Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

4.8/5 - (5 votes)
HIGHLIGHT
   
yab-sarpote-perempuan-mati-di-bawah-jembatan

Yab Sarpote Merilis Single dan Video-Klip “Perempuan Mati di Bawah Jembatan” Sebagai Representasi Ketertindasan


Diwartakan oleh Haiki Murakabi pada 28 April 2020   (4,118 Readers)

“Perempuan Mati di Bawah Jembatan” merupakan lagu yang awalnya, yaitu pada tanggal 10 Mei 2015, dinyanyikan pertama kali di Titik Nol Jogjakarta, tepatnya di panggung solidaritas untuk para perempuan korban dan penyintas kekerasan seksual. Puluhan orang hadir dalam acara yang diadakan untuk mengecam perampokan, pembunuhan dan pemerkosaan terhadap E.M., seorang mahasiswi UGM, di mana pada suatu pagi, EM ditemukan sudah tak bernyawa di bawah Jembatan Janti, Yogyakarta. Diketahui pelaku kekerasan tersebut tak lain adalah pelanggan angkringan milik E.M.

Empat tahun kemudian versi live lagu “Perempuan Mati di Bawah Jembatan” itu digunakan sebagai latar dari film bertajuk ‘More Than Work‘ (2019). Ialah film dokumenter yang dikerjakan oleh Konde Institute bersama Ford Foundation dan Wikimedia Indonesia. Sementara film dokumenter yang dilatarbelakangi oleh lagu tersebut merupakan satu film yang memuat peihal eksploitasi tubuh perempuan dalam media

Merunut ikhwal korban kekerasan terhadap perempuan, bersadar pada data yang dirilis oleh Komnas Perempuan ditunjukkan bahwa dalam kurun-waktu selama 12 tahun, kekerasan terhadap perempuan mengalami peningkatan sebanyak delapan kali lipat atau setara 792 persen di Indonesia. Angka itu apabola ditarik lagi ke tahun 2019 menunjukkan ada sejumlah 431.471 kasus kekerasan terhadap perempuan. Melihat angka tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa ia mengalami kenaikan sebesar 6 persen dari tahun sebelumnya, yakni 406.178 kasus. Ini baru sebatas kasus yang terlaporkan dan tercatat. Padahal besar kemungkinan kasus yang sebenarnya lebih banyak. Dari data ini bisa diartikan, betapa perempuan makin hari makin hidup dalam dunia yang tidak aman.

Kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan ini diperparah dengan cara pandang dan perlakuan mayoritas masyarakat yang bias gender terhadap korban dan penyintas kekerasan, khususnya kekerasan seksual. Para perempuan yang menjadi korban dan penyintas seringkali bukannya memperoleh pembelaan, perlindungan, dan dukungan, tetapi tuduhan dan pengambinghitaman (victim blaming). Para korban dan penyintas kekerasan seksual seringkali dipandang tidak dapat menjaga diri, tidak dapat berpakaian yang ‘sewajarnya’, dan tidak dapat memenuhi ekspetasi masyarakat dalam berperilaku. Kekerasan terhadap perempuan seringkali dimaklumi dan dicap bersumber dari kesalahan perempuan sendiri.

Yab Sarpote Merilis Single dan Video-Klip Perempuan Mati di Bawah Jembatan

Dengan beberapa latar-belakang tentang kekerasan terhadap perempuan sebagaimana tertuliskan di atas, maka dalam dunia yang mengancam seperti ini, perempuan, khususnya yang menjadi korban dan penyintas kekerasan, harus berjuang sendiri untuk tetap bertahan. Korban dan penyintas kekerasan tidak hanya menghadapi trauma kekerasan dari pelaku, tetapi juga trauma kekerasan dari masyarakat. Maka, tak jarang para korban dan penyintas kekerasan mengalami depresi dan gangguan mental, bahkan memiliki tendensi bunuh diri.

Menyikapi hal tersebut, melalui lirik, nada, dan komposisinya, lagu ‘Perempuan Mati di Bawah Jembatan’ diusung sebagai langkah untuk menafsirkan dan merepresentasikan kembali tentang ketertekanan dan ketertindasan perempuan dalam dunia yang menormalkan kekerasan berbasis gender ini.

Selama rentang waktu 2015-2019, hanya ada versi live “Perempuan Mati di Bawah Jembatan”, versi yang dijadikan lagu latar film dokumenter yang telah disebutkan sebelumnya. Kemudian baru pada akhir tahun 2019, Yab Sarpote memutuskan untuk merekam lagu tersebut secara serius dengan merangkul Rarya Lakshito yang memainkan Cello, serta Sheila Maildha yang ada di belakang Keyboard. Berikutnya mereka menggaungkan kembali lagu tersebut dengan warna baru, di mana pada waktu-waktu sebelumnya ia hanya sebatas dilantunkan dengan diiringi suara gitar akustik ini. Dan hasilnya adalah rilis audio resmi saat ini.

Proses rekaman, mixing, dan mastering “Perempuan Mati di Bawah Jembatan” dilakukan di Studio Jogja Audio School oleh salah satu engineer studio tersebut, yaitu Eta. Sementara untuk karya visual lagu ini didesain oleh desainer grafis asal Bulgaria, yaitu Davey David. Sedangkan mengenai keselruhan produksi dan pascaproduksi video klipnya digarap secara mandiri oleh Yab Sarpote.

Seturut dengan hal tersebut, video klip lagu ini juga menjadi gambaran dalam menvisualkan trauma, depresi, gangguan mental, keterasingan, dan tendensi bunuh diri yang dialami oleh perempuan yang jadi korban kekerasan. Di video klip ini terepresentasikan salah satu respons fisik dan mental perempuan setelah mengalami kekerasan seksual.

Guna menikmati lagu “Perempuan Mati di Bawah Jembatan” oleh Yab Sarpote ini, audionya sudah bisa disimak di beberapa platform digital seperti iTunes, Spotify, dan kanal digital lainnya. Sementara untuk video klipnya dapat ditonton di Kanal Youtube Yab Sarpote.

Yab Sarpote Perempuan Mati di Bawah Jembatan

Profil Yab Sarpote

Yab Sarpote adalah penyanyi solo dan pengarang lagu bergenre pop, folk, balada, dan akustik. Dia memulai debut solonya pada April 2015 dengan merilis single ciptaannya “Jangan Diam, Papua” versi akustik trio.

Lagu “Jangan Diam, Papua” tersebut turut dirilis dalam album kompilasi “Papua Itu Kita” (2015), sebuah album solidaritas untuk Papua Barat, bersama musisi-musisi lain seperti Iksan Skuter, Sisir Tanah, Last Scientist, Simponi, Siksa Kubur feat. Morgue Vanguard. Album ini dirilis dalam sebuah konser pada Juni 2015 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

Pada 16 Oktober 2016, Yab Sarpote yang dapat dihubungi melalui nomor 085781177719 ini merilis single keduanya berjudul “Benih” –tembang persembahan untuk Munir, Marsinah, Wiji Thukul, Udin, Salim Kancil, korban tragedi ’98 dan orang-orang yang hilang atau dibunuh dalam perjuangannya demi keadilan dan kemerdekan di Indonesia.

Single dan video klip “Benih” garapan Yab Sarpote ini bahkan menjadi salah satu pemenang dan dikurasi di Museum Hak Asasi Manusia, Omah Munir, Malang, pada Juni 2019.

Pada 2017, Yab yang menyediakan kontak email yabsarpote@gmail.com ini merilis single lain yang diberi judul ‘Sudah Tak Ada Lagi Pulang’. Ialah lagu yang banyak berkisah tentang bagaimana pembangunan dan modernisasi menggusur ruang hidup
masyarakat pedesaan, khususnya para petani.

Pada April 2020, Yab Sarpote merilis single dan video klip ‘Perempuan Mati di Bawah Jembatan’, lagu yang telah diproduksi pada 2015 dalam bentuk audio live, dan pada 2019 digunakan sebagai lagu latar film dokumenter More Than Work (2019) karya Konde Institute bersama Ford Foundation dan Wikimedia Indonesia, sebuah film tentang eksploitasi tubuh perempuan dalam media.

Saat ini Yab menghabiskan waktu penulisan lagunya selama malam-malam singkat selepas melakukan aktivitas dan bekerja. [hmk]

4.8/5 - (5 votes)

4.8/5 - (5 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Haiki Murakabi


Tentang Haiki Murakabi