Inilah Pemenang Lomba Penulisan Novel Berbahasa Jawa Tahun 2020 Dinas Kebudayaan DIY
Dinas Kebudayaan di Jogjakarta yang juga dikenal dengan istilah ‘Kundha Kabudayan’ Daerah Istimewa Yogyakarta bisa jadi merupakan salah satu institusi yang acap menggelar acara lomba pun sayembara tahunan, di mana ada beragam perlombaan yang selalu digelar di sana, dan Lomba Penulisan Novel Berbahasa Jawa adalah salah satunya.
Lomba penulisan novel berbahasa jawa tahun 2020 oleh Dinas Kebudayaan DIY berjalan sesuai rencana dari awal di tengah banyak acara dan perlombaan yang mengalami perubahan akibat dari pengaruh merebaknya virus corona. Lomba Penulisan Novel Berbahasa Jawa kali ini dimulai sejak diumumkan, yaitu seputar bulan Februari 2020, masa sebelum virus corona masuk Indonesia, dan diagendakan ditutup pada akhir Agustus 2020.
Perihal lomba penulisan novel berbahasa jawa tahun 2020 kali ini, tema yang diusung adalah “Ngleluri lan Ngrembakakake Tata Nilai Budaya Jawa ing Daerah Istimewa Yogyakarta kanggo Memayu Hayuning Bawana”, atau bisa diartikan bahwa tema lomba kali ini seyogyanya bisa memberikan enghargaan terhadap budaya sekaligus juga memberikan perhatian terjadap alam semesta, khususnya alam yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Ada beberapa syarat dan ketentuan guna mengikuti lomba penulisan novel berbahasa jawa tahun 2020 kali ini, yang sejatinya juga tak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Di antaranya adalah wajib menyertakan scan KTP warga DIY dan juga mengirimkan naskah karya novel berbahasa jawa minimal 150 (seratus lima puluh) halaman.
Selanjutnya seperti yang juga telah disebutkan pada awal pengumumannya, maka pada akhir Oktober 2020 sudah dijadwalkan untuk mengumumkan beberapa kandidat yang berhak terpilih, yaitu 5 karya sebagai pemenang terpilih, dan juga 15 karya sebagai karya nominasi. Dan di bawah ini adalah daftar nama-nama pemenang serta para nominatornya.
NAMA PENULIS | JUDUL KARYA |
Dhanu Priyo Prabowo | Pintan |
Puranti Wiji Rahayu | Sesulih Mangsa Ing Tokyo |
Purwadmadi | Srimpi Pamor |
Sunardian Wirodono | Goreh |
Alexandra Indriyanti | Kidung Tresna Sang Pikatan |
Agus Suprihono | Ndheg Pengamun-amun |
Cosmas Dwi Indaryanto | Jonggrang Satriya Pungkasaning Prambanan |
Dwi Winarno | Wiyata |
Eko Purwanto | Macan Selarong |
Eny Murtiningsih | Sagegem Ati Ing Bumi Tawang |
Fadmi Sustiwi | Kembang Kang Rinonce |
Farida Pujiastuti | Turus Alum Kang Bali Trubus |
Indra Tranggono | Rembulan Perak |
Mustofa W Hasyim | Angon Angin |
Rita Nuryanti | Kluwung |
Sigit Budi Santosa | Kedhasih Nggawa Pangimpen |
Sukrisna | Omah |
Sunawi | Ngadhepi Pilihan |
Suyati | Embun Ing Selane Pang |
Tri Haryanto | Dhemit Ndulit |
Di atas adalah 20 nama pemenang dan nominator yang masing-masing bakal mendapatkan hadiah, yaitu sebagai berikut
- Hadiah Utama
Rp 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) dipotong pajak untuk 5 (lima) pemenang - Hadiah Nomine
Rp5.000.000,- (lima juta rupiah) dipotong pajak untuk 15 (lima belas) nomine
Dari daftar karya tersebut, beberapa nama sebagai lima pemenang sepertinya sudah tak asing lagi bagi lingkar pekarya dan pekerja kreatif di Jogjakarta. Sebut saja Dhanu Priyo Prabowo yang dahulu berdinas di Balai Bahasa Yogyakarta, Purwadmadi yang merupakan akademisi dan juga praktis seni budaya serta sastra, Sunardian Wirodono sebagai sosok eks pekerja media di ibukota yang kini kembali ke Jogja juga masih sebagai penulis ini. Sementara, untuk 15 nomine, terselip pula nama Indra Tranggono dan Mustofa W Hasyim, dua sosok pekerja seni/kreatif di Jogja yang telah beberapa kali menjadi pemenang dalam berbagai ajang perlombaan. Baik lomba penulisan naskah sandiwara radio, lomba penulisan naskah kethoprak, lomba penulisan naskah teater, dan masih banyak lagi.
Entah menjadi bentuk totalitas sebagai pekerja kreatif, atau tak hendak dikatakan surut dalam berkarya, tapi seperti itulah beberapa potret perlombaan yang acap bisa disimak, bahkan sosok yang pada awal-mulanya menjadi semacam penasehat pun di akhirnya justru turut terjun sebagai peserta.
Ya, tak jauh berbeda dengan helatan perlombaan lain yang masih sama-sama berada di bawah naungan Kundha Kabudayan, perlombaan kali inipun seolah juga menjadi ajang regenerasi barang lama dengan kemasan baru. Dan itupun sah-sah saja, karena toh ‘regenerasi’ yang juga merupakan salah satu tujuan lomba telah tercapai 🙂 []
Tinggalkan Balasan