapan dengan dunia panggung, lakon melakukan tawar-menawar dengan dramaturgi, sehingga muncul kecenderungan-kecenderungan dramaturgi tertentu dalam penulisan lakon, seperti dramaturgi kisah (telling dramaturgy), dramaturgi tubuh (physical dramaturgy), dramaturgi puitik (poetical dramaturgy), dramaturgi arsip (archive dramaturgy), dramaturgi dokumenter (documentary dramaturgy), dramaturgi lingkungan (environmental dramaturgy), dramaturgi visual (visual dramaturgy), dramaturgi media (media dramaturgy), dan sebagainya. Perihal keakuratan istilah-istilah ini tentu saja masih bisa diperdebatkan, baik sisi konsepsi maupun aplikasinya; namun setidaknya bisa jadi pemantik wacana untuk merangsang keberagaman penulisan lakon.

Kesempatan Penerimaan Karya Naskah Lakon

Sampai pada point “pemantik wacana untuk merangsang keberagaman penulisan lakon” itulah pada akhirnya LeLakon Kalabuku ini membuka pintu selebar-lebarnya bagi Anda smua untuk memberikan kontribusi demi keberagaman lakon, baik dalam hal bentuk, gaya, tema, eksperimen, dan sebagainya, sehingga dapat memperluas jangkauan jelajah ruang ungkap.

LeLakon Kalabuku 2020

Ketentuan Lakon untuk LeLakon

  1. LeLakon menerima karya tulis yang diciptakan dengan tujuan menjadi lakon untuk pertunjukan teater.
  2. LeLakon terbuka pada keberagaman tema, bentuk, gaya; tidak ada batasan jumlah halaman atau durasi pertunjukan lakon; bisa berupa lakon untuk dimainkan satu orang.
  3. Lakon ditulis dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa utama (dominan); bahasa selain Indonesia (disertai terjemahan bahasa Indonesia), juga bahasa rupa huruf, simbol, gambar, dan bahasa rupa lainnya (sebatas yang bisa dituangkan di atas kertas) bisa digunakan sebagai bahasa sekunder (tidak dominan).
  4. Lakon bukan terjemahan, saduran, adaptasi, atau alih wahana dari karya orang lain, kecuali diatasnamakan dan dengan persetujuan kedua (atau lebih) penulis (lihat poin 5).
  5. Lakon bisa ditulis secara kolektif.
  6. Penulis bisa mengirimkan lebih dari satu lakon.
  7. Lakon yang sudah pernah dipentaskan, diterbitkan, diikutkan atau memenangkan lomba tetap dapat diikutsertakan, selama hak ciptanya dipegang oleh penulis.

Kurasi dan Penerbitan

  1. Lakon-lakon akan dikurasi oleh tim kurator untuk memilih sejumlah lakon yang akan diterbitkan oleh Kalabuku dalam bentuk buku antologi lakon bersama.
  2. LeLakon 2020 bukan platform sayembara; tidak ada hadiah bagi penulis yang lakonnya terpilih; setiap satu lakon yang terpilih, penulisnya akan mendapat 5 (lima) eksemplar buku antologi, dan berhak atas pembagian keuntungan penjualan buku antologi.
  3. Setiap lakon yang dikirim ke LeLakon 2020 akan dikurasi (kembali) oleh tim Indonesia Dramatic Reading Festival (IDRF) untuk dibacakan dalam IDRF 2020.
  4. Kriteria kurasi melekat pada kurator sebagai pribadi maupun tim; bersifat ideologis-subjektif secara pribadi, bersifat intelektual-dialogis secara tim.
  5. Tim kurator dapat memutuskan untuk tidak memilih satu pun lakon jika ternyata semua lakon tidak masuk kriteria kurasi.
  6. Tim kurator terdiri dari Muhammad Abe (aktor, penerjemah, direktur IDRF, Yogyakarta), Shinta Febriany (sutradara, penyair, penulis lakon, Makassar), Brigitta Isabella (peneliti seni, kritikus seni, Yogyakarta), Riyadhus Salihin (sutradara, dramaturg, penulis lakon, Bandung), Ibed Surgana Yuga (sutradara, penulis lakon, editor Kalabuku, Bali/Yogyakarta).
  7. Hasil kurasi akan diumumkan pada 5 Oktober 2020.

Pengiriman Naskah LeLakon

  1. Naskah lakon disertai nama penulis, alamat tinggal, nomor telepon (diutamakan WhatsApp), biografi singkat penulis, riwayat lakon (jika pernah dipentaskan, memenangkan sayembara, dan sebagainya), dalam satu file format PDF, dikirim ke kalabuku@yahoo.com, dengan subjek email “LeLakon 2020 (judul lakon)”.
  2. Bagi penulis yang mengikutsertakan lebih dari satu lakon, setiap lakon harus dikirim dalam email terpisah.
  3. Setiap lakon yang dikirim akan dibalas dengan email konfirmasi penerimaan.
  4. Pengiriman lakon paling lambat 5 September 2020, pukul 22.00 WIB.
  5. Info lengkap juga bisa dilihat dan diunduh file-nya pada documen di Google Drive sini (Sila Klik Link!).
  6. Pertanyaan bisa diajukan via WhatsApp ke 0822-1400-2019 (chat only).

Addendum

Addendum ini dibuat untuk mengakomodasi berbagai saran dan kritik setelah LeLakon 2020 diluncurkan ke publik; tujuannya untuk memperjelas beberapa poin informasi sebelumnya, tanpa mengubah esensinya.

  1. Addendum Kurasi dan Penerbitan, poin 2: Besaran pembagian keuntungan penjualan buku antologi untuk penulis adalah 40% dari jumlah margin penjualan setiap eksemplar buku dibagi jumlah naskah lakon yang ada dalam antologi. Pembagian keuntungan ini dibayarkan ke penulis setiap tahun, sepanjang masa penjualan buku antologi. [uth]

4.8/5 - (5 votes)

4.8/5 - (5 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha

BACA JUGA:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *