Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
Satu Bulan Rayakan Tahun Baru Hijriyah Pondok Pesantren Kaliopak Piyungan Usung Semangat Persatuan

Satu Bulan Rayakan Tahun Baru Hijriah Pondok Pesantren Kaliopak Piyungan Usung Semangat Persatuan


Diwartakan oleh Utroq Trieha pada 6 September 2019   (4,280 Readers)

Pondok Pesantren Kaliopak Piyungan Bantul Yogyakarta bisa jadi serupa dengan pondok pesantren lain yang memiliki pola pendidikan sama. Selain memperingati tahun baru Islam, 1 Sura, ada pula helatan tutup tahun dan wisuda santri yang biasanya dilakukan jelang bulan puasa Ramadan.

Namun kembali lagi, namanya serupa bukan berarti selalu sama persis. Pasalnya ada sedikit perbedaan pada aktivitas yang dilakukan secara komunal oleh Pondok Pesantren Kaliopak Piyungan sehubungan dengan peringatan tahun baru 1441 Hijriah kali ini. Perayaan tahun baru di tempat tersebut, kali ini diisi dengan ragam program acara yang dilangsungkan selama satu bulan.

Program acara sebulan itu dilakukan dengan dasar bahwa pergantian tahun baru Islam menjadi momen tepat guna mengusung semangat persatuan sekaligus untuk menjaga keberlangsungan warisan berujud kearifan tradisi dalam hal memuliakan bulan Muharam itu sendiri. Selain itu, hal ini juga menjadi representasi ide, gagasan dan etos umat Islam dalam menjaga syariat Nabi Agung Muhammad SAW.

Sikap menjaga syariat Nabi ini tentu menjadi hal utama dan tak bisa diabaikan. Pasalnya ketika harus dikembalikan kepada perayaan tahun baru Hijriah, maka sebagai dasarnya tentu saja adalah peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad dari Makkah menuju Madinah, yang itu apabila dihitung dari kalendar Masehi maka menunjukkan pada angka 622M.

Satu Bulan Rayakan Tahun Baru Hijriyah Pondok Pesantren Kaliopak Piyungan Usung Semangat PersatuanBukan perihal hijrahnya nabi Muhammad saja. Karena apabila kita menarik benang merah perihal Muharam sebagai permulaan bulan Hijriah, maka pada bulan-bulan itu kenyataannya banyak peristiwa besar yang menjadi sejarah sebagai bagian kita untuk menjadi pengingat, sekaligus sebagai ‘pepeling’ agar kita tetap selalu bisa ‘eling’. Di antaranya adalah eling tentang diselamatkannya Nabi Musa dari kejaran Raja Fir’aun yang teramat keji dan bengis, keluarnya Nabi Yunus AS dari perut ikan paus, disembuhkannya sakit yang diderita oleh Nabi Ayub, dan masih banyak lagi sejarah lain yang patut dibaca ulang.

Artinya, ketika selalu ingat dan terus belajar dari sejarah pun ragam peristiwa yang telah terjadi itu, sudah selayaknya kitapun bisa mengingat akan tanda-tanda kebesaran Allah SWT, sekaligus menyadari lajunya waktu yang sangat signifikan dengan hadirnya bulan Muharam bagi kehidupan, khususnya bagi umat muslim. Dengan begitu, harapannya umat Islam bisa melaksanakan anjuran-puasa sunnah dan memperbanyak amal ibadah selama bulan Muharam.

Mengenai sebutan Bulan Muharam tersebut, dalam tradisi masyarakat Jawa ia biasa pula disebut dengan istilah sasi Sura. Hal ini sangat mudah untuk bisa dipahami, pasalnya hal itu memang juga telah tercantum di dalam kalendar Sultan Agungan.

Selanjutnya berbicara tentang masyarakat Jawa tersebut, sejatinya telah ada beragam tradisi dalam hal penyambutan dan pemuliaan bulan sura. Sebagai contoh adalah warga masyarakat Yogyakarta yang pada setiap malam 1 Suro selalu rutin menggelar laku tapa bisu sambil berjalan mengelilingi tembok Keraton, yang kemudian pada pagi harinya juga masih disambung dengan mengadakan upacara Grebeg Suro. Tak bisa dinafikan bahwa upacara -upacara yang dilaksanakan masyarakat Jawa seperti itu sejatinya merupakan bagian dari wujud apresiasi masyarakat Jawa (dalam hal ini Jogjakarta) atas keutamaan yang ada di bulan Muharam. Inti dari ritual tersebut tak lain adalah sebagai sarana guna memupuk keimanan sekaligus menciptakan ruang sosialisasi sesama manusia. Di kondisi ini ada habluminallah, yaitu keterhubungan antara manusia dengan Sang Pencipta, sekaligus juga habluminannas yang merupakan manifestasi dari hubungan antarmanusia itu sendiri.

Satu Bulan Rayakan Tahun Baru Hijriyah Pondok Pesantren Kaliopak Piyungan Usung Semangat Persatuan Menyadari adat pun tradisi yang telah ada di tengah masyarakat, maka guna tetap menjaga keberlangsungan warisan kearifan tradisi dalam memuliakan bulan Muharam ataupun Sasi Sura, diadakanlah acara perayaan peringatan yang bertajuk “Bulan Syiar Muharam 1441 H” di Komplek Pondok Pesantren Kaliopak, dengan mengusung tema utama “Bangkitnya Sura Kami”.

Terkait dengan acara tersebut, maka ikhwal agenda pembukaan acaranya dilaksanakan pada hari Sabtu 7 September 2019 dengan menghadirkan Gelar Pameran Seni Rupa “LIR ILIR”, dan juga dimeriahkan dengan parade musik shalawat serta pembacaan puisi. Selain itu, pada setiap akhir pekan diadakan pula ragam kegiatan berbeda, di antaranya adalah sarasehan dan diskusi dengan tajuk “Islam Berkebudayaan”.

Adapun puncak acara akan dihelat pada hari Sabtu 28 September 2019 dengan pagelaran wayang kulit dengan membawakan lakon “Jumenengan Parikesit” yang dipersembahkan oleh Ki Dalang Sigit Wahyu Saputro. Pagelaran wayang pada malam puncak helatan ini sekaligus menjadi penanda ditutupnya rangkaian kegiatan bulan syiar Muharam 1441 H yang suluruh kegiatannya dilaksanakan di Komplek Pondok Pesantren Kaliopak dengan alamat di Jl.Wonosari Km. 11,5 -Ds Klenggotan RT 04, Srimulyo, Piyungan, Bantul, Yogyakarta. [uth]

4.9/5 - (9 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Utroq Trieha


Tentang Utroq Trieha