Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.8/5 - (6 votes)
HIGHLIGHT
   
Workshop Plasticology digelar I Made Bayak

Bayak Bondowoso Melengkapi Seribu Candi Sampah Plastik di Biennale Jogja Equator #5 Tahun 2019


Diwartakan oleh Haiki Murakabi pada 24 Oktober 2019   (4,725 Readers)

Biennale Jogja Equator #5 telah diselenggarakan dengan pembukaan yang dimeriahkan oleh berbagai penampilan, baik dari para seniman sebagai partisipan, ataupun dari beberapa musisi yang dihadirkan, salah satunya adalah VoB alias Voice of Baceprot.

Dan Bayak Bondowoso menjadi satu yang dihadirkan guna membuka helatan yang digelar dua tahun sekali ini. Di panggung berbeda, seniman asal Bali tersebut turut melengkapi penampilan, sesaat sebelum malam hari pembukaan hendak menghadirkan Voice of Baceprot sebagai headliner alias penampil utama.

Layaknya Bandung Bondowoso, Bayak Bondowoso kali ini juga menyajikan performancing art di depan karyanya, yaitu di halaman depan area Jogja National Museum. Kali ini Made Bayak mengajak penari Legong sebagai sebuah tarian klasik asal Bali, hanya saja ia justru mengikat penari dengan penabuh gamelan. Ikatan yang nampak berujud tali plastik tersebut menjadi simbol bahwa budaya kita hari ini dicemari oleh limbah plastik.

Hal yang dilakukan Bayak Bondowoso pada performing-art itu bukan tanpa alasan. Tak lain adalah keterkaitannya dengan isu yang dibawa Bayak dan sekaligus telah lama ia tekuni, yaitu ikhwal persoalan sampah plastik yang ada di seputar kehidupan kita saat ini.

Bayak Bondowoso Melengkapi Seribu Candi di Biennale Jogja Equator #5 Tahun 2019

Analogi simbol dan bangun Candi pun piramid yang berasal dari sampah plastik sebagai karya Made Bayak di gelaran Biennale Jogja XV tahun 2019 tersebut menjadi jejak dan simbol peninggalan manusia hari ini. Dari sampah yang terkecil, baik yang dihasilkan oleh individu, kemudian berkembang menjadi sampah keluarga, komunitas dalam suatu desa, hingga membentuk kumpulan yang lebih besar seperti suatu wilayah kabupaten kota atau provinsi, dan demikian selanjutnya sehingga semua menjadi masalah yang jauh lebih besar sekaligus global.

Semua menginginkan wilayahnya masing- masing bersih dari sampah, hanya saja mereka tak pernah sadar untuk mengurangi volume yang ada, yaitu dari perilaku keseharian. Pada akhirnya keinginan bersih dari sampah itu seolah menjadi tak berguna selain sebagai angan belaka. Pasalnya, dengan tak hendak meminimalisir belanja sampah. itu artinya ia tetap melangkahkan laku mengotori wilayah lain karena tidak ada yang mau mengeluarkan biaya untuk mencari solusi lebih.

Made Bayak sebagai Bayak Bondowoso ini merupakan seniman yang pernah menempuh pendidikan seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Saat ini ia tinggal dan bekerja di Bali.

Made Bayak dikenal dengan proyek Plasticology yang mengolah sampah-sampah menjadi instalasi seni. Dengan Plasticology, Bayak telah banyak melakukan presentasi publik dan lokakarya di berbagai tempat, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Bayak juga ikut serta dalam berbagai gelaran seni, misalnya, dalam Bruised: Art Action and Ecology in Asia, RMIT Gallery, Melbourne (2019), Kuasa Ingatan, Festival Arsip IVAA, PKKH UGM, Yogyakarta (2017), Encounter, Southeast Asia Plus (SEA+) Triennale, Galeri Nasional (2016), dan program residensi Uncensored, ruangrupa, Jakarta (2004). [hmk]

4.8/5 - (6 votes)

4.8/5 - (6 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Haiki Murakabi


Tentang Haiki Murakabi

BACA JUGA:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *