Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Biennale Jogja XVI Equator #6 yang Disajikan Online Bisa Menjadi Ruang Dialog serta Belajar

Program Biennale Jogja XVI Equator #6 yang Dipresentasikan Secara Virtual Diharapkan Bisa Menjadi Ruang Dialog serta Belajar bagi Khalayak Indonesia dan Oseania Sebagai Masyarakat Bekas Terjajah


Diwartakan oleh Haiki Murakabi pada 2 Oktober 2021   (2,338 Readers)

Seperti yang telah diselenggarakan beberapa waktu sebelumnya, ajang seni rupa Biennale Jogja yang digelar rutin setiap dua tahun sekali selalu mengusung nuansa sekaligus tema berbeda. Pun dengan tahun 2021 kali ini, ia mempertemukan Indonesia dengan Oseania sebagai satu kawasan yang sangat dekat dengan Indonesia; akan tetapi praktik geopolitik membuatnya terasa jauh, dan bahkan seperti asing.

Dengan dihelatnya Biennale Jogja XVI Equator #6 yang agendanya dimulai pada tanggal 6 Oktober hingga 14 November 2021 kali ini, panitia penyelenggara melakukan pembacaan sejarah tentang Oseania, tak lain adalah guna mengenali kembali identitas Indonesia yang dibayangkan sebagai melting pot ataupun titik temu dari berbagai etnis, ras, dan kebudayaan.

Biennale Jogja XVI 2021 yang Disajikan Online Bisa Menjadi Ruang Dialog serta Belajar

Dalam konferensi pers yang digelar secara daring pada hari Jumat tanggal 1 Oktober 2021, Alia Swastika selaku Direktur Yayasan Biennale Jogja menyatakan bahwa Oseania menjadi ruang kontestasi identitas menarik bagi komunitas-komunitas yang tinggal bersama, untuk dijadikan sebagai obyek sekaligus subyek dalam menyaksikan pergeseran sejarah, dan kemudian menuliskan ulang sejarah mereka sendiri dalam pusaran politik lokal, (pasca) kolonial dan pergaulan global.

Selain itu, Alia Swastika juga mengatakan bahwa Biennale Jogja kali ini menjadi istimewa karena helatannya sekaligus menjadi tanda satu dekade Biennale Jogja seri Khatulistiwa –yang telah dimulai sejak tahun 2011 silam. Terkait dengan hal itu, maka pada tahun 2021 ini diselenggarakan pula pameran arsip yang menampilkan kembali serpihan artefak dan catatan tentang bagaimana Yayasan Biennale Yogyakarta tumbuh dan berkembang dalam ekosistem seni di Yogyakarta dan di kawasan Global Selatan.

“Menariknya, karya-karya seniman dari India hingga Brazil ini akan disajikan secara virtual melalui permainan minecraft. Hal ini menunjukkan bagaimana kami merespons relasi antara seni, pengetahuan, dan teknologi digital sebagai bagian dari spekulasi sejarah,” tutur Alia.

Alia Swastika Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta

Rangkaian Program Biennale Jogja XVI 2021

Biennale Jogja XVI tahun 2021 agendanya digelar selama kurang-lebih satu-setengah bulan, tepatnya mulai tanggal 6 Oktober dan akan berakhir pada tanggal 14 November 2021. Seluruh rangkaian pameran dan program dari helatan Biennale Jogja ini akan diselenggarakan di empat lokasi, yaitu masing-masing adalah di Jogja National Museum (JNM), Taman Budaya Yogyakarta (TBY), Museum dan Tanah Liat (MDTL), serta Indie Art House.

Sehubungan dengan hal itu, maka penyelenggaraan Biennale Jogja XVI tahun 2021 kali ini melibatkan tidak kurang dari 34 seniman dan komunitas, yang di antara mereka itu merupakan sosok-sosok yang mempresentasikan perihal ruang dedikasi untuk seniman dan tokoh budaya; Y.B. Mangunwijaya dan Sriwati Masmundari.

Sementara itu mengenai program aktivasi terdapat kurang lebih sebanyak 70 agenda, yang antara lain adalah Biennale Forum, Program Labuhan, Residensi, dan Resource Room. Di samping itu ada pula Bilik Negara Korea/ASEAN serta Taiwan yang mengundang para seniman dari dua wilayah tersebut.

Sehubungan dengan kondisi pandemi yang masih membatasi kerumunan, Gintani Nur Apresia Swastika selaku Direktur Biennale Jogja XVI Equator #6 tahun 2021 menyatakan bahwa program-program dari dihelatnya Biennale Jogja XVI tahun 2021, termasuk di dalamnya adalah juga pameran, hanya dapat disaksikan secara virtual, yaitu melalui portal daring di situs-web biennalejogja.org/2021.

“Jika sebelumnya berbagai program publik dapat melibatkan ratusan pengunjung, sekarang tidak bisa lagi karena kondisi pandemi,” ujar Gintani.

Gintani N.A Swastika Direktur Biennale Jogja XVI

Pameran Utama Bertema Roots < > Routes

Pameran utama dari Biennale Jogja XVI 2021 diselenggarakan dengan tempat di area Jogja National Museum dan mengangkat tema Roots < > Routes yang diinisiasi dari hasil riset dua kurator; Elia Nurvista dan Ayos Purwoaji.

Beberapa seniman partisipan dalam pameran utama helatan Biennale Jogja 2021 tersebut antara lain adalah Udeido Collective, Greg Semu, A Pond Is The Reverse of an Island, dan Radio Isolasido, ditambah lagi dua seniman muda lulusan program Asana Bina Seni; Meta Enjelita dan Raden Kukuh Hermadi.

Sebagai kurator, baik Elia Nurvista maupun Ayos Purwoaji, keduanya telah melakukan perjalanan riset di kepulauan Indonesia bagian timur yang memiliki corak budaya identik dengan kawasan Oseania. Masing-masing dari mereka melakukan penelitian di Ambon, Maluku, Jayapura, Maumere, Kupang, serta di Nusa Tenggara Timur.

Berangkat dari hasil pengamatan para kurator tersebut, Biennale Jogja XVI menaruh perhatian besar pada narasi-narasi mengenai lokalitas dan pengetahuan tempatan, serta dekolonisasi dan desentralisasi. Maka, berkaitan dengan hal itu Biennale Jogja XVI juga bekerja sama dengan empat institusi dan kolektif seni dari Jayapura, Ambon, Kupang, dan Maumere untuk membuat Program Labuhan (Docking Program) sebagai perwujudan dari gagasan desentralisasi yang diusung.

Kurator Biennale Jogja XVI

Baik Elia Nurvista pun Ayos Purwoaji menyatakan hal senada bahwa penyelenggaraan Biennale Jogja XVI kali ini diharapkan dapat menjadi ruang dialog antara seniman dan intelektual dari Indonesia dengan seniman dan intelektual dari Oseania. Selanjutnya kedua belah pihak dapat belajar dari pengalaman masing-masing sebagai masyarakat bekas terjajah yang keberadaannya sudah terlalu lama didefinisikan oleh kuasa pengetahuan barat. [hmk]

4.8/5 - (6 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Haiki Murakabi


Tentang Haiki Murakabi