Pawarta Adicara!

JARINGACARA sebagai media publikasi memiliki keinginan turut memberi warna dalam mengabarkan segala agenda acara seni budaya, pariwisata, warta, cuaca, juga menebarkan canda-tawa.
Perihal kontak kerjasama publikasi pun media partner, sila simak “Syarat dan Ketentuan“.

HIGHLIGHT
   
FKY 2019 Menampilkan Karya Seniman Lintas Disiplin di Museum Diponegoro

Panggih FKY2019 Menampilkan Karya Seniman Lintas Disiplin di Museum Diponegoro


Diwartakan oleh Haiki Murakabi pada 16 Juli 2019   (4,700 Readers)

Pada program Panggih FKY2019 menampilkan karya seniman lintas disiplin di Museum Diponegoro Yogyakarta, yang tepatnya berada di Kecamatan Tegalrejo, kota Jogja bagian barat.

Artinya, yang tersuguhkan pada har Senin malam, 15 Juli 2019 di program bertajuk “Panggih” pada gelaran Festival Kebudayaan Yogyakarta ini, adalah karya-karya dari berbagai seniman lintas disiplin. Karya tersebut antara lain adalah hasil kolaborasi dari perancang busana ‘Nita Azhar; dengan penari Anter Asmorotedjo dan Anterdans. Selain itu, ada pula penampilan solo musik oleh Umar Haen, aktivitas performatif dinner/live cooking oleh Dapoer Bergerak, serta narasi dari Andi Sri Wahyudi (Andy Eswe)

Pukul 19:40 WIB menjadi waktu dimulainya program “PANGGIH”, yaitu dengan membangun ruang dialog antara dua elemen budaya dalam tradisi masyarakat Jawa. Elemen pertama adalah seputar peran busana sebagai salah satu perwujudan identitas kolektif sebuah masyarakat. Sementara elemen kedua berkaitan dengan pangan yang diwujudkan melalui tradisi dhahar kembul (makan bersama). Kedua elemen tersebut dikemas para seniman yang berkolaborasi untuk mewujudkan sebuah pertunjukkan lintas disiplin.

FKY2019 Menampilkan Karya Seniman Lintas Disiplin

“Busana, dalam hal ini busana Jawa, merupakan salah satu cerminan paling nyata dari interaksi antar budaya. Akulturasi menciptakan dorongan kepada kreasi baru untuk menyikapi keragaman yang saling mempengaruhi. Kami ingin menyuguhkan hal itu. Tajuk “PANGGIH” ini kami dudukkan sebagai representasi pertemuan lintas disiplin seni dan budaya yang khas terjadi di Yogyakarta,” ungkap Paksi Raras Alit, Ketua Umum FKY 2019.

FKY 2019 Menampilkan Karya Seniman Lintas Disiplin di Museum DiponegoroSebagai contoh dalam busana ini adalah persembahan dari Nita Azhar. Sosok perancang busana dari Yogyakarta ini memajang karyanya sebagai hasil dari membaca ulang dan merekonstruksi busana laskar perang Jawa Diponegoro melalui sumber-sumber tertulis. Selanjutnya hasil rancangan busana tersebut dikenakan pada karya instalasi yang terbuat dari kerangka kerucut, yang melambangkan dari semesta menuju sang pencipta. Pada bagian kepala dari karya instalasi tersebut terbuat dari tanah liat, yang melambangkan asal muasa manusia dari tanah dan akan kembali ke tanah. Sementara untuk bagian tangan, dibuat dari ranting akar kopi, sebagai presentasi sarana dan alat untuk berkarya.

Kemudian sebagai pembaca narasi yang mengantarkan suguhan karya lintas disiplin ini dari babak demi babak, diserahkan pada Andy Sri Wahyudi yang malam itu berkostum kaos tipis putih, celana hitam, dan seikat padi yang dikenakan di kepala layaknya seperti wig. Naskah yang dibawakannya tersebut adalah hasil karya seorang penulis sekaligus aktor, Gunawan Maryanto.

FKY 2019 Menampilkan Karya Seniman Lintas Disiplin di Museum DiponegoroDi bagian seni tari, tampil koreografer Anter Asmorotedjo bersama enam orang penari dari kelompok Anterdans yang tediri dari Olivia Tamara Dayastuti Wirid, Caprina Puspita, Nabila Rifani Rahmawati, Pinta Puspita Meilasari, Harin Setyandari, dan Rizka Yuana Putri. Suguhan karya mereka dihadirkan dengan iringan musik karya Danang Rajiv Setyadi.

Usai pertunjukkan tari yang melahirkan suasana indah sekaligus sakral tersebut, para penonton yang terdiri dari tamu undangan dan warga sekitar Tegalrejo, dihibur penampilan Umar Haen. Penyanyi dan petani asal Temanggung yang sudah meluncurkan album pertamanya ‘Gumam Sepertiga Malam’. Pada kesempatan tersebut, ia membawakan lima buah lagu yang erat hubungannya dengan kehidupan keseharian, seperti ‘Jogja Tempat Kita Belajar’, ‘Kisah Kampungku’, dan sebuah lagu dari GodBless berjudul ‘Rumah Kita’.

Pada bagian penutup acara, semua yang hadir di pertunjukkan program ini dipersilakan menikmati ‘sate kene’. makanan ini terinspirasi dari sejarah Ratu Ageng Teglarejo, yang merupakan nenek Pangeran Diponegoro. Beliau mampu menciptakan kemandirian pangan dengan mengolah sumber daya alam yang melimpah.

FKY 2019 Menampilkan Karya Seniman Lintas Disiplin di Museum DiponegoroBerbahan dasar lima hasil bumi utama Tegalrejo pada masa itu, ‘sate kene’ terdiri dari umbi-umbian (pala kependhem) yang berada di bagian paling bawah sate. Menyusul kemudian di bagian atasnya kue apem yang berasal dari beras, dilanjutkan panganan dari ketan, dan paling atas potongan pisang. Sate yang selain ditusuk juga dijepit dengan bambu ini kemudian dihidangkan di wadah dari daun pisang berteman cacahan nangka matang, diguyur santan kental dan sirup gula merah.

Hidangan ‘sate kene’ ini adalah hasil karya komunitas ‘Dapoer Bergerak’ yang mengolahnya secara live cooking selama pertunjukkan program ini. Secara garis besar, ‘sate kene’ melambangkan kemandirian yang dibangun dari pemahaman terhadap lingkungan sekitar, yang kemudian diolah untuk kepentingan bersama.

Jelang pukul sembilan malam, semua rangkaian acara berakhir. Para pengunjung pun dipersilahkan mendatangi dua meja yang ada di pendopo Museum Monumen Pangeran Diponegoro untuk kemudian dimerdekakan mencicipi ‘sate kene’ yang unik itu. Lain dari itu, para pengunjung juga masih memperoleh penjelasan seputar bahan, cara mengolah, dan makna hidangan yang dinikmati.[]

Source: Official Doc FKY

4.6/5 - (7 votes)

Simak Pula Pawarta Tentang , Atau Adicara Menarik Lain Oleh Haiki Murakabi


Tentang Haiki Murakabi