Ngayogjazz 2021 Tetap Gratis dan Dipresentasikan Secara Hybrid, Online di www.ngayogjazz.com dan Offline dengan Membeli paket produk UMKM Seharga Rp50.000,- di Aplikasi Visitingjogja
Tepat pada tanggal 16 November 2013 silam, yaitu di helatan Ngayogjazz yang mengusung tagline ‘Rukun Agawe Ngejazz’ dan bertempat di Pedukuhan Sidoakur Godean Sleman Yogyakarta, Djaduk Ferianto –yang telah berpulang beberapa hari jelang penyelenggaraan Ngayogjazz 2019 yang lalu– memberikan julukan Jazzer Proletar kepada Idang Rasjidi. Sebaliknya, Idang Rasjidi pun menimpali gelar kepada Djaduk Ferianto sebagai “Pelopor Jazz Proletar”. Hal ini terjadi tak lain karena musik jazz kenyataannya telah bertahun-tahun bisa digelar secara gratis sekaligus bisa dinikmati di pelosok perdesaan, khususnya di Yogyakarta, di mana panggung-panggung pagelaran musik jazz tersuguhkan tak ubahnya panggung hiburan rakyat seperti kethoprak, wayang, jathilan, angguk ataupun ndolalak, dan lain semacamnya.
Ngayogjazz 2021 akhirnya hadir lagi meski di tengah suasana pandemi yang masih saja menyelimuti, yaitu secara hybrid (bauran antara online dan offline) pada hari Sabtu Kliwon, 20 November 2021. Seolah pantang menyerah menghadapi keadaan, Ngayogjazz tetap hadir memberi warna di kehidupan masyarakat perdesaan, yang tak lain adalah juga ‘masyarakat proletar’, yang juga terkena imbas dari mewabahnya virus corona, yang hingga saat ini telah berlangsung hampir dua tahun lamanya.
Sebagaimana Ngayogjazz tahun 2020 silam dengan tagline ‘Ngejazz Tak Gentar‘, yang pada waktu itu wabah corona masih sangat ganas menyerang kita, maka di tahun 2021 kali ini, di mana pandemi covid-19 ini masih belum sirna dari muka bumi, penyelenggaraan Ngayogjazz juga masih harus tetap bersiasat agar helatan tetap bisa berjalan, akan tetapi ia juga tak lantas menjadi sumber petaka-merebaknya kembali virus corona. Oleh karena itu, “Tetep Ngejazz Lan Waspada” menjadi tagline yang diusung pada helatan Ngayogjazz tahun 2021, tak lain adalah agar dalam menggelar sekaligus menikmati musik jazz kali ini kita kita juga bisa selalu “ingat serta waspada”, persis seperti ungkapan pepatah filosofi jawa; ‘Tetep Eling lan Waspada“.
Ya, seakan telah menjadi budaya pada penyelenggaraan setiap tahunnya, Ngayogjazz selalu menyomot ‘kalimat peribahasa’ ataupun istilah yang akrab di telinga kita, dan kemudian ‘memplesetkannya’ untuk dijadikan sebagai tagline. Tahun 2021, Ngayogjazz terinspirasi dari falsafah Jawa “Tetep Eling Lan Waspada” yang kemudian dimodifikasi sebagai tagline “Tetep Ngejazz Lan Waspada”.
Tagline yang sekaligus menjadi tema “Tetep Ngejazz Lan Waspada” ini dipilih sebagai upaya Ngayogjazz untuk menghadapi tantangan yang ada dengan kondisi pandemi yang saat ini diharapkan berangsur membaik. Melalui tagline “Tetep Ngejazz Lan Waspada”, Ngayogjazz mengajak agar para pelaku seni budaya, khususnya pelaku seni pertunjukan, musisi, dan seniman, dan juga para penikmat untuk tetap bergerak dan berkreasi. Namun, semua itu dibarengi juga dengan sikap waspada, tetap menjaga diri, dan selalu menerapkan protokol kesehatan supaya bisa terhindar dari persebaran pandemi yang belum usai.
Tahun 2021 kali ini Ngayogjazz memutuskan untuk kembali berkunjung ke desa yang telah dua kali menjadi tuan rumah untuk turut serta dalam pelaksanaan Ngayogjazz, yaitu tahun 2015 dan 2020 yang lalu. Ialah Padukuhan (Dusun) Karang Tanjung Pandowoharjo Sleman Yogyakarta yang merupakan salah satu desa wisata berbasis kampung iklim di Yogyakarta dengan masyarakat desanya yang memiliki kesadaran akan kelestarian lingkungan peningkatan adaptasi terhadap perubahan iklim, karena itu kampun ini memiliki program yang bernama Program Kampung Iklim. Karang Tanjung adalah juga kampung dengan potensi ragam budaya yang bisa dieksplorasi, di antaranya adalah Bregada, Jatilan Edan-edanan, Cokekan, dan takketinggalan produk-produk UMKM.
Gerakan Kebudayaan
Seiring dengan helatan Ngayogjazz tahun 2021 ini, pada hari Senin 15 November 2021 telah dilangsungkan temu media, baik secara online melalui sarana zoom-meeting ataupun offline –bertempat di Hotel Alana.
Pada temu media tersebut, dihadirkan beberapa narasumber, di antaranya adalah Bapak Sunarto sebagai Dukuh (kepala kampung) dari Padukuhan Karang Tanjung, Bapak Singgih Raharjo selaku Kepala Dinas Pariwisata DIY, dan juga Francois Dabin sebagai direktur IFI Yogyakarta yang turut memberikan dukungan pelaksanaan Ngayogjazz 2021 kali ini. Selain nara sumber tersebut, ada pula Butet Kartaredjasa sebagai Budayawan yang juga kakak kandung Djaduk Ferianto, yang selalu memantau sekaligus mengawal dari penyelenggaraan Ngayogjazz pertama hingga yang ke-15 tahun ini. Jika tiga narasumber hadir di tempat berlangsungnya acara temu media, maka untuk Butet hadir melalui sambungan internet dengan vasilitas zoom.
Dalam temu media yang dipandu oleh Bambang Paningron tersebut, Butet mengatakan bahwa sudah selayaknya Ngayogjazz ini dinamakan sebagai “Gerakan Kebudayaan”. Masih sesuai penuturannya, ada banyak alasan nama ini tersematkan, yang salah satunya ia tahu bahwa meskipun penyelenggaraan Ngayogjazz itu hanya satu hari, namun kenyataannya dalam persiapan yang melibatkan berbagai ragam lapisan masyarakat tersebut tak cukup waktu seminggu pun dua minggu. Selain itu, dengan selalu mengangkat tema-tema yang merupakan plesetan dari ungkapan-ungkapan filosofi jawa, jelas itu menjadi representasi semangat kebudayaan. Selanjutnya, Ngayogjazz sejak awal hingga kini tak pernah menjual tiket pertunjukan, baik murah pun mahal sebagaimana pagelaran musik jazz di banyak tempat lainnya. Semua itu tak lain adalah tentu didasari oleh semangat kebudayaan itu.
Singgih Rahardja dari Dinas Pariwisata Yogyakarta juga sepakat, bahkan beliau juga memberikan salah satu alasan tentang Gerakan Kebudayaan seperti yang diungkapkan Butet, adalah bahwa Jogja bisa menjadikan pagelaran jazz gratis di tengah kampung, sehingga secara otomatis “memasyarakatkan jazz” itu menjadi nyata.
Sementara itu Sunarto sebagai dukuh dari Padukuhan Karang Tanjung memaparkan perihal Ngayogjazz tahun 2021 yang selain bisa dinikmati secara online juga bisa dihadiri langsung secara GRATIS, namun dengan jumlah terbatas dan dengan beberapa syarat ketentuan, di antaranya adalah dengan mendaftarkan diri melalui aplikasi visitingjogja, di mana syarat ketentuan itu juga telah tercantum di sana, yang salah satunya adalah dengan membeli voucher sebesar Rp50.000,-
Masih sesuai penuturan Sunarto, quota yang disediakan secara terbatas bagi yang hadir langsung di venue acara adalah sebesar 25% dari kapasitas ruang yang tersedia untuk 3 panggung Ngayogjazz, yaitu panggung Bergas,Saras, dan Waras. Sehingga setelah dihitung dengan seksama dan bersama beberapa pihak terkait, alokasi jumlah yang hadir langsung di tempat maksimal ada di angka 1000 orang.
Francois Dabin selaku Direktur IFI Yogyakarta sebagai salah satu narasumber di temu media menginformasikan bahwa pada Ngayogjazz tahun 2021 kali ini dihadirkan pula group musik PEMAII yang berasal dari Prancis dan akan berkolaborasi dengan Komunitas Gayam 16 Yogyakarta. Francois Dabin merasa bahagia pihaknya bisa turut serta dalam ajang jazz di Yogyakarta, yang sejatinya telah dia amati sejak tahun 2013 silam. Untuk grup band Peemai terdiri dari empat personil, masing-masing adalah Alfred Vilayleck sebagai bassis, Franck Vaillant sebagai penggebug drum, Hugues Mayot sebagai peniup saxophon serta keyboardist, dan juga Gilles Coronado sebagai gitaris. Mereka semua saat ini juga sedang mengikuti residensi di Komunitas Gamelan Gayam-16 Yogyakarta.
Rangkaian Program Ngayogjazz 2021
Dalam penyelenggaraannya, Ngayogjazz pada tahun 2021 kali ini menyajikan berbagai rangkaian acara yang mampu menambah semarak. Di antara ragam acara tersebut sebagaimana terpaparkan di bawah ini.
- Workshop Reriungan
Workshop Reriungan adalah rangkaian acara bagi beberapa komunitas jazz untuk berkumpul, berbagi pengetahuan, dan berkarya bersama Sri Hanuraga (peraih AMI AWARD untuk Artis Jazz Instrumentalia Terbaik 2016). Workshop ini dilaksanakan secara daring selama satu bulan sebelum pelaksanaan Ngayogjazz. Nantinya, hasil workshop selama satu bulan ini akan menghasilkan satu kolaborasi yang dipresentasikan di hari pelaksanaan Ngayogjazz 2021.
- Lekasan Ngayogjazz
Lekasan Ngayogjazz bertujuan memberikan ruang bagi rekan-rekan komunitas untuk tetap berkarya walaupun pandemi melanda. Lekasan juga menjadi ajang untuk tetap menjalin komunikasi dengan rekan-rekan komunitas di luar Yogyakarta, sekaligus semua yang pernah menjadi bagian dari kemeriahannya. Berkolaborasi bersama dengan Komunitas Jazz Yogyakarta serta para pranata acara Ngayogjazz, Lekasan akan disiarkan langsung pada tanggal 16 dan 18 November 2021 melalui kanal YouTube Ngayogjazz.
- Konser Hybird (Daring dan Luring)
Tahun 2021 ini akhirnya suasana nonton jazz di desa dapat dirasakan kembali oleh penonton. Ngayogjazz 2021 nantinya dapat disaksikan secara daring dan luring pada Sabtu Kliwon, 20 November 2021.
Pertunjukan dari para musisi jazz dapat dinikmati secara online alias daring melalui situs www.ngayogjazz.com, sedangkan penonton yang ingin menikmati Ngayogjazz secara langsung harus memenuhi beberapa syarat dan ketentuan, di antaranya harus berusia di atas 12 tahun, sehat jasmani dan rohani, telah melakukan vaksinasi Covid-19 dosis lengkap, dan bersedia menerapkan standar protokol kesehatan yang berlaku selama berada di lokasi.
Sebagai pembeda pada gelaran Ngayogjazz tahun ini adalah bagi masyarakat yang ingin menonton langsung di lokasi harus membeli paket produk UMKM Desa Karang Tanjung terlebih dahulu seharga Rp50.000,00 per orang di aplikasi visitingjogja. Selain berisi produk UMKM, paket yang tersedia dalam jumlah terbatas ini sudah termasuk voucher makan minum di lokasi dan biaya parkir pengunjung.
Line up Panggung Ngayogjazz
Ngayogjazz 2021 yang menyediakan tiga panggung, yaitu panggung Bregas, Saras, dan Waras kali ini bakal mempersembahkan sejumlah musisi, di antaranya adalah Krakatau Ethno, Balawan & Brayat, Endah Laras, Nita Aartsen & JogJaC Team (Mike Del Ferro, Alexander, Olaf Keus, Kuba Skowronski), Kua Etnika & Peni Candra Rini, Frau, Peemaï (Perancis), Papua Original, Mario Zwinkle Joyosudarmos, Noto dan Swingayogya, dan tentunya komunitas jazz se-Nusantara. Untuk selengkapnya, di bawah ini adalah daftar panggung sekaligus penampil pada Ngayogjazz 2021.
PANGGUNG BREGAS
- Noto dan Swingayogya Bigband
- Watujago Kwartet (TreJazzCom Trenggalek)
- Kua Etnika & Peni Candra Rini
- FJazzc-Saxunity (Fusion Jazz Community Surabaya)
- Nita Aartsen & Jogjac Team (Mike Del Ferro, Alexander, Olaf Keus, Kuba Skowronski)
- YK Samarinda
- Krakatau Ethno
PANGGUNG WARAS
- Cokekan
- Satria Quartett (Komunitas Jazz Purwokerto)
- Seconda Volta
- MLDJazzProject
- Java Five (Komunitas Jazz Ngisoringin Semarang)
- Aditya Ong Quartet
- Mario Zwinkle & Joyosudarmos
- The aliansi SkaJazz Ansamble
- Balawan & Brayat Endah Laras
PANGGUNG SARAS
- Palembang Jazz Community
- Devano Gabriel (Balikpapan Jazz Lovers)
- Magelang Jazz Community
- Blue Batik Replica New Generations (Pekalongan Jazz Society)
- 3 & 4 Mrs. Holdingsky (Komunitas Jazz Ponorogo “Jazztilan”)
- Jogja Blues Forum
- Alfado Jacob Trio (Solo Jazz Society)
- Titisari Tahu ISI
- Seterusunyi
- PEEMAÏ (Perancis)
- FRAU
- Papua Origin
Selama lima belas tahun berjalan, Ngayogjazz telah banyak berkembang bahkan melebihi harapan dari para penggagasnya. Terutama jika menyinggung soal tontonan bagi semua kalangan dan menciptakan masyarakat pendukung produk seni. Tentu saja ini merupakan sebuah investasi kultural yang tak ternilai. Ngayogjazz selalu mengajak semua pihak untuk turut serta dalam jamming session, menjadi bagian dari gelaran jazz tahunan yang diadakan di desa. Dengan berbagai upaya ini, harapannya Ngayogjazz dapat terus jamming dan bergembira ria bersama para sedulur jazz. [uth]
Tinggalkan Balasan