Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
residensi marantau

Panggilan Terbuka Residensi Marantau bagi Praktisi Seni dari Goethe-Institut Indonesien dan Riksa Afiaty


Diwartakan oleh Haiki Murakabi pada 12 Oktober 2021   (2,617 Readers)

Goethe-Institut Indonesien dan Riksa Afiaty menghadirkan satu platform residensi baru bernama MARANTAU yang mengadopsi dinamika pergerakan, keterasingan, keberjarakan dari ruang-ruang familiar, dan adaptasi dengan pola kerja dan budaya di tempat baru. Meminjam gagasan Edouard Glissant, ia merujuk pada pengembaraan (to errant) yang tercerabut dari akarnya (de-root).

Marantau yang terpantik dari kata ‘merantau’ dikenal luas sebagai ikhtiar khas suku Minangkabau yang identik dengan hasrat untuk tumbuh bersama pengetahuan dan pengalaman yang dibina di luar tempat kelahiran atau kampung halaman. Merantau juga bisa terjadi akibat ketimpangan struktural dan ekonomi, dengan harapan dapat menemukan ruang hidup yang lebih ramah untuk menanam akar baru.

MARANTAU adalah juga sebuah upaya guna membelokkan praktik di luar dominasi pakem “Jawa”, di mana Pulau Jawa seolah acap dijadikan sebagai tujuan dalam merantau karena menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Padahal pelbagai peluang akses dan sumberdaya di Pulau Jawa itu juga sekaligus menciptakan ketimpangan yang ditopang oleh perspektif dan struktur politik elitis, otoriter, feodal dan konservatif. Oleh karenanya, sebagai langkah awal, simpul-simpul opresi yang selama ini mapan perlu ditelusuri dan dikritisi kembali.

Sebagaimana namanya MARANTAU, maka pada program residensi ini diniatkan berpindah kota pada setiap penyelenggaraannya, di mana pada edisi perdananya akan bertempat di Yogyakarta.

Dengan “keistimewaan” Yogyakarta sebagai kota penyelenggara yang pertama kali di residensi MARANTAU ini, maka program ini berusaha membongkar “opresi yang saling terkait” (Combahee River Collective, 1977) dalam riam ras, gender, disabilitas, kelas, seksualitas, bahasa, dan kosakata. Satu kondisi saling terkait dengan kondisi lainnya. Perampasan lahan dan perundungan terhadap kalangan warga rentan tak bisa dipisahkan dari perilaku pemerintahan yang anti-kritik dan abai terhadap hak hidup warga.

Pada edisi perdana residensi ini, dibuka kesempatan bagi tiga praktisi seni Indonesia untuk tinggal dan bekerja di Yogyakarta dalam putaran pertama MARANTAU. Hal ini dilakukan salah satunya adalah karena adanya keinginan untuk menjangkau praktisi yang mengolah isu lokal atau vernakular, yang bisa berdiri sendiri tanpa harus dipaksakan jadi “universal” atau “global”. Karena itu, pada platfom residensi ini sangat disambut khalayak yang menyuarakan dan menjelajahi titik-titik perpotongan tersebut.

Seputar Aktivitas MARANTAU

Selama tiga bulan, yaitu bulan 15 November 2021-18 February 2022, pihak penyelenggara residensi bakal mendampingi para pelamar terpilih untuk kemudian menjelajah kerja-kerja yang terwujud dalam pembebasan aisthesis (persepsi indrawi) atas pengetahuan dan pengalaman hidup yang dimiliki. Harapan dari semua itu adalah bahwa hasil dari penjelajahan ini dapat memantik pemikiran banyak orang dan kelompok lain.

Selama masa residensi MARANTAU dilangsungkan, para peserta dipersilakan membuat kegiatan sesuai minat dan praktik masing-masing, sebagai contoh adalah lokakarya, klub baca, sesi memasak, gelar studio, dan hal lain semacamnya, untuk menciptakan koneksi dan pertukaran dengan lingkungan sekitar. Selain itu, di akhir masa residensi ppara peserta juga diminta menggelar presentasi publik (seperti pameran, pemutaran film, pertunjukan) untuk memaparkan proses dan hasil residensinya tersebut.

marantau

Perihal Struktur dan Tuan Rumah

Program residensi MARANTAU membuka ruang bagi kerja personal dalam lingkup kegiatan institusional yang melibatkan tuan rumah perorangan, mengakui keterlibatan individu serta kontribusinya bagi institusi, dan pada saat yang sama mengapresiasi
individu—dengan segala jaringan dan pengetahuannya—sebagai entitas mandiri.

Perpaduan kerja personal dan institusional, yang terwujud melalui pertemuan dan interaksi tatap muka, adalah pondasi bagi segala produksi pengetahuan selama MARANTAU. Kolaborasi dan keramahtamahan antara para tamu, tuan rumah, dan alam
sekitar menjadi kunci. Dalam edisi perdana, residensi ini dijamu oleh kurator sekaligus salah satu pendiri MARANTAU Riksa Afiaty dan Theodora Agni sebagai pengelola residensi.

  • Riksa Afiaty berusaha mengkontemplasikan dekolonialitas pada praktik artistik. Bersama Charles Esche dan Enin Supriyanto, ia memprakarsai pameran Power and Other Things: Indonesia & Art (1835–now) dan simposium Lupa Lupa Ingat Imperial Zombies Modern Vampires and Contemporary Ghosts untuk Festival Seni Europalia 2017 di Belgia. Ia juga
    tergabung dalam tim kurator Jakarta Biennale 2015 #16, Maju Kena, Mundur Kena: Bertindak Sekarang. Ia menyampaikan serangkaian presentasi bertajuk Padat Merayap di Van Eyck Academie di Maastricht pada 2019, yang setiap pertemuannya mengajukan berbagai macam proposisi untuk membongkar kolonialitas dalam pendekatan estetik,
    sosial budaya dan pelembagaan. Proyek tersebut menekankan keberpihakan, menggeser rasionalitas eurosentris, dan mengetengahkan usaha-usaha radikal yang mengartikulasikan keragaman semesta hidup (pluriversalitas) dari sudut pandang seniman, kurator, aktivis, akademisi, dan sebagainya.
  • Theodora Agni menaruh perhatian pada gagasan mengenai ruang residensi sebagai laboratorium untuk praktik dekolonial. Ia terinspirasi dari pengalaman kerjanya sebagai manajer residensi pada Cemeti – Institute for Art and Society in Yogyakarta pada 2014 – 2019. Agni telah bekerja sebagai manajer seni selama lebih dari sepuluh tahun dan saat ini bekerja secara independen pada berbagai proyek residensi di Indonesia dan Asia Tenggara.

Pendaftaran Residensi

Apabila Anda tertarik pada program residensi ini, sekaligus ia relevan dengan minat dan perjalanan karier Anda, sila bisa langsung mengirimkan dokumen-dokumen persyaratannya dalam satu PDF kepada Maya (maya.maya@goethe.de). Dokumen persayaratan itu adalah sebagai berikut;

  1. Portofolio dan riwayat hidup (dalam bahasa Indonesia atau Inggris, maksimal 4 halaman)
  2. Surat motivasi yang menggambarkan visi dan alasan Anda ingin berkolaborasi dengan kami (dalam bahasa Indonesia atau Inggris, maksimal 2000 karakter)
  3. Lampiran bukti vaksinasi sebagai upaya menjaga kesehatan bersama
  4. Tenggat waktu pengiriman dokumen adalah pada tanggal 22 Oktober 2021

Pada program residensi ini tidak menerima pendaftar pelajar ataupun Anda yang sedang dalam masa studi. Selanjutnya Goethe-Institut dan para tuan rumah MARANTAU akan mengevaluasi semua berkas pendaftaran. Calon yang masuk daftar pendek akan diundang untuk wawancara melalui media-Zoom.

Sehubungan dengan program residensi Marantau ini, Goethe-Institut akan menanggung biaya untuk tiket pesawat, transportasi dari dan ke bandara, dan akomodasi selama masa residensi. Para peserta akan menerima tunjangan dalam bentuk biaya harian serta anggaran produksi. Di samping itu, setiap peserta juga akan menerima honorarium sebesar Rp15.000.000,-

Demikian perihal panggilan terbuka program residensi yang diselenggarakan oleh Goethe-Institut Indonesien dan Riksa Afiaty. Mengenai informasi dan keterangan lebih lanjut sila dapat mengakses laman-web www.goethe.de/marantau atau bisa juga langsung menghubungi email maya.maya@goethe.de atas nama Maya. [hmk]

4.9/5 - (9 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Haiki Murakabi


Tentang Haiki Murakabi